GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

PERILAKU REMAJA PUTERI DALAM MENGATASI DISMENORE (STUDI KASUS PADA SISWI SMK NEGERI 11 SEMARANG )

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SINDROM PRA MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 KEJURUAN MUDA TAHUN STIKes Bina Nusantara ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dysmenorrhea merupakan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena yang simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung (Eny Kusmiran, 2013, 112). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menghadapi dysmenorrhea pada siswi kelas XI SMA N 3 Slawi Tahun 2014 serta dapat memberikan informasi tentang dysmenorrhea pada siswi supaya mereka dapat mempunyai pengetahuan yang baik tentang dysmenorrhea dan dapat bersikap positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang dysmenorrhea sebagian besar dalam kriteria Cukup sebanyak 30 responden (46,9%), yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak 20 responden (31,2%), dan berpengetahuan Kurang sebanyak 14 responden (21,9%), untuk gambaran sikap dalam menghadapi dysmenorrhea sebagian besar responden bersikap Positif atau menerima sebanyak 62 responden (96,9%) dan yang bersikap negatif atau kurang menerima ada 2 responden (3,1%). Diharapkan responden yang masih mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan masih bersikap negatif atau kurang bisa menerima keadaan dysmenorrhea dapat lebih banyak mencari informasi-informasi mengenai dysmenorrhea khususnya tentang pencegahan dan penanganan dysmenorrhea. Kata kunci : Pengetahuan, Dysmenorrhea, Sikap. A. Pendahuluan Kesehatan reproduksi remaja adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan 1. Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu di mana terjadi eksplorasi psikologi untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial. Masalah yang dijumpai pada remaja pada saat menstruasi salah satunya adalah dysmenorrhea. Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung 2. Dysmenorrhea perlu ditangani dengan beberapa cara yaitu: mengompres perut bagian bawah dengan air hangat, istirahat dan tidur yang cukup, minum air hangat, olahraga ringan, mamdi dengan air hangat. Namun, apabila nyeri berlanjut dapat segera mengkonsultasikannya ke tenaga kesehatan. Pentingnya penanganan dysmenorrhea karena tidak sedikit wanita yang mengalami merasa terganggu aktivitasnya karena dysmenorrhea. Pengetahuan dan sikap remaja putri perlu digambarkan dalam menghadapi kejadian dysmenorrhea karena itu sangat berhubungan dengan aktifitas mereka sebagai pelajar yang dapat mengurangi kenyamanan mereka dalam proses belajar ataupun kegiatan diluar jam sekolah. Dan perlu diketahui bagaimana sikap mereka dalam menghadapi nyeri haid atau Dysmenorhea, bukan hanya dari segi penerimaan saja namun perlu juga dketahui dari cara pengobatannya atau cara mengurangi rasa nyeri haid. Dari Hasil study pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 24 Februari 2014 pada 10 siswi SMA N 3 Slawi Kabupaten Tegal, peneliti mengajukan pertanyaan tentang pengertian, penyebab, dan

penanganan dari dysmenorrhea maka adapun jawaban dari 10 siswi berbeda-beda yaitu terdapat 5 siswi yang menjawab dysmenorrhea adalah nyeri perut yang terjadi sebelum atau hari pertama menstruasi kemudian dalam bersikap dan menanganinya adalah dengan tetap beraktifitas agar nyerinya tidak terasa, meminum obat dan istirahat. Sedangkan 1 siswi menjawab dysmenorrhea adalah nyeri perut yang terjadi pada hari pertama sampai ketiga menstruasi, cara bersikap dan menanganinya dengan memperbanyak istirahat dan tidur serta minum air hangat. 4 siswi lain menjawab pengertian dysmenorrhea dengan jawaban dysmenorrhea adalah nyeri perut yang biasanya terjadi pada hari pertama haid dan disebabkan karena peluruhan dinding rahim yang menebal dan tidak dibuahi, mereka bersikap tetap tenang, tidak menghiraukan, dan menannganinya dengan mengolesi perut dengan minyak kayu putih, meminum jamu tradisional dan mengurangi minum air es serta memperbanyak minum air hangat. B. Landasan Teori Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tesebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan aspek negatif yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu 3. Sikap adalah evaluasi umum yang dapat dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu, sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai objek, sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain 3. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu, komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (Opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu 3. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni, menerima yang diartikan sebagai orang (subyek) yang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Merespon adalah jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah berarti orang itu menerima ide tersebut. Menghargai yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap

suatu masalah. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri 3. Dysmenorrhea merupakan perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari atau menstruasi yang sangat menyakitkan terutama pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya seperti kram, dikenal sebagai dysmenorrhea 4. Dysmenorrhea dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Dysmenorrhea Primer Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang timbul sejak hari pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan 2. Penyebab dysmenorrhea primer yaitu dapat dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun 5. 2) Dysmenorrhea sekunder Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri haid yang biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan sekitarnya 2. Menurut Syafrudin (2011) adapun tanda gejala klinis dysmenorrhea sekunder adalah sebagai berikut: (1) Endometriosis; (2) Radang pelvis; (3) Fibroid, adenomiosis; (4) Kongesti pelvis 4. C. Metode Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional deskriptif yaitu mengobservasi dan mengukur tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri pada siswi kelas XI SMA N 3 Slawi. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA N 3 Slawi Kabupaten Tegal 177 siswi. Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 64 Siswi. Teknik pengambilan sample dilakukan dengan Proportionate Stratified Random Sampling. Jenis data yang digunakan data primer dan sekunder. D. Hasil Dan Analisis Notoatmodjo (2010) ada beberapa aspek social yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain adalah:1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Jika dilihat dari golonga umur, misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi sedangkan pada golongan usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain 5. Dari hasil penelitian didapatkan semua responden memiliki umur yang masuk dalam kategori usia remaja menengah yaitu usia 15-17 tahun sebanyak 64 responden (100%). Dari hasil penelitian didapatkan jumlah responden yang mendapatkan menstruasi pertama pada kategori umur 11-14 tahun dengan jumlah sebanyak 60 responden (93,8%) dan yang mempunyai frekuensi lebih rendah yaitu usia menarche 15-17 tahun dengan frekuensi 4 responden (6,2%). Usia menarche yang dimiliki oleh responden ternyata masuk dalam kategori usia remaja awal. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dysmenorrhea. berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (48,4%) dan terkecil adalah kategori tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 13 responden (20,3%). berdasarkan pengertian dysmenorrhea. Berdasarkan pengertian berpengetahuan Baik yaitu sebanyak 40 responden (62,5%) dan terkecil adalah kategori tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 responden (7,8%). Berdasarkan hasil penelitian responden responden sudah

lebih banyak yang mempunyai pengetahuan baik tentang pengertian dysmenorrhea, untuk yang masih belum mengetahui dengan baik tentang pengertian disebabkan karena kurangnya memperoleh informasi tentang nyeri menstruasi. berdasarkan gejala dysmenorrhea. dysmenorrhea berdasarkan gejala berpengetahuan Kurang yaitu sebanyak 39 responden (60,9%) dan terkecil adalah kategori tingkat pengetahuan Baik yaitu sebanyak 7 responden (10,9%). Berdasarkan hasil masih banyak responden yang tidak mengerti tentang gejala dysmenorrhea, penting bagi mereka untuk mengetahui informasi tentang gejala agar mereka dapat mengurangi/mengobati rasa nyeri menstruasi. berdasarkan penyebab dysmenorrhea. dysmenorrhea berdasarkan penyebab berpengetahuan Kurang yaitu sebanyak 42 responden (60,9%) dan terkecil adalah kategori tingkat pengetahuan Cukup yaitu sebanyak 10 responden (15,6%). berdasarkan penanganan dysmenorrhea. dysmenorrhea berdasarkan penanganan berpengetahuan Cukup yaitu sebanyak 33 responden (51,6%) dan terkecil adalah kategori tingkat pengetahuan Baik yaitu sebanyak 16 responden (25,0%). Berdasarkan hasil responden sudah cukup mengerti tentang penanganan dysmenorrheal dan hal itu penting mereka dapat lebih siap dalam menghadapi nyeri menstruasi. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dysmenorrhea Berdasarkan Karakteristik Responden. Berdasarkan umur didapatkan seeluruh responden masuk kedalam kategori usia remaja menengah yaitu usia 15-17 tahun dan dalam kategori ini terdapat lebih banyak remaja putri yang berpengetahuan cukup dengan frekuensi 31 responden (48,4%) dari pada remaja putri yang berpengetahuan kurang dengan frekuensi 13 responden (20,3%). Berdasarkan usia menarche didapatkan remaja yang mempunyai usia menarche 11-14 tahun lebih banyak yang berpengetahuan cukup dengan frekuensi sebanyak 28 responden (46,7%) dari pada remaja yang berpengetahuan kurang dengan frekuensi 12 responden (20%), remaja yang mempunyai usia menarche 15-17 tahun lebih banyak yang berpengetahuan cukup dengan frekuensi sebanyak 3 responden (9,7%) dari pada remaja yang berpengetahuan kurang dengan frekuensi 1 responden (7,7%). Gambaran Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Dysmenorrhea. Hasil penelitian tentang sikap remaja putri yang terbesar adalah remaja yang mengalami dysmenorrhea dengan sikap positif atau menerima sebanyak 62 responden (96,9%), dan terkecil adalah remaja yang mengalami dysmenorrhea dengan sikap negatif atau tidak menerima sebanyak 2 responden (3,1%). Sebagian besar remaja bersifat positif berarti mereka sudah dapat menerima keadaan nyeri menstruasi dan dapat menerima ketidaknyamanan yang merupakan gejala dari dysmenorrhea dengan mengurangi rasa nyeri menggunakan teknik pengurangan rasa nyeri dan mempersiapkan kondisi tubuh agar lebih fit untuk menghindari terjadinya nyeri pada saat menstruasi dengan berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi. E. Kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang dysmenorrhea sebagian besar dalam kriteria Cukup sebanyak 30 responden (46,9%), yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak 20 responden (31,2%), dan berpengetahuan Kurang sebanyak 14 responden (21,9%), untuk gambaran sikap sebagian besar responden bersikap Positif atau menerima sebanyak 62 responden (96,9%) dan yang bersikap negatif atau kurang menerima ada 2 responden (3,1%).

Daftar Pustaka [1] Yanti, 2011, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Rihama [2] Kusmiran Eny, 2013, Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta: Salemba Medika [3] Wawan, Dewi, 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika [4] Syafrudin, SKM, M.Kes, dkk, 2011, Himpunan Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja Keluarga, Lansia, dan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan. [5] Notoadmodjo, S, (2010), Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.