ANALISIS WAKTU PEMESINAN PADA UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA WAKTU PEMOTONGAN DENGAN WAKTU PEMESINAN BUBUT PADA UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG PEMESINAN

ANALISIS HASIL KERJA PADA UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK PEMESINAN SISWA SMK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN WAKTU KERJA TERHADAP HASIL KERJA PADA PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG PEMESINAN BUBUT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Penilaian Ujian Praktik Kejuruan Bidang Pemesinan Waktu Indikator Skor

HUBUNGAN WAKTU PEMOTONGAN DAN WAKTU PEMESINAN PADA UJI KOMPTENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK PEMESINAN

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

HUBUNGAN WAKTU KERJA TERHADAP HASIL KERJA PADA PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI BIDANG PEMESINAN BUBUT DI SMK

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK GAMBAR

2015 HUBUNGAN WAKTU KERJA TERHADAP HASIL KERJA PADA PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG PEMESINAN BUBUT DI SMK TARUNA MANDIRI CIMAHI

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 3 Selesai tidak tepat waktu dengan hasil baik dan benar. 2 Selesai tidak tepat waktu dengan kurang baik dan 1

ANALISIS PENILAIAN KUALITAS DIMENSI PRODUK UJI KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BUBUT LANJUT

PENGGUNAAN ALAT PENDUKUNG PRAKTIK PADA KOMPETENSI MENGUNAKAN MESIN BUBUT KOMPLEKS

BAB III METODE PENELITIAN

PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA SMK DALAM PRAKTIK BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK

KONTRIBUSI HASIL UJIAN TEORI TERHADAP HASIL UJIAN PRAKTIK PADA UJI KOMPETENSI KEAHLIAN SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MATA KULIAH PRAKTEK KEJURUAN DI JPTM FPTK UPI YANG RELEVAN DENGAN KOMPETENSI GURU SMK BIDANG TEKNIK MESIN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik.

BAB III METODE PENELETIAN

STUDI PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SIWA SMK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI LULUSAN YANG DIBUTUHKAN DI INDUSTRI DENGAN HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KORELASI KESULITAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN COMPUTER NUMERICAL CONTROL SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

KETERCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA PRAKTIK PEMELIHARAAN AC SPLIT

BAB III METODE PENELITIAN

Halaman a. Definisi Pengetahuan b. Tingkat Pengetahuan c. Pengukuran Pengetahuan d. Pengetahuan Dasar Pemesinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan menuju era industrialisasi haruslah didukung dengan mutu

Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PERALATAN BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SALAM ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karimun-Kepulauan Riau.

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi yang dinamis

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. Studi Komparasi Hasil Pembelajaran Oleh Guru dengan Hasil Pembelajaran Simulator CNC oleh Peneliti

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BERWIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PERBENGKELAN OTOMOTIF SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal.

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TYPE QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN TEKNIK REFRIGERASI DI PERGURUAN TINGGI DAN DI SMK DENGAN STANDAR UJI KOMPETENSI

Syaeful Ahmad 1, Kamin Sumardi 2, Purnawan 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yulqi Azka Shiyami, 2015

RELEVANSI MATERI MATA KULIAH GAMBAR TEKNIK DAN MATERI MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK DENGAN MATERI STANDAR UJI KOMPETENSI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analitik korelatif tindakan pengembangan, yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelulusan peserta didik di berbagai jenjeng pendidikan di Indonesia mulai dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Perhitungan Ongkos Produksi

STUDI KETERLAKSANAAN PRAKERIN TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

KESULITAN MAHASISWA BELAJAR ANALISIS BUTIR SOAL DALAM MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN TATA BOGA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di zaman era

STUDI RELEVANSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF PAKET KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN DENGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI SMK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minat dan Pengetahuan Dasar Pemesinan serta satu variabel terikat

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Topan Febrinata, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI IMPLEMENTASI ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LAS BERORIENTASIKAN PRODUK KRIYA LAS TERALIS DI SMK

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012: 80) bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

EVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut sumber daya

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PRAKTEK LAS TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA DI BIDANG PENGELASAN SISWA SMK

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk

WAKTU PRAKTIK DASAR ELEKTRONIKA OTOMOTIF BAGI SISWA SMK UNTUK MENCAPAI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

STUDI EKSPLORASI PERALATAN PRAKTIKUM PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

