dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

EVALUASI METODE FUSI CITRA MULTI RESOLUSI MENGGUNAKAN ALGORITMA WANG BOVIK DAN OBJECT BASED IMAGE ANALYSIS (OBIA)

III. METODE PENELITIAN

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CITRA RADARSAT 2 DENGAN DUAL POLARISASI HH-HV

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

PEMISAHAN ANTARA RADIANSI DASAR PERAIRAN DAN RADIANSI KOLOM AIR PADA CITRA ALOS AVNIR-2

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB II DASAR TEORI Koreksi Geometrik

BAB III METODE PENELITIAN

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

KAJIAN KEMAMPUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR-2

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.3. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISKTIK BACKSCATTER CITRA ALOS PALSAR POLARISASI HH DAN HV TERHADAP PARAMETER BIOFISIK HUTAN DI SEBAGIAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

Heru Noviar dan Bambang Trisakti Peneliti Bidang Sumber Daya Wilayah Darat, Pusfatja, Lapan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENAJAMAN DAN SEGMENTASI CITRA PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. Moehammad Awaluddin, Bambang Darmo Y *)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

Remote Sensing KKNI 2017

DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

LINEAR SPECTRAL MIXTURE ANALYSIS (LSMA) UNTUK TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT ETM+ DI YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KOEFISIEN NILAI HAMBURAN BALIK OBYEK PENUTUP LAHAN PADA DATA DIGITAL ALOS PALSAR BERPOLARISASI GANDA(HH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat

Aplikasi Algoritma Klasifikasi Mean Shift untuk Pemetaan Habitat Bentik Studi Kasus Kepulauan Karimunjawa

Operasi dalam Erdas 12/18/2011 IMAGE ENHANCEMENT (PENAJAMAN CITRA) A. Radiometric Enhancement. a. Histogram Match Mengapa perlu Histogram Match :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

PENYUSUNAN MODEL PENDUGAAN DAN PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN PADA TEGAKAN JATI

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Studi Banding antara Metode Minimum Distance dan Gaussian Maximum Likelihood Sebagai Pengklasifikasi Citra Multispektral

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

PEMETAAN MANGROVE DENGAN TEKNIK IMAGE FUSION CITRA SPOT DAN QUICKBIRD DI PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ix

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN COMPRESSED SENSING BERBASIS BLOK

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA

RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) Penginderaan Jauh Non-Fotografi Fakultas Geografi UGM

DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN OPERATOR ISOTROPIK DENGAN PENGOLAHAN AWAL MENGGUNAKAN PENGATURAN INTENSITAS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

III HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR MENGGUNAKAN METODE POLARIMETRI UNTUK KLASIFIKASI LAHAN WILAYAH KOTA PADANG ABSTRACT

Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 12-24

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENAJAMAN INFORMASI OBYEK PERMUKAAN BUMI DENGAN FUSI CITRA PENG1NDERAAN JAUH BERDASARKAN WAVELET

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

ABSTRAK. Kata kunci: PiSAR-L2, Berbasis piksel, Berbasis obyek, Band tekstur

Implementasi Reduksi Noise Citra Berwarna dengan Metode Filter Median dan Filter Rata-rata

Kata kunci: klasifikasi multispektral, penutup lahan, maximum likelihood, support vector machine

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sarono Sigit Heru Murti B.S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding

Transkripsi:

Khoiriah http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/rt/printerfriendly/11/0 1 of 1 12/24/2013 11:53 PM JURNAL BUMI INDONESIA, VOLUME 1, NOMOR 2, TAHUN 2012 PERBANDINGAN AKURASI KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN HASIL PENGGABUNGAN CITRA ALOS AVNIR-2 DAN ALOS PALSAR PADA POLARISASI BERBEDA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET Isti Fadatul Khoiriah, Nur Mohammad Farda SARI Penggabungan citra merupakan salah satu alternatif dari penggunaan citra penginderaan jauh yang konvensional atau secara individu. Penelitian ini mengkaji peningkatan akurasi klasifikasi citra ALOS PALSAR yang digabungkan dengan citra ALOS AVNIR-2.Transformasi wavelet digunakan dalam proses penggabungan citra, mengacu pada kemampuannya mempertahankan kualitas spektral citra. Akurasi total dan indeks kappa pada citra ALOS AVNIR-2 85.26% dan 78.90%, pada citra gabungan I (Citra ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR polarisasi HH) 76.84% dan 67.06%, pada citra gabungan II (Citra ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR polarisasi HV) 71.58% dan 58.64%. Ditinjau dari hasil tersebut citra gabungan mempunyai akurasi yang lebih rendah daripada citra ALOS AVNIR, namun dibanding pada hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR polarisasi HH (59.38% dan 45.97%) dan citra ALOS PALSAR polarisasi HV (64.06% dan 49.55%) proses penggabungan citra yang dilakukan menunjukkan peningkatan akurasi. Kata kunci: Penggabungan citra, Wavelet, Akurasi, Wang bovic, Maximum likelihood

