hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pres, 2002), hlm Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab. 3 Penyampaian pelajaran pada peserta didik di sekolah akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2010, hlm Doantarayasa, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw,

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Isam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2008), Hlm. 2 Ismail, ibid. hal.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 1892, hlm.1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

B. KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru MI (PGMI)

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2009), hlm Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam proses pembelajaran komponen utama adalah guru dan peserta didik. Agar pembelajaran dapat memperoleh hasil sebaik-baiknya maka guru harus dapat membangkitkan minat peserta didikterhadap bahan pelajaran yang diajarkan agar mendapatkan perhatian yang baik pula. Tidak semua bahan pelajaran yang diterima murid dapat menarik perhatiannya, dalam hal ini kecakapan guru sangat diperlukan. 1 Dengan demikian guru harus memiliki kecakapan dan wawasan yang memadai, khususnya tentang ilmu yang diajarkannya, memiliki keterampilan yang tinggi, mampu menggunakan metode yang tepat, mampu menyesuaikan diri dengan kemampuan anak didik yang dihadapi dalam arti guru harus profesional. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didikdalam mencapai tujuan akhir. Tujuan pembelajaran tentu saja akan tercapai jika peserta didikberusaha secara aktif, karena dengan mengaktifkan belajar peserta didikdapat meningkatkan hasil belajar. 2 Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu faktor stimulus belajar, faktor metode belajar dan faktor individual. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipahami oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. 3 Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung semakin cepat, tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru memaksa mengajarkan semua fakta-fakta konsep, maka target itu tidak akan tercapai, karena terdesak waktu untuk mengejar pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta atau konsep melalui ceramah. Akibatnya, para peserta didik memiliki banyak 1 Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pembelajaran, (Jakarta: UI Press, 2004), hlm. 155. 2 Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996), hlm. 3. 3 Wasty Soemanto, M. Pd., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 113-115

pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 4 Dalam dinamika semacam itu, berbagai metode perlu diupayakan sebagai alternatif pemecahan. Posisi ini berhadapan dengan universal ajaran Islam yang selalu bisa mengimbangi perkembangan zaman, sehingga peneliti memandang pentingnya metode alternatif untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Analisis mengenai sasaran pendidikan Islam secara ilmiah memerlukan sistem pendekatan, orientasi, model yang sejalan dengan karakteristik (ciri-ciri) sasaran yang hendak di deskripsikan dan dijelaskan. Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama. Dalam Islam manusia mempunyai kemampuan dasar yang di sebut dengan fitrah. Secara epistimologis fitrah berarti sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan. Secara terminologi, Muhammad al-jurjani menyebutkan, bahwa fitrah adalah: Tabiat yang siap menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang. 5 Tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih Ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli 4 Conny Semiawan, et.al., Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Peserta didikdalam Belajar., Gramedia, Jakarta; 2002, hlm. 14. 5 Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 3 8.

dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. 6 Dalam mempelajari fiqih, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-hari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya. 7 Keberhasilan pendidikan fiqih dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Contohnya, dalam keluarga kecendrungan anak untuk melakukan atau menuruti perintah orang tua untuk melakukan kegiatan ibadah seperti shalat, mengaji dan sebgainya. Sedangkan dalam sekolah misalnya intensitas anak dalam menjalankan ibadah seperti shalat dan puasa dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan disekolah. Untuk itu evaluasi pembelajaran fiqih tidak hanya berbentuk ujian tertulis tetapi juga praktek. Banyak peserta didik yang mendapatkan nilai bagus dalam teori ilmu fiqih. Tetapi, dalam kenyataannya banyak peserta didik yang belum mampu melaksanakan teori itu secara praktek seperti shalat dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik tentang fiqih masih kurang. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) merupakan salah satu cara belajar agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, karena PAIKEM adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman dari peserta didik sendiri. Dalam proses belajar, peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Karena itu dalam proses 6 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 65. 7 Zakiah Darajat, et.al., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. 2, hlm. 85.