177 ANALISIS WAKTU PEMESINAN PADA UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK Ade Karyadi 1, Wardaya 2, Purnawan 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. setiabudhi No. 207 Bandung 40154 dekryadi@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui gambaran waktu pemesinan dan menghasilkan format penilaian indikator waktu yang sesuai pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan bidang pemesinan di SMK Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif. Data dijaring melalui studi observasi secara langsung pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan teknik pemesinan untuk pekerjaan membubut. Jenis proses terdiri atas: membubut diameter, membubut panjang, mengebor diameter, mengebor kedalaman, membubut alur, membubut ulir dan membubut tirus. Waktu pemesinan diukur mulai dari siswa berdiri di depan mesin sampai benda kerja selesai dan diserahkan kepada assesor. Subjek penelitian sebanyak 30 siswa. Rata-rata waktu pemesinan penyelesaian produk dalam proses pembubutan adalah 213 menit. Waktu pemesinan pada pekerjaan membubut dikelompokkan kedalam empat kategori penilaian dengan standar acuan nilai dengan hasil persentase 13%, 27%, 53% dan 7 % masing-masing untuk kategori A, B, C dan E. Kata kunci: kejuruan, pemesinan, bubut, kompetensi. PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2013, ternyata jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menganggur sebanyak 11,81% atau 847.052 orang dari total 7.170.523 orang penganggur. Angka ini menunjukkan bahwa masih belum tercapainya tujuan SMK dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia Industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya. Berdasarkan hasil observasi melalui studi dokumentasi yang dilakukan di SMK Negeri 6 Bandung mengenai data lulusan yang bekerja di industri dihitung dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Data tersebut apabila dirata-ratakan, maka lulusan SMK Negeri 6 Bandung yang terserap di industri sebanyak 57.34% dan sisanya 43.15% tidak bekerja di industri, melanjutkan sekolah dan berwirausaha. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah lulusan dari sekolah tersebut kurang kompeten untuk bekerja di industri atau ada faktor lain yang menyebabkan tidak semua lulusan terserap di industri. Sedangkan kita tahu 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

178 bahwa SMK Negeri 6 Bandung merupakan salah satu SMK terbaik se Indonesia, yang senantiasa menjadi SMK percontohan bagi SMK lainnya. Sekolah ini juga telah melaksanakan uji kompetensi semenjak aturan uji kompetensi diberlakukan untuk SMK. Siswa yang dinyatakan lulus dari SMK ini telah melaksanakan proses uji kompetensi baik secara teori juga praktik. Pelaksanaan uji kompetensi merupakan salah satu standar kelulusan siswa di SMK. Tujuan dari penilaian kompetensi adalah untuk menetapkan keberhasilan peserta didik dalam menguasai satu unit kompetensi dengan mengacu kepada standar kompetensi nasional. Standar Kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dimiliki oleh peseta didik (lulusan). Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur (Rusman, 2010). Standar penilaian pelaksanaan uji kompetensi telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Kriteria yang dinilai pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan meliputi aspek persiapan kerja, proses (sistematika dan cara kerja), hasil kerja, sikap kerja dan waktu (BSNP, 2013). Kelima aspek tersebut menjadi standar acuan penilaian pada proses ujian kompetensi praktik kejuruan. Berdasarkan aspek penilaian tersebut yang menarik perhatian penulis adalah mengenai standar waktu pelaksanaan ujian kompetensi kejuruan, dalam lembar penilaian tersebut indikator waktu yang ditetapkan kurang spesifik. Letak permasalahannya yaitu kurang spesifiknya standar waktu kerja yang dibutuhkan oleh siswa selama proses pengerjaan uji kompetensi tersebut. Permasalahan ini akan menyulitkan assesor dalam menentukan kriteria penilaian pada aspek waktu pengerjaan pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan. Assesor tidak mampu membedakan nilai antara siswa yang selesai cepat dengan siswa yang lambat. Selain itu permasalahan ini akan berakibat pada siswa itu sendiri, siswa tidak mengetahui standar waktu penyelesaian produk yang dia kerjakan, akibatnya siswa kurang merespon pekerjaan yang dikerjakan. Penilaian aspek waktu ini mempunyai bobot 3 dari jumlah bobot komponen penilaian adalah 25, atau sekitar 12,5% dari total penilaian uji kompetensi praktik kejuruan ini. Meskipun hanya 12,5%, tetapi pada kenyataannya di dunia industri aspek waktu merupakan aspek yang dominan dan sangat diperhatikan. Tentunya ini harus jadi perhatian bagi BSNP dan pihak sekolah untuk terus meningkatkan kompetensi siswa dalam waktu penyelesaian produk secara tepat. Apabila kriteria penilaian waktu pemesinan tidak diperhatikan, bisa berakibat pada tingkat relevansi dari kompetensi indikator waktu

179 pemesinan siswa dengan kompetensi indikator waktu pemesinan yang diharapkan oleh industri (Rochim, 1993). Sejauh ini masih banyak lulusan SMK yang menganggur, fenomena ini memunculkan pertanyaan, apakah kompetensi waktu pemesinan lulusan SMK belum sesuai dengan kompetensi waktu pemesinan yang diharapkan oleh industri. Aspek penilaian indikator waktu pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan ini mengacu pada rasio distribusi waktu yang dilakukan operator di industri (Mardapi, 2003). Mengapa demikian, karena tujuan dari penyelenggaran pendidikan teknik kejuruan pemesinan adalah untuk menciptakan tenaga kerja di industri. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui gambaran waktu pemesinan pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan teknik pemesinan. Manfaat dari penelitian ini mampu menghasilkan format penilaian indikator waktu yang sesuai, untuk digunakan pada pelaksanaan dan evaluasi uji kompetensi praktik kejuruan teknik pemesinan bubut. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode desktriptif. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara menghitung waktu kerja secara langsung di lapangan menggunakan stopwatch untuk memperoleh data waktu yang akurat. Waktu pemesinan dihitung ketika siswa berdiri didepan mesin sampai benda kerja selesai dan diserahkan kepada assesor untuk dinilai pada pelaksanan uji kompetensi praktik kejuruan tingkat XII di SMKN 6 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi yang diteliti merupakan siswa tingkat XII tahun 2013/2014 sebanyak 120 siswa yang terdiri dari 4 rombongan belajar. Pengambilan sampel dengan teknik sampling insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Teknik sampling ini dipilih karena waktu pelaksanaan ujian kompetensi praktek kejuruan disekolah yang bersangkutan sudah hampir selesai dan hanya tersisa satu kelas, jadi penulis mengambil data hanya pada satu kelas saja. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan mengukur waktu pemesinan pada uji kompetensi pekerjaan membubut diperoleh sebagai berikut: waktu maksimum 390 menit, waktu minimum 85 menit, waktu rata-rata 213 menit, standar deviasi 58 menit. Penelitian dilakukan pada 30 responden.

180 Standar deviasi yang didapat dari data diatas adalah 58 menit, ini akan menjadi patokan dalam penetuan kriteria penilaian pada setiap siswa. Apabila dimasukan pada rentang penilian yang dibagi ke dalam empat kategori. Nilai A adalah lebih kecil sama dengan waktu rata-rata dikurangi 1 standar deviasi. Nilai B lebih besar dari waktu rata-rata dikurangi 1 standar deviasi dan lebih kecil sama dengan waktu rata-rata. Kategori C ditentukan dengan kriteria lebih besar dari waktu rata-rata dan lebih kecil sama dengan waktu rata-rata ditambah 1 standar deviasi. Apabila waktu penyelesaian lebih besar dari waktu rata-rata ditambah 1 standar deviasi, maka siswa tersebut termasuk kategori E. Adapun untuk melihat gambaran distribusi kategori waktu pemesinan pekerjaan membubut pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan bidang pemesinan. Sesuai dengan kriteria format penilaian waktu yang dibuat, diperoleh hasil pegelompokkan hasil penilaian (Tabel 1). Tabel 1. Kategori Kompetensi Waktu Membubut No Kategori Kriteria Rentang Frekuensi % 1 A A A 155 4 13 2 B 155 B 213 8 27 3 C 213 C 271 16 53 4 E E 271 2 7 Jumlah 30 100 Sebaran data membentuk kurva miring negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa kriteria pencapaian kompetensi siswa belum tercapai dengan baik. Gambaran pelaksanaan waktu kerja pada uji kompetensi praktik kejuruan di SMK Negeri 6 Bandung ini menjadi representasi dari hasil pembelajaran praktik pemesinan itu sendiri. Menurut pengamatan data statistik, apabila diagram membentuk kurva miring negatif. Hasil ini menggambarkan bawa terdapat gejala yang dipengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung yang mempengaruhi hasil penilaian waktu pemesinan pekerjaan membubut pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan itu sendiri. Hasil penilaian yang dilakukan oleh assesor untuk aspek waktu ini, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil yang dikemukakan oleh penulis. Hasil penilaian aspek waktu siswa pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan di SMKN 6 Bandung tahun ini, semua siswa mendapat nilai A atau 4 poin. Berdasarkan hasil penilaian assesor, jika ditinjau dari aspek nilai, maka ini dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika kita tinjau dari segi evaluasi yang merupakan tolak ukur kemampuan siswa, maka ini jelas tidak berhasil. Mengapa dikatakan demikian, gambaran ini bisa diakibatkan karena soal ujian yang termasuk