Perbandingan Akurasi Klasifikasi Penutup Lahan Hasil Penggabungan Citra ALOS AVNIR-2 dan ALOS PALSAR pada Polarisasi Berbeda dengan Transformasi Wavelet Isti Fadatul Khoiriah isti_kpj07@yahoo.com Nur Mohammad Farda farda@geo.ugm.ac.id Abstract An image fusion technique is an alternative to the conventional uses of individual remote sensing data, it can create new data that combine advantages from the input images and minimize their weaknesses. This study was aimed to search the classification accuracy improvement of ALOS PALSAR (radar images) imagery by image fusion. Wavelet transform was applied to combine the optical (ALOS AVNIR-2) and radar images. Classification map from ALOS AVNIR-2 resulted 85.26% for Overall accuracy and 78.90% for index kappa. The overall accuracy and index kappa from of fused image I(ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR for polarization HH) are 76.84% and 67.06%, fused image II (ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR for polarization HV) 71.58% and 58.64%. The result of classification map accuracy derived from fused image lower than the ALOS AVNIR-2. Compare to classification map accuracy derived from ALOS PALSAR for polarization HH (59.38% and 45.97%) and ALOS PALSAR for polarization HV (64.06% and 49.55%) image fusion proofed the improvement of accuracy. Keywords: Image Fusion, Wavelet Transform, Accuracy, Wang bovic, Maximum likelihood Abstrak Penggabungan citra merupakan salah satu alternatif dari penggunaan citra penginderaan jauh yang konvensional atau secara individu. Penelitian ini mengkaji peningkatan akurasi klasifikasi citra ALOS PALSAR yang digabungkan dengan citra ALOS AVNIR-2. Transformasi wavelet digunakan dalam proses penggabungan citra, mengacu pada kemampuannya mempertahankan kualitas spektral citra. Akurasi total dan indeks kappa pada citra ALOS AVNIR-2 85.26% dan 78.90%, pada citra gabungan I (Citra ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR polarisasi HH) 76.84% dan 67.06%, pada citra gabungan II (Citra ALOS AVNIR-2, ALOS PALSAR polarisasi HV) 71.58% dan 58.64%. Ditinjau dari hasil tersebut citra gabungan mempunyai akurasi yang lebih rendah daripada citra ALOS AVNIR, namun dibanding pada hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR polarisasi HH (59.38% dan 45.97%) dan citra ALOS PALSAR polarisasi HV (64.06% dan 49.55%) proses penggabungan citra yang dilakukan menunjukkan peningkatan akurasi. Kata kunci: Penggabungan citra, Wavelet, Akurasi, Wang bovic, Maximum likelihood 75

PENDAHULUAN Dewasa ini penggunaan teknologi penginderaan jauh mulai dimanfaatkan dalam pemetaan. Proses ekstraksi informasi pada data penginderaan jauh dapat didasarkan pada pengamatan visual, nilai spektral, serta berdasar obyek. Kualitas citra dapat mempengaruhi tingkat interpretabilitas obyek. Peningkatan kualitas citra dapat dilakukan dengan melakukan filtering atau melakukan intergrasi/penggabungan citra. Pohl dan Van Genderen (1998) berpendapat bahwa penggabungan citra (image fusion) adalah aplikasi untuk menggabungkan citra dengan perbedaan sensor, perbedaan waktu perekaman, atau perbedaan resolusi spasial pada daerah yang sama untuk meningkatkan kualitas citra dan tingkat interpretasi. Karakteristik citra RADAR yang merupakan jawaban untuk mengkaji kondisi permukaan di daerah tropis, juga mempunyai kelemahan pada proses pengenalan obyek. Kelemahan proses pengenalan obyek pada citra RADAR tersebut memerlukan pemrosesan lebih lanjut agar pemanfaatan data dapat dilakukan secara optimal. Di sisi lain keterdapatan citra multispektral yang cenderung lebih mudah untuk proses pengenalan obyek dapat dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan dalam pemrosesan citra RADAR. Lichtenegger (1990) berpendapat bahwa penggabungan antara citra multispektral dan citra RADAR mendukung akurasi dalam proses identifikasi obyek dibanding jika menggunakan salah satu citra saja. Metode penggabungan citra yang digunakan yaitu metode wavelet yang mampu mempertahankan kualitas spektral hasil penggabungan citra. Tipe penutup lahan yang digunakan dalam penelitian merupakan empat penutup lahan utama yaitu bangunan, vegetasi, tubuh air, dan tanah terbuka/lapangan. Penggabungan citra dilakukan pada tingkat resolusi spasial dengan perbedaan yang tidak signifikan. Citra yang digunakan yaitu ALOS PALSAR dan ALOS AVNIR-2 resolusi untuk masing-masing citra yaitu 12,5 m dan 10 m. Proses penggabungan ini 76