pembelajaran, guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Istilah Inovatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti. 8 Dalam pendekatan PAKEM guru dituntut mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragama sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Istilah Efektif berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Di akhir kegiatan proses pembelajaran harus ada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri peserta didik. Menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. 9 Salah model yang bisa dikembangkan dalam PAIKEM adalah model Card sort (Menyortir kartu) yang arahnya untuk mengaktifkan setiap individu sekaligus kelompok (cooperative learning) dalam belajar. 10 Dengan demikian pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila seorang guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman dan kegiatan yang menarik yang dapat menimbulkan kegiatan belajar peserta didik. Realitas yang terjadi di MI, khususnya MI Al Hikmah, bahwa pembelajaran fiqih tidak begitu disukai oleh peserta didik dikarenakan cara penyampaian guru yang monoton hanya mengandalkan ceramah seperti halnya sebuah pengajian umum, pada materi zakat misalnya, guru hanya menjelaskan materi zakat. Ayat ayat yang terkait dengan perintah zakat, dan orang orang yang berhak menerima zakat, tidak lebih dari itu. Memang apa yang sudah dijelaskan oleh guru tidak melenceng dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada standar isi, 8 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), Cet. I, hlm. 46-47. 9 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), hlm. 147 10 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), hlm. 88-89

namun karena cara penyajian yang kurang menarik menjadikan peserta didik enggan untuk belajar lebih jauh materi tersebut. Dengan adanya PAIKEM dalam pembelajaran akan menjadikan suatu pembelajaran berlangsung sangat dinamis, kondusif dan interaktif. Namun yang disayangkan belum banyak guru yang mau menerapkan metode metode yang ada di PAIKEM. Dari uraian di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan PAIKEM Strategi Card Sort dalam Pembelajara Fiqih Pokok Materi Zakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IV MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013 B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu diperjelas mengenai istilah-istilah dalam judul skripsi yaitu 1. Penerapan Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, pemasangan, pemanfaatan; perihal mempraktekkan. 11 2. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan (PAIKEM) PAIKEM secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat, ia merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman dari peserta didik sendiri. Dalam proses belajar, peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. 12 11 Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 180. 12 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), hlm. 46

3. Model Card sort Model yaitu bentuk mode atau bentuk rupa atau bentuk contoh. 13 Sedangkan Card sort adalah model pembelajaran yang menggunakan alat peraga dua kartu, terdiri induk kartu dan kartu rincian untuk didiskusikan. 14 Jadi model card sort adalah bentuk pembelajaran aktif dengan menggunakan media kartu untuk membantu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. 4. Pembelajaran Fiqih Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 15 Menurut bahasa kata fiqih adalah bentuk masdar dari fiil, yang artinya faham, mengetahui, cerdas, mahir, cakap. Fiqih adalah ilmu yang membahas ajaran Islam dalam aspek hukum/syariat. 16 Jadi yang dimaksud pembelajaran Fiqih adalah proses belajar mengajar tentang kajian hukum Islam. Pembelajaran fiqih yang dibahas dalam penelitian ini adalah bab dalam materi fiqih yang bisa diajarkan dengan Pendekatan PAIKEM dengan strategi card sort yang dilakukan di kelas IV MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013 5. Hasil Belajar peserta didik Menurut Widjojo, hasil belajar adalah setiap perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot yang digerakkan oleh sistem syaraf (dalam rangka belajar). 17 Jadi maksud dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan strategi card sort dalam pembelajaran fiqih materi pokok zakat di kelas IV MI Al Hikmah sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas IV MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013 dengan tindakan kelas sebagai bentuk penelitiannya. 13 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), hlm. 553. 14 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), hlm. 88 15 Kementerian Agama Republik Indonesia, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2008), hlm. 4 16 Suparta, et.al., Fiqih I, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam dan UT, 1998), hlm. 4 17 Rohman Noto Wijoyo, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Prindo, 1985), hlm. 21

C. Rumusan Masalah Bertolak dari uraian tersebut, maka ada beberapa masalah yang perlu peneliti kemukakan, antara lain : 1. Bagaimana penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan strategi card sort dalam pembelajaran fiqih pokok materi zakat di kelas IV MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Apakah pendekatan PAIKEM dengan strategi Card Sort dapat meningkatkan keaktifan peserta didik kelas IV MI Al Hikmah dalam pembejaran fiqih pokok materi zakat? D. Tujuan Penelitian Ada beberapa hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan strategi card sort dalam pembelajaran fiqih pokok materi zakat di kelas IV di MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fiqih materi pokok zakat di kelas IV MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang setelah menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan strategi card sort. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar di MI Al Hikmah Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang pada pembelajaran fiqih. 2. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. 3. Peningkatan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran fiqih sehingga memperkecil kesulitan yang dihadapi oleh guru dan peserta didikkhususnya. 4. Sebagai bahan rujukan guru dalam menerapkan pembelajaran fiqih, dengan menggunakan pendekatan PAIKEM, terutama sebagai proses penciptaan keaktifan siswa.