PENDATAAN SUNGAI BAWAH TANAH DI GUA BAGUS-JEBROT UNTUK SUMBER DAYA AIR KAWASAN KARST

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

PENGERTIAN HIDROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BAHAYA CAVE RESCUE 6 ARISAN CAVING YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

KAJIAN HUBUNGAN SIFAT HUJAN DENGAN ALIRAN LANGSUNG DI SUB DAS TAPAN KARANGANYAR JAWA TENGAH :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

Transkripsi:

PENDATAAN SUNGAI BAWAH TANAH DI GUA BAGUS-JEBROT UNTUK SUMBER DAYA AIR KAWASAN KARST Agung Suprianto, Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia E-mail: the.gunks@yahoo.com; agung.supriantogeo@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan melakukan pendataan kondisi sungai bawah tanah di Gua Bagus-Jebrot. Pendataan tersebut meliputi kuantitas debit air, perhitungan mengenai lorong gua serta sebaran ornament, dan cekungan air tanahnya. Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif. Hasil penelitian menunjukan Gua Bagus-Jebrot merupakan gabungan dari Gua Bagus dan Gua Jebrot dengan enterence berupa lorong horizontal yang berada di lembahan. Debit air hasil pengukuran yaitu 299 liter dalam setiap detiknya serta daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Air Tanah Sumberbening. Morfometri sungai bawah tanah di Gua Bagus-Jebrot memiliki luas DAS 78 Ha dan Pola Dendrintik. Sedangkan panjang Gua Bagus yang terpetakan 123,06 m dan Gua Jebrot yang terpetakan 289,73 m. Luas lorong Gua Bagus 548,54 m² dan Gua Jebrot 527,84 m². Ornament yang dapat ditemui di Gua Bagus yaitu stalagmite, stalactite, coulumn/pillar, flowstone, gourdam, dan soda straw. Gua Jebrot yaitu stalagtit, flowstone, dan gourdam. Kata Kunci: Sungai Bawah Tanah, Gua, dan Kawasan Karst. Abstract: This research purpose to collect data on the condition of the underground river Cave Bagus-Jebrot. The collection includes the quantity of water discharge, calculation and distribution of the aisle cave ornaments, and groundwater basins. The research method used was exploratory. The results showed Cave Bagus-Jebrot is a combination of the Cave Bagus and Cave Jebrot with enterence form a horizontal passage in valley. Water discharge measurements in the 299 liters per second, and the research area is included in the Groundwater Basin Sumberbening. Morphometry underground river Cave Bagus-Jebrot has a 78 ha watershed and Pattern Dendrintik. The length of the mapped Cave Bagus 123.06 m and Cave Jebrot 289.73 m. The Cave Bagus has wide hallway 548.54 m 2 and Cave Jebrot 527.84 m². The ornament can be found in the Cave Bagus stalagmite, stalactite, coulumn / pillar, flowstone, gourdam, and soda straw. The Cave Jebrot the stalactite cave, flowstone, and gourdam. Keywords: Underground River, Cave and Karst Regions.

