BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur baik materil maupun

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

PERBANDINGAN HUKUM ADOPSI MENURUT HUKUM ADAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa, yang merupakan peristiwa hukum yaitu disebut meninggal dunia. Apabila terjadi suatu peristiwa meninggalnya seseorang, hal ini merupakan peristiwa hukum yang sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban seseorang tersebut diatur oleh hukum. Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari pewarisan kepada para warisnya. Dalam hal ini, bentuk dan sistem hukum khususnya hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan bentuk masyarakat. Bilamana disepakati bahwa hukum merupakan salah satu aspek kebudayaan baik rohaniah atau spiritual maupun kebudayaan jasmani, inilah barangkali salah satu penyebab mengapa adanya beraneka ragam sistem hukum terutama hukum kewarisan. Masyarakat adat membentuk hukum dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Di Indonesia hukum waris adat bersifat pluralistik menurut suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Pada dasarnya hal itu disebabkan oleh sistem garis keturunan

yang berbeda-beda, yang menjadi dasar dari sistem suku-suku bangsa atau kelompok-kelompok etnik. Hukum waris bagi bangsa Indonesia tidak berarti waris setelah seseorang pewaris meninggal dunia, melaikan dapat terjadi pewarisan dalam arti penunjukan atau penerusan harta kekayaan pewaris sejak pewaris masih hidup. Demikian corak hukum waris adat bangsa Indonesia yang selama ini berlaku, berbeda dengan hukum waris Islam atau hukum waris barat. Penguraian hukum waris adat ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran bagaimana hukum waris adat di Indonesia yang tidak terlepas hubungannya dengan susunan masyarakatnya diberbagai daerah yang berbeda-beda. Terutama memberikan uraian mengenai hukum adat yang menyangkut hukum waris itu sendiri serta tentang azas-azas dan sistem hukum waris adat pada umumnya di Indonesia. Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa, yang merupakan hukum yaitu disebut meninggal dunia. Hal ini merupakan persetujuan hukum yang sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban seseorang tersebut diatur oleh hukum. Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari pewaris kepada waris-warisnya. Hukum waris merupakan salah satu bagian dari sistem kekeluargaan yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, pokok uraian tentang hukum waris adat bertitik tolak dari sifat

kekeluargaan yang terdapat di Indonesia menurut sistem keturunan. Setiap sistem keturunan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia memiliki kekhususan dalam hukum warisnya, yang satu dengan yang lainnya berbeda. Hukum waris yang berlaku bagi warga negara Indonesia yang dibagi dalam tiga kelompok seperti dikemukakan oleh Sadila dkk (2002:62) : (1) Hukum Waris Barat; (2) Hukum Waris Islam; (3) Hukum Waris Adat. Seperti dikemukakan oleh Sadila dkk (2002:57), mengenai persekutuan hukum di Indonesia yang menyatakan : (1) Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal); (2) Pertalian darah menurut garis ibu (Matrilineal); (3) Pertalian darah menurut garis bapak dan ibu (tata susunan parental). Berdasarkan pendapat diatas, mengenai keberadaan hukum adat di Indonesia, perlu dipahami bagian-bagian dari hukum adat setiap suku yang mempunyai corak dan ragam. Keanekaragaman ini ditentukan oleh suku masing-masing walaupun diantara suku tersebut mempunyai persamaan. Susunan masyarakat merupakan garis kebapaan, contohnya suku Batak (Pak-Pak), suku Nias, Alas, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut garis keibuan misalnya : Minangkabau, Enggono dan menurut garis ibu dan bapak misalnya : Jawa, Sunda, Aceh, Bali dan lain sebagainya. Ketiga sistem kekeluargaan inilah yang menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris. Menurut adat Pak-Pak yang pada dasarnya menganut pewarisan garis keturunan kebapaan (patrilineal). Sehingga berhak menjadi ahli waris adalah laki -laki sedangkan perempuan setelah menikah dengan sendirinya berpindah pada pihak suaminya. Dalam mencapau pembangunan masyarakat seutuhnya yang berdasarkan pancasila hingga diadakan

usaha untuk menetapkan perubahan hukum garis adat yaitu adanya kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Sebagai ahli waris sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung No.179/SIP/1961, tanggal 23-10-1961 (Soekanto, 2003:263) yang berbunyi sebagai berikut : Berdasarkan atas perikemanusiaan dan keadilan umum, juga atas hakikat persamaan hak antara wanita dan pria, dalam beberapa keputusan menagmbil sikap dan menganggap sebagai hukum yang hidup di seluruh Indonesia, bahwa anak perempuan dan laki-laki dari seorang peninggal waris bersama-sama berhak atas harta waris dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah sama dengan anak perempuan. Berdasarkan kutipan diatas maka dengan demikian seorang anak perempuan memiliki hak waris terhadap harta peninggalan, maka adil kiranya kalau anak perempuan diberi bagian yang pasti dari harta peninggalan orang tuanya sebagai imbalan jasa-jasanya. Berdasarkan hal itulah penulis tertarik untuk membahas dan mengadakan penelitian dan selanjutnya mengajukan judul : Persepsi Masyarakat Tentang Warisan Untuk Anak Perempuan Menurut Adat Pak-Pak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak- Pak Bharat. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang ada, dalam suatu penelitian perlu di tentukan identifikasi masalah yang akan diteliti, agar penelitian menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak menimbulkan terjadinya kesimpangsiuran dalam penelitian dan membahas masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:36) Untuk kepentinagn ilmiah, satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 2. Kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961. 3. Pengaruh modernisasi terhadap kedudukan ank perempuan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 4. Dasar berlakunya hukum adat. 5. Hak anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 6. Yang dimaksud dengan harta warisan? C. Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka perlu adanya pembatasan masalah untuk membantu mengarahkan dan mempermudah dalam penelitian lapanagn dan memungkinkan terciptanya hasil sebaik-baiknya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ali (2002:46) Masalah yang menjadi pokok penelitian harus dirumuskan secara batas-batasnya, sebab itu perlu pula memenuhi syarat dalam perumusan yang terbatas. Maka yang menjadi pembatasan masalah yang perlu dibuat adalah : 1. Kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 2. Kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

D. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaanpertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugiono (2009:55) Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dari uraian diatas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 2. Bagaiman kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sanagt penting untuk ditetapkan, karena setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, tentu hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Bahdin Nur Tanjung (2005:57) Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Berdasarkan hal diatas adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak- Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961. F. Manfaat Penelitian Dalam suatu penelitian seharusnya memberikan manfaat. Penelitian ini akan bermanfaat bial tujuan yang diharapkan sudah tercapai. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka diharapkan untuk : a. Bagi Peneliti 1. Untuk mengetahui dan memahami secara jelas kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 2. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang hukum adat pada umumnya dan warisan menurut hukum adat Pak-Pak khususnya. b. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat Pak-Pak merupakan informasi ilmiah untuk dikaji lebih dalam lagi demi kelestarian hukum adat Pak-Pak khususnya kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan, serta tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya. c. Bagi Pembangunan Merupakan khasanah hukum di Indonesia khususnya hukum adat. d. Bagi Bangsa dan Negara Untuk melestarikan hukum adat sebagai sumber kekayaan budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam.