BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia di dalam bumi ini. Salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PENGATURAN PENGELOLAAN HUTAN DI ATAS TANAH HAK MILIK DI DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah-tengah perkembangan dunia usaha saat ini, tepatnya yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. ekonomi tinggi, serta hutan ikutan seperti getah, rotan, madu, buah-buahan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. kas daerah, baik melalui sumber daya alam maupun dari sumber lainnya, dalam hal sumber

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN km. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang menimpah baik dari

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. alam yang terganti maupun yang tak terganti. Namun demikian harus disadari

I. UMUM. Sejalan...

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I. Hutan tidak saja memberikan kehidupan bagi masyarakat yang menempatinya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh generasi sekarang tetapi juga dimiliki oleh generasi akan datang.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam lain termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terganti maupun yang tak terganti. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Banyaknya penebangan kayu pada kawasan hutan produksi yang tidak sesuai atau tidak diketahui mempunyai izin, Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan itu sendiri. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa udara dan air. 1 Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan 1 Moh. Soerjani dkk, Lingkungan, Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Universitas Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 89.

12 kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Salah satu kegiatan manusia yang sangat merusak lingkungan adalah penebangan hutan secara liar. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang- undang No 41 tahun 1999 tentang kehutanan (selanjutnya disebut Undang-undang Kehutanan), hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang terdiri dari hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi oleh pepohonan, memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Baik manfaat yang diberikan secara lansung, seperti menghasilkan kayu, rotan dan madu yang memilki nilai ekonomi tinggi, maupun manfaat yang diberikan secara tidak lansung seperti menyerap air, mencegah banjir dan mencegah terjadinya polusi 2. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam kawasan hutan terkandung kekayaan yang melimpah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi yang pastinya sangat di butuhkan oleh manusia. Dalam hal ini, agar kepentingan manusia dan kepentingan lingkungan khususnya hutan, dapat berjalan seimbang perlu diadakan aturan yang mengatur tentang tindakan manusia terhadap hutan khusunya dalam hal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu. Salah satu aturan tersebut adalah aturan tentang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi. 2 Salim,HS,Dasar-dasar Hukum Kehutanan,edisi revisi, Jakarta,, Sinar Grafika, 2000, hlm 46

13 Seluruh jenis perizinan merupakan kewenangan yang telah diserahkan kepada daerah sehubungan dengan adanya otonomi daerah. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri no 24 tahun 2006 tentang perizinan pasal 1 angka 8 yang menyatakan bahwa : Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah dan peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas yang menyatakan syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan tertentu baik dalam bentuk izin ataupun tanda daftar perusahaan. Begitu juga tentang perizinan dibidang kehutanan. Sebagaimana terdapat dalam penjelasan pasal 14 ayat 2 Undang- Undang No. 32 tahun 2004 disebutkan yang dimaksud dengan urusan pemerintahan yang secara nyata ada dalam ketentuan ini sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi yang dimiliki antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata. disebutkan, Selanjutnya dalam pasal 66 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 1. Ayat (1) Dalam rangka kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah. 2. Ayat (2) Pelaksanaan penyerahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengurusan hutan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Mekanisme perizinan usaha kayu dapat mempresentasikan praktek usaha pemanfaatan hasil usaha kayu secara keseluruhan dan menyeluruh. Mekanisme perizinan yang propisional, transparan, dan tanggung gugat, minimal

14 menghasilkan pemilik izin yang tangguh, propisional, serius, dan berkomitmen terhadap pengelolaan areal konsesinya, sehingga pemanfaatan hasil hutan kayu yang dengan praktek korupsi dan kolusi birokrasi, yang menghasilkan konglomerasi dan berdampak pada minimalisasi pemanfaatan hutan dalam jangka pendek dapat terhindari. 3 Praktek penebangan kayu tanpa izin, yang diikuti pula oleh praktek penyelundupan kayu bulat maupun setengah jadi ke luar negeri, diyakini memiliki peran penting perusakan sumberdaya hutan, di samping masalah kebakaran hutan yang masih terus terjadi. Pencurian kayu hanyalah symptom 4 dari permasalahan kehutanan dan sosial yang kompleks. Penebangan liar tersebut utamanya harus segera dihentikan dan diperangi melalui suatu program komprehensif, terpadu, berjangka dan bersifat arif, karena menyangkut berbagai aspek yang berpangkal pada rendahnya kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan aparat yang terlibat dimana pemerintah sendiri yang jahat, yang tidak atau belum memberikan ruang kesejahteraan ataupun pemahaman keselamatan lingkungan kepada masyarakat yang terlibat penebangan kayu liar tersebut 5. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional Negara Republik Indonesia telah mengamanatkan, khususnya dalam Pasal 33 ayat (3) bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3 www.grenomics.org, Greenomic Indonesia, Evolusi Mekanisme Perizinan Usaha Kayu Pada Hutan Alam Dan Hutan Tanaman Desember 2004, kertas kerja 06. hal 1 4 Gejala, Kamus Besar Bahasa Indonesia 5 www.pontianakpost.com, diakses pada tanggal 17 januari 2013

15 4 Demikian pula dalam konsideran Undang-undang No. 41 tahun 1999 huruf a (Undang-Undang tentang Kehutanan), disebutkan, bahwa hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, memberikan manfaat serba guna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Dalam mekanisme pemberian izin penebangan kayu, diatur persyaratan yang harus di penuhi untuk memperoleh izin, pihak-pihak yang dapat memperoleh izin, persyaratan permohonan izin dan kewenangan pemberian izin, evolusi mekanisme perizinan tersebut akan memperlihatkan evolusi pemanfaatan hasil hutan kayu di Indonesia, berdasarkan perundang-undangan yang mengatur tentang mekanisme perizinan tersebut. Berdasarkan uraian diatas saya berkeinginan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pemberian izin penebangan kayu pada kawasan hutan produksi. Hasil penelitian nantinya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Kawasan Hutan Produksi Di Kabupaten Agam B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi nantinya adalah: 1. Bagaimana proses pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan produksi di Kabupaten Agam?

16 2. Apa sajakah faktor penghambat secara yuridis maupun nonyuridis dalam Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu? 3. Apa sajakah Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis di dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan Produksi di Kabupaten Agam 2. Untuk mengetahui pengawasan izin yang diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Agam terhadap pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan produksi. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Untuk melatih diri penulis melakukan penulisan secara ilmiah dan dapat dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai pelaksanaan pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan produksi di Kabupaten Agam 2. Manfaat Praktis

17 Agar pelaksanaan pemberian izin penebangan kayu dapat dilakukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingganya kepentingan manusia tidak merusak keseimbangan lingkungan, khususnya keseimbangan system yang ada di hutan. F. Metode Penelitian 1. Metode pendekatan masalah Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis empiris, yaitu penelitian yang ditujukan untuk melihat bagaimana penerapan aturan hukum dalam prakteknya khususnya mengenai izin penebangan kayu pada kawasan hutan Produksi. 2. Sifat penelitian Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu bersifat menggambarkan mengenai pemberian izin penebangan kayu pada kawasan hutan produksi. 3. Sumber data Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan yang menggunakan metode wawancara (interview) seni terstruktur mempunyai daftar pertanyaan. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh melalui bahan kepustakaan, literature-literatur, peraturan perundang-undangan, dan karya ilmiah yang bersangkutan

18 melalui penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap bahan hukum berupa: 1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari undang-undang dasar 1945, dan Undang-undang No 41 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2007 tentang tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti buku-buku dan hasil penelitian 3. Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus-kamus hukum. 4. Teknik pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut a. Wawancara Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan terlebih dahulu mempergunakan pedoman wawancara yang kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang timbul kemudian, untuk dapat mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan kolaborasi tersebut. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain: 1. Pihak yang memintakan izin penebangan kayu.

19 2. Pihak yang memberikan izin penebanhgan kayu 3. Pihak pihak tertentu yang menjadi pengamat serta pemerhatikan masalah perizinan khususnya pada kawasan hutan, sesuai dengan kebutuhan penulisan. b. Studi dokumen Studi dokumen dilakukan terhadap bahan atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti guna untuk mempelajari dan menganalisa kasus dan mempelajari kepustakaan yang bersifat mendukung. c. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah secara: 1. Editing Editing yaitu meneliti kembali catatan-catatan data yang diperoleh untuk memastikan catatan itu sudah cukup baik dan dapat disiapkan untuk proses berikutnya. 6 2. Analisis Data Data yang telah diperoleh diteliti kembali guna menjamin kefaktualan data sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan mencocokkannya dengan masalah yang telah dijawab responden dan informan, yang kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif (tidak berbentuk angka-angka), untuk kemudian dapat diambil 6 Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 2002, hlm. 12

20 suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.