PENDAHULUAN Sebagai bagian dari Zona Karst Selatan Pulau Jawa, Malang bagian Selatan merupakan daerah karst yang kurang mendapat perhatian, hal ini terbukti belum banyaknya potensi-potensi karst yang ada masih belum dimanfaatkan baik untuk keperluan sehari-hari misalkan kebutuhan air, kepentingan konservasi, dan ilmu pengetahuan, maupun sebagai objek wisata. Salah satu potensi yang penting tersebut adalah hidrologi karst. Gua Bagus-Jebrot yang terletak di Desa Mentaraman tepatnya di daerah Malang bagian Selatan merupakan salah satu gua dengan sumber daya air tanah yang sangat potensial. Sementara itu, masyarakat Desa Mentaraman yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani sehingga kebutuhan air sangat besar dalam mengairi lahan pertanian mereka. Namun selama ini irigasi mereka masih cukup bergantung terhadap air hujan atau bisa dikatakan lahan yang mereka tanami merupakan sawah tadah hujan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian dalam pendataan kondisi sungai bawah tanah di Gua Bagus-Jebrot sebagai upaya sumber daya air kawasan karst yang dapat dimanfaatkan masyarakat di Desa Mentaraman Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Sehingga dengan adanya data baru tentang sumber daya air kawasan karst diharapkan kemudian masyarakat dapat memanfaatkan sungai bawah tanah tersebut untuk mencukupi kebutuhan air penduduk sehari-hari lebih-lebih membantu irigasi dalam pengairan sawah untuk lahan kering atau sawah tadah hujan. RUANG LINGKUP DAN METODE Ruang lingkup pada penelitian ini menitikberatkan pada pendataan sungai bawah tanah di Gua Bagus-Jebrot dengan kuantitas debit air dan pemetaan lorongnya untuk menggambarkan kondisi sungai bawah tanah pada setiap stasiunnya. Parameter dalam penelitian ini adalah kuantitas debit aliran dengan batasan penelitian pengukuran debit aliran minimum pada satu musim saja yaitu musim kemarau dan pengukuran dilakukan di tempat keluarnya air. Sedangkan pengukuran pemetaan gua untuk menjelaskan morfometri dilakukan dengan menggunakan peralatan kompas prisma, klinometer, rollmeter, dan yallon. Grade

pemetaan gua adalah grade V, dengan survey magnetik sedangkan kedetailan lorong menggunakan Class B. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan mengeksplorasi. Sesuatu yang baru itu dapat berupa pengelompokan gejala, fakta, dan fenomena tertentu. Sedangkan hasil penelitian yang didapat akan dibahas dengan penjelasan detail yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi dalam metode ini juga menyajikan data, menganalisis data, dan menginterpretasi. Subjek dalam penelitian ini adalah sungai bawah tanah yang terdapat pada lorong Gua Bagus-Jebrot. Sedangkan objek penelitian yang diambil adalah tempat keluarnya air sungai bawah tanah di Gua Jebrot, dimana digunakan untuk mengetahui besarnya debit air sungai bawah tanah Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel purposive dimana sampel dipilih secara cermat dengan mengambil objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. HASIL 1. Kondisi Permukaan Gua Bagus-Jebrot Secara administrasi, Gua Bagus-Jebrot memiliki letak yang sama, terletak di Desa Mentaraman. Gua ini merupakan satu dari sekian banyak gua dengan mulut gua horizontal yang dapat dijumpai di kawasan karst Malang bagian Selatan dan termasuk gua berair. Sistem perguaan ini berada di daerah kawasan Perhutani Kabupaten Malang yang berjarak kurang lebih 2 km dari permukiman penduduk. Lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1. Tabel 1. Diskripsi Entrance Gua Bagus-Jebrot Tahun 2012 N o Gua 1 Bagus 08º 21 47 LS - 112º 24 37 BT 2 Jebrot 08º 22 01 LS - 112º 24 40 BT 127 Mdpl 109 Mdpl Kondisi Kondisi mulut gua Bentu k Persegi panjang Persegi panjang Horizontal Koordinat Elevasi Vegetasi Banyak Sedikit Horizontal Keadaan lorong gua Dimensi Posisi Kondisi air Ornament Flora fauna 5,4x4=2 Lemb Kering Sedikit Ada Ada 1,6 m² ah 6x1,4=8,4 m² Lemb ah Berair Sedikit Tidak ada Ada

