BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB I PENDAHULUAN. Brand bukanlah sekedar nama atau simbol. Tetapi lebih kepada aset perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. 1 Mendiola B. Wiyawan, Kamus Brand, (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), hal. 32

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kondisi pasar yang semakin kompetitif ini, strategi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memenangkan persaingan tersebut. kepada retailing mix (bauran eceran), yang merupakan kombinasi dari enam

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan jenis bisnis yang sudah lama ada di dalam pasar. Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) karena produk ini termasuk. memberikan pelayanan yang baik agar mampu bersaing.

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR. Oleh : VINA SORAYA A

Lampiran 1 :KUESIONER PENELITIAN. Kami adalah mahasiswa jurusan manajemen Universitas Bina Nusantara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. langkah perusahaan untuk bisa terus berjalan dan dapat bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini, membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini sedang menghadapi persaingan yang semakin tajam dan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia, hewan, maupun mesin (Haryono:2009). Transportasi. sangat berperan dalam pembangunan secara menyeluruh.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan regresi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN PROGRAM PERTAMINA WAY PASTI PAS DAN CITRA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pemain bisnis di Indonesia harus menghadapi tingkat persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan juga perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. harus mampu menciptakan, memelihara, melindungi dan membangun image

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

1. PENDAHULUAN. Persaingan ini muncul karena semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya. Perkembangan ini menciptakan suatu persaingan yang

BAB I. Penelitian. satu bentuk. Adanya peluang (Selasa, 14 industri ritel. cukup baik. tahun ini yaitu sekitar. 5-10%. Grafik 1.11

BAB I PENDAHULUAN UKDW. (tangible) kinerjanya pada dasarnya tidak nyata (intangible) dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Very Very Important Person (VVIP).

PENERAPAN PERTAMINA WAY PADA SPBU HJ. T. UMISALMAH PASIR PUTIH PASIR PENGARAIAN. Hasbi 1. Universitas Pasir Pengaraian Riau. Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aset tak terwujud dalam suatu perusahaan adalah ekuitas yang diwakili

BAB 1 PENDAHULUAN. minat konsumen di dalam perdagangan internasional. dibutuhkan adanya promosi yang efektif, harga yang kompetitif dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat beberapa tahun belakangan ini, dengan berbagai format dan jenisnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggannya,

BAB I PENDAHULUAN. modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia saat ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para produsen. mobil di Indonesia. Masuknya mobil-mobil import turut meramaikan

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN KENDARAAN BERMOTOR RODA 2 DI SURAKARTA (Studi Kasus Sepeda Motor Bebek Merk Honda)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Aktivitas bisnis ritel adalah aktivitas dimana produsen menjual produk secara

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang bisnis jasa pertama kali muncul sebagai bidang akademis pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. perbaikan pada beberapa komponen pada sebuah kendaraan. perawatan dan perbaikan salah satu elemen kendaraan misal bengkel Dinamo.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

persaingan di industri otomotif ini ditandai dengan bermunculannya varianvarian

BAB 1 PENDAHULUAN. Didalam era globalisasi ekonomi dewasa ini, dunia usaha dituntut untuk bisa lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Honda PT Ekajaya Karunia Abadi Surabaya berusaha melakukan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Situasi bisnis saat ini semakin mengalami kompetisi yang ketat, hingga

mengenai strategi bauran pemasaran eceran yakni keragaman produk (product

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dewasa ini telah memasuki era baru, di mana perusahaan lebih UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Usmara, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Amara Books, Jogjakarta, 2003, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini kegiatan bisnis telah semakin berkembang, dimana situasi ekonomi yang semakin diwarnai dengan intensitas persaingan yang semakin tinggi antara perusahaan di negara sendiri dengan perusahaan asing dan multinasional. Kemajuan teknologi dan informasi ikut serta menunjang kemajuan bisnis tersebut, karena dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi tersebut komunikasi di seluruh belahan dunia dapat dengan mudah terjadi, hal ini menyebabkan perkembangan pasar barang dan jasa, semakin pesat dan inovatif. Seiring dengan perkembangan zaman tersebut, perkembangan pada bisnis ritel ini sangat penting bagi masyarakat, hal ini disebabkan selain karena adanya perubahan pola berbelanja masyarakat yang semakin selektif, juga karena adanya perbedaan cara pandang konsumen terhadap bisnis ritel, yang semula dipandang hanya sebatas penyedia barang dan jasa saja, sekarang menjadi suatu bisnis yang semakin inovatif dan dinamis. Persaingan yang semakin kompetitif antara pengusaha domestik maupun asing dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya berdasarkan kebutuhan, keinginan serta kepuasan pelanggan, menjadi pendorong bagi pengusaha SPBU Pertamina yang menjual bahan bakar minyak dan produk lainnya kepada konsumen akhir (Business To Customer), untuk memperbaiki kualitas layanan dan produknya dalam memenuhi kebutuhan energi bahan bakar bagi masyarakat, khususnya mutu pelayanan yang diberikan oleh SPBU Pertamina kepada para pelanggannya. Semakin meningkatnya potensi pasar yang membutuhkan BBM diindikasikan dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor saat ini. Tabel 1.1 berikut menampilkan jumlah kendaraan roda empat khususnya di Regional III pada tahun 2006-2009.