181 kategori soal yang mudah, sehingga siswa dapat mengerjakan dengan cepat. Namun pada pelaksanaan yang sesungguhnya di lapangan, assesor kesulitan dalam menentukan kriteria nilai yang seharusnya, karena tidak ada acuan yang jelas dan spesifik pada standar penilaiannya. Jika kita lihat standar penilaian aspek waktu kerja yang BSNP tetapkan, tentu ini akan berbeda hasilnya dengan yang penulis lakukan. Fenomena ini terjadi karena kriteria penilaian dari BSNP tidak se-spesifik standar waktu yang penulis buat. Sejauh ini, terkadang lulusan yang dianggap kompeten oleh pihak penyelenggara uji kompetensi praktik kejuruan, kurang relevan dan dinilai kurang kompeten oleh pihak industri. Terlihat dari indikator penilaian aspek waktu BSNP, indikator waktu yang ditetapkan kurang spesifik. Tidak ada perbedaan antara yang selesai paling cepat dengan yang lambat, selama mampu selesai dalam rentang 8-10 jam akan mendapatkan nilai A poin jika benda kerja yang dihasilkan memiliki hasil yang baik dan benar. Yang membedakan antara siswa yang mendapat nilai B hanya dibedakan oleh hasil kerjanya saja, jika masih dalam rentang waktu yang sama yakni 8-10 jam tapi hasilnya kurang baik namun benar. Bagi siswa yang tidak selesai tepat waktu namun hasilnya baik dan benar mendapat nilai C. Sedangkan untuk yang tidak tepat waktu dan hasilnya tidak benar dan salah masih mendapat nilai D. Penilaian aspek waktu ini mempunyai bobot 3 dari jumlah bobot komponen penilaian sebesar 25, atau sekitar 12,5% dari total penilaian pada uji kompetensi praktik kejuruan. Meskipun hanya 12,5%, tetapi pada kenyataannya di dunia industri aspek waktu merupakan aspek yang dominan dan sangat diperhatikan. Tentunya ini harus jadi perhatian bagi BSNP dan pihak sekolah untuk terus meningkatkan kemampuan siswa dalam waktu penyelesaian produk secara tepat. Tabel 2. Tabel Kriteria Penilaian Waktu Pekerjaan Membubut No Komponen Kriteria Kategori Skor Siswa Mampu Menyelesaikan Pekerjaan Lebih Cepat dari 154 menit A 4 Siswa Mampu Menyelesaikan Pekerjaan 154 Menit sampai 213 B 3 1 Waktu Penyelesaian menit Siswa Mampu Menyelesaikan Pekerjaan 212 Menit sampai 271 C 2 menit Pekerjaan Diselesaikan Melebihi 217 menit E 0

182 Kriteria yang dibuat berupa patokan waktu pekerjaan dalam satuan menit, sehingga assesor tidak akan kesulitan dalam menentukan kategori nilai pada siswa. Instrumen ini menunjukkan penghargaan bagi siswa yang mampu menyelesaikan pekerjaannya secara cepat, tentu akan mendapat kategori lebih baik dari yang lambat. Format seperti inilah yang seharusnya dikembangkan oleh BSNP dalam melaksanakan uji kompetensi praktik kejuruan. Sehingga kriteria penilaian itu tidak rancu dan akan lebih tepat sasaran. Hasil penilaian asesor pada indikator waktu ini menunjukkan bahwa, asesor tidak mampu memberikan nilai yang sesuai antara siswa yang menyelesaiakn pekerjaannya selama 85 menit dengan siswa yang selesai 390 menit. Dapat diartikan bahwa penilaian aspek ini tidak objektif, karena tidak sesuai dengan penilaian yang seharusnya, hal seperti inilah yang dikhawatirkan akan menjadi indikator tidak relevannya kompetensi lulusan SMK dengan kompetensi yang diharapkan oleh industri (Sudjana, 2005). Permasalahan ini jelas akan berakibat pada keberhasilan siswa dalam bekerja di industri. Permasalah ini dapat menjadi salah satu penyebab makin bertambahnya pengangguran yang dihasilkan dari lulusan SMK setiap tahunnya. KESIMPULAN Waktu pemesinan pada pelaksanaan uji kompetensi praktik kejuruan bidang pemesinan bubut, dengan rata-rata yaitu 213 menit, waktu tercepat 85 menit dan waktu maksimal yaitu 390 menit. Waktu membubut pemesinan 40% siswa menyelesaikan dengan baik, 50% menyelesaikan cukup baik dan sisanya melebihi waktu yang telah ditetapkan. Hasil pengujian dilakukan sesuai dengan standar penilian yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 0020/P/BSNP/I/2013 tentang Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional. Jakarta: BSNP. Mardapi, Djemari. (2003). Pola Induk Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar, Jakarta: Rineka Cipta. Rochim, T. (1993). Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Lab. Teknik Produksi Departemen Teknik Mesin FTI ITB. Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.