2. Kondisi Bawah Permukaan Gua Bagus-Jebrot Pendataan keadaan lorong gua dengan data yang diambil berupa data setiap stasiun, mulai dari jarak, kemiringan, lebar, irisan gua, dan ornament serta flora-fauna di dalam lorong gua. Data yang diambil ini nantinya digunakan untuk penggambaran peta lorong gua sehingga dapat diketahui keadaan morfologi lorongnya. Selain itu, digunakan untuk menjelaskan lorong-lorong gua dengan potensi sungai bawah tanahnya. Pengambilan data di lorong Gua Bagus dilakukan sepanjang 123,06 meter, dengan jumlah stasiun yang terpetakan sebanyak 19 stasiun. Gua Jebrot yang terpetakan sepanjang 289,73 meter dengan Grade 5B setelah itu mengalami perubahan Grade sampai 1A yang terpetakan dengan jumlah 64 stasiun. 3. Kuantitas Debit Air Sungai Bawah Tanah Pengukuran debit air tanah dilakukan untuk mengetahui potensi air tanah yang ada di dalam gua yang dilalukan pada Gua Jebrot. Pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan metode apung, adapun data dalam pengukuran adalah sebagai berikut. Tabel 2 Pengukuran Luas Penampang Sungai Bawah Tanah Penampang 1 Lebar penampang 300 Jarak dari tepi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 Kedalaman 31 42 48 50 56 56 56 56 55 45 44 40 37 Penampang 2 Lebar penampang 291 Jarak dari tepi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 291 Kedalaman 36 42 42 45 51 50 57 57 60 53 47 40 40 Penampang 3 Lebar penampang 287 Jarak dari tepi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 287 Kedalaman 27 38 43 43 51 54 54 59 50 47 42 42 39 Penampang 4 Lebar penampang 281 Jarak dari tepi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 281 Kedalaman 35 40 43 43 49 53 53 58 58 52 44 44 39 *satuan dalam senti meter Waktu yang dibutuhkan pelampung dalam menempuh jalur pengukuran (panjang pengukuran 300 cm): 1. 13,7 detik; 2. 10,1 detik; 3. 10,9 detik; dan 4. 13,2 detik

Debit adalah jumlah air yang dipindahkan dalam waktu satu detik yang diperoleh dengan rumus Q = V x A x konstanta. Q = debit; V = kecepatan rata-rata; dan A = luas rata-rata penampang sungai. Bila dihitung dengan rumus di atas, maka debit air adalah sebesar: 25,052 x 14025.625 x 0,85 = 298640,6203. Angka ini dinyatakan dalam satuan cm 3 per detik. Guna memperoleh angka debit air dengan satuan liter per detik, angka diatas harus dibagi dengan bilangan 1000. Jadi debit air di bagian sungai pada lorong gua yang dihitung adalah 298,6406203 atau dibulatkan menjadi 299 liter dalam setiap detiknya. 4. Cekungan Air Tanah dan Perkiraan Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Gua Bagus-Jebrot Cekungan Air Tanah daerah penelitian berdasarkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provensi Jawa Timur termasuk dalam Cekungan Air tanah Sumberbening. CAT Sumberbening ini berada dalam satu wilayah Kabupaten Malang, khususnya Malang bagian Selatan. CAT Sumberbening tersebut menjadi daerah imbuhan dan lepasan air tanah secara luas untuk Kabupaten Malang, tidak hanya daerah penelitian saja. Sedangkan untuk perkiraan daerah tangkapan sungai bawah tanah karst di daerah penelitian dapat diperkirakan dilihat dari sebaran permukaan dari bukit-bukit karst yang berperan sebagai reservoir utama air kawasan karst daerah penelitian. PEMBAHASAN 1. Morfologi Lorong Gua Bagus-Jebrot Morfologi ini menyangkut tentang morfometri dan morfoekologi, di mana data ini nantinya dapat digunakan untuk penggambaran kondisi lorong sungai bawah tanah sehingga dapat digunakan untuk penelitian yang lebih lanjut.. Aspek morfometri tersebut melingkupi perhitungan ukuran suatu bentukan gua dan morfoekologi mengenai ornament gua.

Morfometri sungai bawah tanah di gua ini mempunyai luas DAS 78 hektar dan Pola Dendrintik. Morfometri lorong Gua Bagus-Jebrot memiliki panjang Gua Bagus yang terpetakan 123,06 m dan Gua Jebrot 289,73 m. Luas lorong Gua Bagus 548,54 m² dan Gua Jebrot 527,84 m². Sedangkan, morfoekologinya merupakan ornament yang dapat ditemui di Gua Bagus yaitu Stalagmite, Stalactite, Coulumn/pillar, Flowstone, Gourdam, dan Soda straw. Gua Jebrot yaitu stalagtit, flowstone, dan gourdam. 2. Pendataan dan Akses Pemanfaatan Air Sungai Bawah Tanah di Gua Bagus-Jebrot Berdasarkan hasil penghitungan debit aliran sungai bawah tanah pada lorong Gua Jebrot, ditemukan jumlah debit air yang cukup besar yaitu 299 liter setiap detiknya. Keadaan ini dapat dijadikan pertimbangan lanjut dalam upaya akses air tanpa penggunaan pompa air. Hal ini dapat dilakukan selain dengan memanfaatkan besarnya debit air, juga garis ketinggian lorong sungai bawah tanah yang mencapai 123,78 meter. Di sisi lain, kondisi kawasan pertanian di sekitar Gua Bagus-Jebrot memiliki kontur yang variatif. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan beda tingi antara posisi aliran sungai tertinggi dengan posisi area pertanian pada kontur tertentu, maka akses air dapat dilakukan tanpa menggunakan pompa air. 3. Cekungan Air Tanah dan Perkiraan Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Gua Bagus-Jebrot Cekungan Air Tanah daerah penelitian berdasarkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provensi Jawa Timur termasuk dalam Cekungan Air tanah Sumberbening yang mampu menghasilkan Air Tanah Bebas dengan jumlah 338 juta M 3 /tahun sedangkan Air Tanah Tertekannya adalah nol. Daerah tangkapan sungai bawah tanah karst di daerah penelitian sendiri dapat diperkirakan dilihat dari sebaran permukaan dari bukit-bukit karst yang berperan sebagai reservoir utama air kawasan karst. Daerah ini mencakup luas sekitar 78 ha daerah karst. Penetapan daerah tangkapan ini mengabaikan karakteristik sistem karst yang khas

yang memungkinkan terjadinya kebocoran air keluar ataupun masuk melewati batas DAS. Penentuan luas ini melihat dari permukaan bukit-bukit karst dari google earth yang berperan sebagai reservoir utama air di kawasan karst daerah penelitian. Selain itu, penentuan ini juga dilihat dari kontur peta RBI yang menunjukan punggungan yang berfungsi sama sebagai resrvoir air di kawasan karst. Permukaan dari bukit bukit karst itulah yang berperan sebagai reservoir utama air di kawasan karst, dan sebaliknya tidak ada zone untuk menyimpan aliran conduit karena geraknya yang sangat cepat dan segera mengalir ke laut. Gambar 1. Peta Perkiraan Daerah Tangkapan Air

4. Kondisi Fisiografis Permukaan Terhadap Lorong Pada Sungai Bawah Tanah Lorong gua yang terdapat pada Gua Bagus-Jebrot memiliki tingkat variatif yang cukup beragam baik dari ukuran lorong (lebar dan tinggi) maupun air perkolasi/tetesan air dari permukaan. Hal ini disebabkan pada dasarnya karstologi Malang bagian Selatan termasuk pada stadia transisi antara Stadia Uvala dengan Stadia Cock pit sehingga kawasan karst Malang Selatan masih sangat variatif untuk perkembangan karstnya. Begitu juga perkembangan Gua Bagus-Jeborot dengan lorong yang bervariatif, sehingga setiap stasiun pada lorong berbeda baik dari lebar dan sempit lorong gua, ornament gua, dan bentukan aliran sungai bawah tanahnya. Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Donomulyo

Fisiografis/topografi permukaan karst tersebut yang menjadikan kevariatifan lorong Gua Bagus-Jebrot, selain dari karstologi Malang bagian Selatan pada stadia transisi antara Stadia Uvala dengan Stadia Cock pit. Letak/posisi pada lorong gua akan mempengaruhi perkembangan atau perbedaannya, berada tepat di bawah punggungan atau lembahan. Keberagaman jenis ornament atau pun berbagai variasi bentang alam karst di alam tidak terlepas dari variasi faktor jenis Batu Gamping, struktur geologi, faktor biologi (vegetasi), suhu udara, dan angin serta curah hujan. Selain itu, aliran air sungai bawah tanah yang cukup besar serta sering terjadinya banjir saat musim penghujan juga menyebabkan adanya perbedaan dasar/lantai dari sungai bawah tanah itu sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan: 1. Gua Bagus-Jebrot merupakan gabungan dari Gua Bagus dan Gua Jebrot dengan enterence berupa lorong horizontal yang berada di lembahan. Morfometri sungai bawah tanah di gua ini mempunyai luas DAS 78 hektar dan Pola Dendrintik. Morfometri lorong Gua Bagus-Jebrot memiliki panjang Gua Bagus yang terpetakan 123,06 m dan Gua Jebrot 289,73 m. Luas lorong Gua Bagus 548,54 m² dan Gua Jebrot 527,84 m². Ornamen yang dapat ditemui di Gua Bagus yaitu Stalagmite, Stalactite, Coulumn/pillar, Flowstone, Gourdam, dan Soda straw. Gua Jebrot yaitu stalagtit, flowstone, dan gourdam. 2. Gua Bagus-Jebrot yang dialiri sungai bawah tanah dengan volume air yang keluar dari mulut Gua Jebrot per satuan waktu (debit=q) adalah : 299 liter perdetiknya. 3. Cekungan Air Tanah daerah penelitian termasuk dalam CAT Sumberbening dan adanya bukit bukit karst itulah yang berperan sebagai perkiraan reservoir utama air di kawasan karst tersebut sebagai daerah imbuhan air tanah dan daerah tangkapan untuk pemasok air sungai bawah tanah di Gua Bagus- Jebrot.

Berdasarkan hasil analisa dan data sebagaimana telah diuraikan tersebut maka dapat diberikan saran: 1. Pada Sistem Perguaan Bagus-Jebrot dengan entrance Gua Bagus dapat dijadikan sebagai wisata minat khusus mengingat adanya lorong vertikal yang menggunakan alat SRT, sedangkan Gua Jebrot dapat dijadikan kawasan ekowisata mengingat adanya ornament gua yang bervariasi dan lorong yang horizontal. 2. Dari hasil temuan debit air di Gua Bagus-Jebrot, maka sangat memungkinkan untuk pengupayaan akses irigasi pertanian tanpa menggunakan pompa air dengan memanfaatkan beda tinggi antara posisi sungai bawah tanah Gua Bagus-Jebrot dengan lahan pertanian pada kontur tertentu. 3. Peta perkiraan daerah tangkapan air sungai bawah tanah bisa dijadikan daerah konservasi untuk menjaga kuantitas debit aliran air. DAFTAR RUJUKAN Adji, T.N., 2005, Agresivitas Airtanah Karst Sungai Bawah Tanah Bribin, Gunung Sewu. Indonesian Cave and Karst Journal. Vol. 1 No1, HIKESPI Adji, T.N. 2007. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst Gunungsewu dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya Terhadap Sumberdaya Air (hidrologis) karena Aktivitas Manusia. Makalah seminar tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada ESDM. 2008. Potensi Air Tanah Jawa Timur. Makalah tidak diterbitkan. Jawa Timur: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provensi Jawa Timur Ford D and Williams P.2007. Karst Hydrogeology and Geomophology. England: British library Geogladiator, Erwin. 2012. Morfometri DAS. Online (http://erwingeograf.blogspot.com/2012/02/morfometri-das.html), diakses tanggal 2 November 2012 Haryono, H. dan Adjie, T.N. 2004. Geomrofologi dan Hidrologi Karst. (Online(http://tjahyo-adji.ugm.ac.id/buku_ajar_karst_indonesia.pdf)), diakses tanggal 27 Oktober 2010. Kodoatie, Robert. J dan Roestam. S. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta.

Laksamana, E.E, 2005. Stasiun Nol: Teknik-Teknik Pemetaan Dan Survey Hidrologi Gua, Yogyakarta: Megalith Books dan Acintyacunyata Speleogenesis Club. Purnama. 2011. Morfometri Daerah Aliran Sungai. Online (http://aqdhianti.blogspot.com/2012/03/morfometri-daerah-aliransungai.html), diakses tanggal 2 November 2012. Wicaksono, Agung. 2004. Pemetaan dan Eksplorasi Gua Bagus Desa Mentaraman Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.