Tabel 1.1 Jumlah Kenaikan Kendaraan Roda Empat di Regional III Tahun Terjual (unit) 2006 318.904 2007 434.473 2008 522.026 2009 387.330 Sumber : GAIKINDO Terjadi kenaikan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun. Walaupun dari tahun 2005 ke 2006 terjadi penurunan, tetapi dari tahun 2006 sampai 2008 terjadi kenaikan jumlah kendaraan bermotor dan mskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah kendaraan yang terjual namun tidak mengurangi peluang SPBU Pertamina dalam mendapatkan konsumen. Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Regional III Tahun Sepeda Motor Mobil Jumlah 2005 4.674.435 1.766.801 6.414.236 2006 5.310.068 1.835.653 7.145.721 2007 5.974.173 1.916.469 7.890.642 2008 6.765.723 2.034.943 8.800.666 2009 7.017160 1.943.703 8.960.863 Sumber : Ditlantas Polda Metrojaya Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat peluang yang besar sehingga, pengusaha berlomba-lomba mendirikan SPBU, baik yang bermitra dengan Pertamina maupun dengan pihak asing. Sehingga terjadi peningkatan jumlah SPBU baik lokal maupun asing. Terlebih lagi sejak diberlakukannya Undangundang Migas No. 22/2001, yang menetapkan bahwa perusahaan bergerak di bidang penyediaan Bahan Bakar Minyak dibuka kesempatan seluas-luasnya

untuk pesaing lain dan tidak dimonopoli lagi oleh Pertamina, maka sejak saat itu SPBU Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya agen penjualan BBM di Indonesia. Pelanggan mempunyai beberapa alternatif pilihan dalam mendapatkan BBM, termasuk membeli BBM dari pesaing asing seperti Shell dan Petronas. Gambar 1.1. di bawah menunjukkan bahwa saat ini pelanggan memiliki beberapa pilihan dalam mendapatkan kebutuhan akan BBM selain SPBU Pertamina, diantaranya: Shell dan Petronas. Gambar 1.1 Pihak Penyalur BBM di Indonesia Salah satu upaya SPBU Pertamina dalam memenangkan persaingan tersebut yaitu dengan melaksanakan konsep Pertamina Way, yang meliputi: (1) Staf yang terlatih dan bermotivasi: meliputi penampilan, pelayanan pelanggan, dan penanganan keluhan; (2) Jaminan kualitas dan kuantitas: jaminan ketepatan takaran dan mutu BBM yang dijual; (3) Pengetahuan produk: penawaran produk dan pelayanan tambahan yang selaras dengan strategi Pertamina; (4) Format fisik yang konsisten: tampilan visual yang sesuai dengan standar dan strategi Pertamina; (5) Peralatan yang terawat baik: perawatan, preventive maintenance, breakdown maintenance. SPBU yang telah memenuhi seluruh kriteria Pertamina

Way akan memperoleh Sertifikat PASTI PAS!, sebagai jaminan kuantitas, kualitas dan layanan yang diberikan oleh SPBU Pertamina kepada pelanggan. Pelanggan yang membeli BBM di SPBU Pertamina yang memasang label tersebut dijamin akan mendapatkan pelayanan yang pas: Pas takarannya, Pas kualitas BBM-nya, dan Pas pelayanannya. Hadirnya banyak pesaing di bidang penyaluran BBM, diantaranya adalah Shell dan Petronas, menyebabkan pengusaha SPBU Pertamina dan pihak Pertamina harus bekerjasama melakukan perbaikan kualitas pelayanan dan produknya dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat, khususnya mutu pelayanan untuk meningkatkan citra perusahaan, terlebih lagi dengan adanya kenaikan harga yang cukup besar sejak 25 Jumi 2008 lalu dengan alasan mengikuti harga pasar internasional. Jadi dengan harga yang mengacu kepada harga internasional, maka kualitasnya pun diharapkan memenuhi standar kualitas internasional. Gambar 1.1 adalah penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset independen untuk SPBU Pertamina dalam meningkatkan Citra Perusahaannya. karena selain persaingan yang ketat di antara pihak pengusaha SPBU domestik, juga persaingan dengan pihak pesaing asing (Shell dan Petronas). Gambar 1.2 Pelayanan dan fasilitas yang Perlu diperbaiki dalam Miningkatkan Citra Perusahaan SPBU Pertamina (2008)

Pada kenyataannya, SPBU Pertamina masih belum optimal dalam memperbaiki citranya, sehingga pelanggan masih saja ada yang tidak puas dengan kualitas layanan maupun kualitas produk yang diberikan oleh SPBU Pertamina, terutama dalam melaksanakan konsep bauran penjualan eceran, serta dalam menjalin hubungan baik dengan pelanggan dalam meningkatkan nilai pelanggan dan citra perusahaan, seperti contohnya : Ketersediaan produk BBM dan pelumas masih tidak lengkap baik dalam jenis dan klasifikasinya, jumlah takaran yang tidak tepat karena masih menggunakan mesin lama, mesin operator pengisian masih yang lama dan kadang-kadang mesinnya rusak, masih banyak SPBU Pertamina yang belum bersertifikat Pertamina PASTI PAS!. SPBU Pertamina PASTI PAS! adalah SPBU yang telah tersertifikasi dapat memberikan pelayanan terbaik memenuhi standar kelas dunia. Konsumen dapat mengharapkan kualitas dan kuantitas BBM yang terjamin, pelayanan yang ramah, serta fasilitas yang lengkap, kualitas dan kuantitas BBM terjamin karena SPBU PASTI PAS! menggunakan alat-alat pengukur lebih akurat dan menetapkan prosedur monitoring yang lebih ketat, padahal saat ini Pertamina memiliki 4.050 SPBU dan baru 280 unit yang sudah tersertifikasi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.3, walaupun SPBU Pertamina telah melakukan beberapa perubahan dan perbaikan pada tampilan, tetapi pelayanannya masih jauh dibandingkan dengan para pesaingnya, yaitu : Shell dan Petronas. Gambar 1.3 Peta Persaingan SPBU Pertamina

Berdasarkan gambar diatas digambarkan bahwa persaingan di dunia usaha SPBU masih sangat ketat, sekalipun pertamina memperbaiki tampilan namun masih berada dibawah pesaingnya. Maka berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul : Pengaruh Kinerja Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) terhadap Citra Perusahaan (Corporate Image) SPBU Pertamina Regional III. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kinerja Bauran Penjualan Eceran (retailing mix) pada SPBU Pertamina Regional III? 2. Bagaimana Citra Perusahaan (corporate image) SPBU Pertamina Regional III? 3. Bagaimana pengaruh Kinerja Bauran Penjualan Eceran (retailing mix) terhadap Citra Perusahaan (corporate image) SPBU Pertamina Regional III? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui bagaimana Kinerja Bauran Penjualan Eceran (retailing mix) pada SPBU Pertamina Regional III. 2. Mengetahui bagaimana Citra Perusahaan (corporate image) SPBU Pertamina Regional III. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kinerja Bauran Penjualan Eceran (retailing mix) terhadap Citra Perusahaan (corporate image) SPBU Pertamina Regional III.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis dan Teoritis Hasil dalam penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis mengenai manajemen pemasaran khususnya manajemen pemasaran eceran tersebut, dan mampu membandingkan teori yang telah didapat ketika perkuliahan mengenai manajemen pemasaran, dan kenyataan dan praktik yang nyata dalam dunia yang sebenarnya, serta dapat bermanfaat bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian dan pihak pihak lain, terutama : a. Sebagai sumbangan saran dan bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bisnis dan pemasaran bagi industri ritel, khususnya bagi para pengusaha SPBU dalam mengembangkan strategi bisnisnya. b. Bagi penulis dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Kinerja Bauran Penjualan Eceran (retailing mix) dan Citra Perusahaan (corporate image) dan aplikasinya. c. Bagi pihak lain penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan studi lebih lanjut dalam mengembangkan teori manajemen pemasaran, khususnya pada lingkup kajian Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) dan Citra Perusahaan (Corporate Image). 1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang kinerja bauran penjualan eceran dan citra perusahaan, maka sebelum melihat seberapa besar pengaruhnya maka penulis melihat indikator indikator apa yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.

Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix ) - Penanganan Barang Dagangan (Merchandising) - Fasilitas(Facilities) - Harga (Price) Citra Perusahaan (Corporate Image) - Ciri Perusahaan (Corporate Identity) - Ragam Fasilitas (Tangible Gambar Cues) 1.4 Paradigma Penelitian Bisnis eceran begitu penting dalam segmen ekonomi karena merupakan bisnis yang secara langsung memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Berkembangnya bisnis eceran di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan penduduk, sehingga jenis maupun ruang lingkup usahanya berkembang sesuai dengan perubahan pola perilaku konsumen dalam memenuhi kebutuhannya, sebagaimana diungkapkan dalam teori roda eceran yang menunjukkan adanya suatu proses evolusi tempat pembelanjaan. Beberapa ahli mengungkapkan tentang konsep penjualan eceran yang dapat diterapkan pada perusahaan SPBU dalam meningkatkan citra perusahaan, seperti halnya menurut Kotler dan Keller (2006:535), yang mengemukakan bahwa penjualan eceran meliputi kegiatan yang melibatkan penjualan produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk kegiatan non bisnis. Sedangkan menurut Berman (2004:3), penjualan eceran adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, yang di dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen. Kinerja dari unsur-unsur bauran penjualan eceran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan terdiri atas tujuh komponen, yaitu : merchandising, facilities, price, promotion, location, service, dan personnel.

Apabila pelaksanaan Kinerja Bauran Penjualan Eceran tidak optimal, akan membuat Citra Perusahaan yang diterima pelanggan (customer value) rendah, karena biaya yang telah mereka keluarkan tidak sebanding dengan benefit yang mereka terima sehingga perusahaan SPBU ini menjadi tidak unggul dalam bersaing (disadvantage competitive) dan akibatnya pelanggan tidak merasa puas. Baik buruknya kinerja bauran penjualan eceran, yang dilakukan perusahaan berdampak besar pada pembentukan citra perusahaan, seperti diungkap oleh Jurnal LeBlanc and Nguyen (1995), menyatakan bahwa citra perusahaan dibentuk dalam benak pelanggan melalui suatu cara dengan memproses informasi yang diterima tentang budaya, ideologi, reputasi, bisnis yang dijalankan, pelayanan, dan komunikasi serta interaksi antara perusahaan dengan pasar sasaran. Citra memiliki 2 (dua) komponen yaitu sebagai fungsi dan emosi. Komponen yang berkaitan dengan fungsi meliputi sarana dan prasarana (tangible) yang dapat diukur, sementara komponen emosional berkaitan dengan dimensi psikologi yang dapat diwujudkan dalam bentuk perasaan dan sikap terhadap perusahaan, yaitu perasaan yang diperoleh dari pengalaman individu dengan perusahaan, selama mereka berinteraksi. Jadi, citra perusahaan merupakan agregasi oleh pelanggan dengan membandingkan setiap atribut perusahaan. Citra perusahaan adalah dinamis dan kompleks. Dalam bisnis jasa seperti bisnis eceran, terdapat 5 (lima) hal yang potensial dapat mempengaruhi persepsi pelanggan tentang citra perusahaan jasa, yaitu : a. Identitas perusahaan (corporate identity) b. Jasa yang dilakukan (level of service) c. Reputasi (reputation) d. Ragam Fasilitas (Tangible Cues) e. Kontak personal. (contact person)

1.5.2 Hipotesis Penelitian Dari uraian kerangka pemikiran tersebut maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut Adanya pengaruh positif antara kinerja bauran penjualan eceran (retailing mix) dengan citra perusahaan (corporate image) SPBU Pertamina Regional III 1.6. Metode Penelitian 1.6.1 Desain Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh bauran penjualan eceran terhadap citra SPBU Pertamina adalah Metode Asosiatif Kausal, menurut Sugiyono (2004;11), metode Asosiatif kausal adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, mencari peranan, pengaruh, hubungan, hubungan yang bersifat sebab akibat, yaitu antara variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (variabel yang dipengaruhi). Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai dan mencerminkan konstruk. Adapun variabel variabel yang menjadi objek penelitian adalah : a. Variabel Independen (Variabel bebas) Variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Variabel terikat). Variabel independen dari penelitian ini adalah kinerja bauran penjualan eceran. b. Variabel Dependen (variabel terikat) Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (Variabel bebas). Dalam hal ini yang menjadi variabel dependen adalah citra perusahaan.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu upaya untuk memperoleh data yang dilakukan penulis melalui buku buku sebagai landasan teori penelitian. 2. Wawancara, yaitu wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan 3. Kuesioner, yaitu serangkaian pertanyaan untuk mengetahui kinerja bauran penjualan eceran dan hubungan pelanggan, nilai pelanggan dan citra perusahaan SPBU Pertamina 4. Observasi, mengadakan pengamatan langsung untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan memperoleh informasi lain yang belum dapat diperkirakan sebelumnya. 5. Dokumentasi, dilakukan dengan menelaah dan mengkaji catatan, laporan keuangan dan dokumen-dokumen lain dari berbagai lembaga yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi objek observasi adalah PT. Pertamina Pemasara BBM Retail Region 3 Jl. Kramat Raya No 59 Regional III Pusat, Indonesia dan unit analisis adalah konsumen SPBU Pertamina. Waktu Penelitian ini dimulai sejak Juni 2010 sampai dengan bulan September 2010.