mencakup tujuan penggabungan citra pada sensor dan proses perekaman yang berbeda, serta peningkatan resolusi spasial. METODE PENELITIAN Kalibrasi Hamburan Balik Citra ALOS PALSAR Kalibrasi pada citra PALSAR dilakukan dengan tahapan, mengubah menjadi citra Sigma Nought (σ ) yang menghasilkan nilai koefisien hamburan balik pada tiap piksel citra dan selanjutnya menjadi citra Beta Nought ) (β yang mengh asilkan tingkat kecerahan citra. Citra sigma nought selanjutnya diubah nilai tiap digital number menjadi nilai dengan satuan desibel (db). Persamaan dalam proses kalibrasi menurut Lavalle (2009) dan Shimada (2007), berupa: σ (i,j) = CF.DN 2 (i,j) β (i,j) = σ (i,j) sin (αα(i,j)) σ = β + 10 log10(dn 2 )+ CF dimana: σ (i,j) : sigma nought/ koefisien hamburan balik pada tiap piksel CF : Konstanta kalibrasi absolut (- 83.0 untuk PALSAR) DN 2 (i,j) : nilai digital :beta nought/tingkat kecerahan β (i,j) pada tiap piksel : sudut perekaman pada tiap α (i,j) piksel Reduksi Speckle Gangguan pada citra RADAR pada umumnya berupa bercak- bercak hitam putih (speckle). Peningkatan kualitas visual citra dapat dilakukan dengan metode filter dalam penelitian ini menggunakan filter Lee yang didasarkan pada minimum mean square error (MMSE) serta aspek geometrik. Hongga Li (2010) berpendapat bahwa filter Lee merupakan statistical filter yang dirancang untuk menghilangkan noise, namun tetap menjaga kualitas titik piksel dan batas tepi pada citra. Koreksi Radiometrik Mengacu pada Terra SAR-X Service Image Product Guide (2009), koreksi radiometrik merupakan tahapan yang direkomendasikan saat analisis citra Oleh karena itu dalam proses analisis penggabungan citra dengan sensor berbeda nilai digital perlu direkonstruksi hingga ke nilai 77

pantulan obyek, sehingga saat analisis menggunakan satuan analisis yang sama. Koreksi radiometrik untuk pengubahan nilai ke radiance pada citra ALOS AVNIR-2 menggunakan persamaan: L λ = (G rescale x Q cal ) + B rescale LLLLLLLL λλ LLLLLLLL λλ G rescale = QQQQQQQQ mmmmmm...(w/m2.str.µm/dn) B rescale =Lmax λ...(w/m 2.str. dimana, L λ : Nilai Radians G rescale : Gain B rescale : Offset : Nilai DN setiap saluran Q cal Tabel 1. 1 Nilai Gain dan Offset pada citra ALOS AVNIR-2 No Citra ALOS AVNIR-2 Gain Offset 1 0,5946 0,95 2 0,5541 0,84 3 0,4730 0,81 4 0,6689-0,00 Sumber: Header citra ALOS AVNIR-2 Tahap Penggabungan Citra µm) Penggabungan citra antara ALOS AVNIR-2 dan ALOS PALSAR dilakukan pada tingkat piksel menggunakan Wavelet Transform. Ketentuan dalam transformasi ini yaitu kedua citra yang akan diproses sudah di-resampling yang dapat menggunakan histogram matching. Transformasi wavelet selanjutnya diaplikasikan pada citra resolusi tinggi, serta registrasi citra resolusi rendah berdasar citra resolusi tinggi. Tahapan akhir adalah invers wavelet untuk menghasilkan citra hasil penggabungan dengan mengacu pada citra resolusi tinggi. Citra fusi akan mempunyai resolusi spasial tinggi (10 m) dari citra ALOS AVNIR-2 dan informasi tekstural dari citra ALOS PALSAR. Tahap Pengujian Hasil Penggabungan Citra Pengujian kualitas citra hasil gabungan mengacu pada persamaan matematis yang dikembangkan oleh wang bovic (2010 dalam chukka, 2010). Nilai indeks mempunyai rentang -1 hingga 1, semakin mendekati 1 berarti kualitas citra semakin mendekati kualitas citra original. Tabel (1.2) menunjukkan tingkat kualitas citra pada setiap pengolahan. Tabel 1. 2 Kualitas citra pada setiap pemrosesan 78

No. Pemrosesan Indeks Kualitas 1 Citra original 1 2 Mean shift 0,9894 3 Perentangan kontras 0,9372 4 Impulsive salt-pepper noise 0,6494 5 Reduksi speckle 0,4408 sec.multipikatif 6 Filter Gaussian 0,3891 7 Blurring 0,3461 8 Kompresi ke JPEG 0,2876 Sumber: Chukka (2010) dengan perubahan Tahap Klasifikasi Multispektral Klasifikasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan algoritma Maximum Likelihood pada citra ALOS AVNIR-2 dan citra hasil gabungan. Algoritma ini mempertimbangkan tingkat probabilitas seperti yang dikemukakan Jensen (2005), persamaan yang digunakan dalam penentuan kelas setiap piksel vektor X Є w i, berdasar kajian yang sudah dilakukan Richards & Jia (1999, dalam Jensen, 2005) mengacu pada: p(x w i ). p(w i ) p(x w j ). p(w j ) dimana: p(x w i ): probability density pada suatu vektor X pada kelas wi i,j: kemungkinan kelas (1,2,..,m) Proses pengkelasan setiap piksel pada citra untuk setiap vektor X, algoritma maximum likelihood mengkalkulasi p(x wi). p(w i ) pada setiap kelas dan penentuan kelas pada tingkat probabilitas paling tinggi. Tahap Pengujian Akurasi Klasifikasi Penentuan Ukuran Sampel Sampel dipilih sebagai satuan pengamatan pada setiap kelas penutup lahan. Unit sampel yang digunakan berupa area dengan perhitungan matematis menurut Justice & Townshend (1981, dalam Mc Coy, 2005). A= P (1+2L) dimana; A: ukuran sampel dilapangan P: ukuran piksel citra L: perkiraan akurasi lokasi (0.5 piksel) Dari perhitungan tersebut untuk citra fusi dengan resolusi spasial 10 m, dalam pengujian dilapangan harus menggunakan ukuran sampel 20m x 20m. Penentuan luasan area tersebut juga mempertimbangkan agar segala bentuk/orientasi piksel dalam lapangan dapat tercakup. 79

Penentuan Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu stratified random sampling. Pemilihan metode ini mengacu pada kelebihannya, dimana setiap strata/kelas penutup lahan mempunyai alokasi sampel untuk evaluasi akurasi, walau prporsi kelas tersebut kecil dalam daerah penelitian (Jensen, 2005). Terdapat dua tahapan dalam metode ini yaitu pembagian strata berdasar kelas penutup lahan hasil klasifikasi citra hasil fusi, serta pendistribusian lokasi sampel secara random pada setiap strata. Analisis Perbandingan Hasil Pengujian Akurasi Pada analisis ini dilakukan perbandingan pada hasil akurasi klasifikasi pada masing-masing citra gabungan dan citra ALOS AVNIR-2. Metode uji akurasi menggunakan metode koefisien Kappa, yaitu membandingkan hasil klasifikasi yang disadap dari masing-masing citra gabungan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pemilihan koefisien ini berdasar pada konsistensi penilaian yang mempertimbangkan semua aspek yaitu producer s accuracy dan user s accuracy. Nilai koefisien Kappa mempunyai rentang 0 hingga +1, dalam proses pemetaan klasifikasi penutup/penggunaanlahan nilai akurasi total yang bisa diterima yaitu 85%, atau 0,85 (Anderson, 1976). HASIL DAN PEMBAHASAN Penggabungan citra antara ALOS PALSAR pada tiap polarisasi HH dan HV dengan ALOS AVNIR-2 menggunakan transformasi wavelet, berdasar kemampuannya menjaga kualitas spektral citra hasil fusi. Transformasi wavelet mencakup tahapan histogram matching, aplikasi transformasi wavelet pada citra resolusi tinggi, registrasi citra resolusi rendah dengan referensi citra resolusi tinggi, dan tahapan terakhir yaitu transformasi invers wavelet untuk mendapatkan citra fusi dengan mengacu pada citra resolusi tinggi. Citra fusi yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan gabungan kualitas citra ALOS PALSAR dengan citra ALOS AVNIR-2. Hasil fusi dari citra masukan tersebut merupakan 80

komplementer kelebihan baik kualitas spektral maupun spasial data masukan. Citra fusi yang dihasilkan pada akhirnya mempunyai resolusi spasial 10 m serta kandungan informasi tekstural yang ada dalam ALOS PALSAR. Tipe polarisasi sejajar (HH) citra ALOS PALSAR digunakan sebagai citra masukan pada citra gabungan I. Secara individu citra ini mempunyai kelebihan dalam pengenalan obyek dengan tipe pantulan sudut. Obyek yang memberikan respon pantulan sudut mempunyai nilai hamburan balik yang tinggi mengacu pada pendapat Wang (2007). Geometris bangunan merupakan tipe obyek yang memberikan pantulan sudut. Daerah perkotaan dengan tingkat perkembangan bangunan yang padat, berdampak pada tingginya nilainya hamburan balik. Hamburan balik yang tinggi divisualisasikan dengan rona yang cerah pada citra ALOS PALSAR polarisasi HH. Citra ALOS AVNIR-2 dan ALOS PALSAR dengan polarisasi menyilang/hv sebagai citra masukan, mengontrol karakteristik citra gabungan II. Polarisasi HV berdasar kajian teori mempunyai nilai hamburan balik yang tinggi pada tipe pantulan volumetrik. Pantulan volumetrik pada umumnya terjadi pada obyek vegetasi, hal ini mengakibatkan rona vegetasi yang cerah pada citra. PALSAR HH Citra Gabungan I Gambar 1.1 Hasil Penggabungan Citra Sumber: Pengolahan citra digital, 2012 Pengujian Citra ALOS AVNIR-2 kualitas citra gabungan PALSAR HV Citra Gabungan II 81

dilakukan dengan metode wang bovic, dimana pengujian dilakukan berdasar kualitas spektral dari citra multispektral (ALOS AVNIR-2). Kualitas spektral dari setiap saluran pada citra gabungan akan diuji dan nilai indeks mempunyai julat -1 hingga 1. Nilai 1 berarti citra gabungan dan citra referensi mempunyai kualitas yang sama. Semakin nilai indeks mendekati 1 berarti kualitas citra yang diuji semakin mendekati kualitas citra referensi. Tabel 1.3 menunjukkan variasi nilai indeks hasil pengujian kedua citra gabungan. Tabel 1. 3 Pengujian kualitas citra Saluran Gabungan I Gabungan II (avnir,hh) (avnir,hv) 1 0.621567 0.665708 2 0.696624 0.727450 3 0.738826 0.763082 4 0.797879 0.810833 Sumber: Pengolahan citra digital, 2012 Hasil pengujian membuktikan bahwa proses penggabungan citra dengan metode wavelet mampu menjaga kualitas spektral citra hasil gabungan. Pengujian ini dilakukan untuk menekankan bahwa citra hasil gabungan mempunyai kelaikan sebagai citra masukan pada proses klasifikasi penutup lahan dengan metode maximum likelihood. Pemrosesan klasifikasi maximum likelihood dilakukan pada ketiga citra yaitu citra ALOS AVNIR- 2, citra gabungan I, dan citra gabungan II. Eksekusi dilakukan berdasar pada daerah contoh yang mempunyai lokasi yang sama pada ketiga citra. a Gambar 1.2 Hasil Klasifikasi Warna hijau:vegetasi, k terbuka. merah: lahan ter tubuh air; a. Hasil Klas AVNIR-2, b. Hasil Kla Gabungan I, c. Hasil Kl Gabungan II Penentuan tingkat b akurasi klasifikasi dapat dinilai dari nilai akurasi produser. Nilai akurasi produser berfungsi sebagai penilaian secara tematik, yaitu menunjukkan tingkat kebenaran hasil klasifikasi terhadap kondisi di lapangan. Akurasi produser tidak memperlihatkan trend yang menunjukkan hubungan polarisasi c 82

dengan akurasi obyek tertentu. Bila terjadi hubungan sesuai dengan teori bahwa polarisasi HH sensitiv terhadap obyek bangunan, seharusnya kondisi tersebut tercermin pada nilai akurasi produser yang tinggi pada citra gabungan I. Kondisi yang sama juga terjadi pada citra gabungan II, dimana menurut teori seharusnya mempunyai nilai akurasi produser yang tinggi pada obyek vegetasi bila ada hubungan antara polarisasi dan tingkat akurasi. Secara keseluruhan nilai akurasi produser pada setiap kelas penutup lahan ditunjukkan dalam nilai indeks kappa. Nilai indeks kappa mempertimbangkan faktor kesalahan proses klasifikasi, sehingga nilai indeks kappa lebih rendah dari nilai akurasi total dimana hanya mempertimbangkan data yang benar antara hasil klasifikasi dan kondisi dilapangan. Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Tingkat Akurasi Klasifikasi Akurasi Total Indeks Kappa Citra Citra ALOS AVNIR-2 85.26% 78.90% Citra Gabungan I 76.84% 67.06% Citra Gabungan II 71.58% 58.64% Citra ALOS PALSAR HH 59.38% 45.97% Citra ALOS PALSAR HV 64.06% 49.55% Sumber: Pengolahan citra digital, 2012 dan Adiningrat, 2010 Hasil klasifikasi citra ALOS AVNIR-2 mempunyai nilai indeks kappa tertinggi dibanding kedua citra gabungan. Citra ALOS AVNIR-2 dalam penelitian ini lebih digunakan sebagai pengontrol. Yaitu sebagai tolok ukur sejauh mana pemrosesan yang dilakukan pada citra ALOS PALSAR dapat mendekati akurasi dari citra ALOS AVNIR-2. Dibanding dengan citra ALOS AVNIR-2 kedua citra gabungan mempunyai nilai akurasi total dan indeks kappa yang lebih rendah, namun lebih tinggi dibanding dengan citra ALOS PALSAR pada hasil klasifikasi penutup lahan secara individu. KESIMPULAN 1. Penggabungan citra yang dilakukan pada citra ALOS PALSAR dengan citra ALOS AVNIR-2 dapat 83

menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada pemrosesan citra ALOS PALSAR secara individu. 2.Tingkat interpretasi obyek pada citra gabungan tidak dipengaruhi oleh aspek polarisasi. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. H., E., Roach J.T., & R. Wittmer,. (1976). A Land Use And Land Cover Classification System For Use With Remote Sensor Data.Geological Survey Professional Paper 964. Washington : United States Government Printing Office. Chukka, C. (2010). Image Quality Assesment. http://wwwee.uta.edu/dip/.../chaitanyaee5 359d.pdf. akses 22 Oktober 2011. C. Pohl., & J. L. Van Genderen. (1997). Multisensor image fusion in remote sensing: concepts, methods and applications. International Journal of Remote Sensing, 19: 5, 823 854. Hongga Li., Bo Huang., & X. Huang. (2010). A Level Set Filter for Speckle Reduction in SAR Images. EURASIP Journal on Advances in Signal Processing. Volume 2010, Article ID 745129 Jensen, John.R. (2005). Introductory Digital Image Processing: A Remote Sensing Perspective,, Third Edition. Englewood Cliffs Prentice Hall: New Jersey. Lavalle, M., & T. Wright,. (2009). Absolute Radiiometric and Polarimetric Calibration of ALOS PALSAR Aproduct Generated within ADEN: issue 1 revision 3. ADEN. McCoy, Roger. (2005). Field Methods in Remote Sensing. New York: The Gildford Press. Richards, John. A., & Xiuping Jia. (2006). Remote Sensing: Digital Image Analysis. Springer. Berlin. Schimdt, J., & E. Csaplovics,. (2006). Land Cover Classification With Textural Analysis and Change Detection In Niger Inner Delta Using ENVISAT ASAR Data. Proceeding The 2 nd Workshop of The EARSel SIG on Land Use and Land Cover: Bonn. Skidmore, A. (2003). Enviromental Modeling with GIS and Remote Sensing. CRC Press. New York. 84