PERTANIAN KOTA BERBASIS SIKLUS ORGANIK PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB III STUDI LITERATUR

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua kegiatan manusia pada awalnya adalah untuk memanfaatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal sayuran tersebut. Sehingga menambah tumpukan sampah. Limbah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah

Cara menanggulangi pencemaran seperti pada gambar diatas adalah...

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

PEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

BAB I I. PENDAHULUAN

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Sebelum membaca postingan ini, apa yang kalian ketahui tentang ilmu Kimia? Dan apa itu Kimia?Oke, let s learn it!

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan manusia terhadap tanah telah ditegaskan Allah SWT. dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

Model Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga dengan Bak Komposter Untuk Menghasilkan Pupuk Cair

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Gambar 2.1 organik dan anorganik

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Tahun Bawang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PERTANIAN KOTA BERBASIS SIKLUS ORGANIK PERKOTAAN Yohanes Bayu Suharto, Ahmad Bastari, Erik Herpada Tarigan * I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu masalah perkotaan yang sangat krusial adalah sampah. Saat ini warga kota Jambi membuang sampah sampai 1.400 m 3 setiap harinya. 1 Menurut Emha Training Center 2, jenis dan komposisi sampah di perkotaan terdiri dari sampah organik sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik masing-masing 10%, kaca dan logam masingmasing 2%. Sebagian besar sampah-sampah tersebut berasal dari rumah tangga dan pasar dan dengan bertambahnya jumlah penduduk juga akan semakin memperbesar volume sampah yang diproduksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap sampah sehingga tidak lagi mencemari lingkungan dan bahkan dapat dijadikan suatu produk yang bermanfaat seperti pupuk organik. Mendorong masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik masih separuh jalan dari upaya membangun pertanian kota yang berbasis siklus organik. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat kota untuk mengkonsumsi sayuran organik masih rendah karena harga yang relatif lebih mahal. Padahal sayuran non-organik mengandung residu pestisida dan pupuk kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat memicu kanker. Membudidayakan sayur secara organik dapat dilakukan sendiri dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Mengingat lahan untuk pertanian di perkotaan sudah semakin sempit, maka penanaman sayur dapat dilakukan secara hidroponik Dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah ini dengan harapan siklus organik perkotaan akan * Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi

tersambung dengan utuh dan baik dan memberikan kontribusi pada pengurangan jumlah sampah sekaligus meningkatkan katahanan pangan di Kota Jambi. I.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mayarakat Kota Jambi terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat serta meningkatkan ketahanan pangan Kota Jambi. 1.3. Metode Penulisan Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari publikasi instansi pemerintah, hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan kependudukan kota Jambi, sampah kota dan pengelolaannya, serta aplikasi budidaya sayuran secara hidroponik. Analisis dilakukan secara deskriptif dan persuasif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat potensi dari sampah kota yang selama ini terabaikan. Analisis persuasif dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk hidup sehat dengan memanfaatkan siklus organik perkotaan. II. TELAAH PUSTAKA 2.1. Sampah Kota dan Pengelolaannya Pada tahun 2009 tercatat penduduk Kota Jambi berjumlah 532.743 jiwa dengan luas wilayah 205,38 m 2 dan kepadatan penduduk 2.594 jiwa/km 2. Tercatat sebanyak 131.648 rumah tangga yang tinggal di Kota Jambi dengan rata-rata anggota rumah tangganya 4 orang. 3 Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. 4 Jenis-jenis sampah dapat dibedakan berdasarkan sumber, sifat dan bentuknya. Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan menjadi sampah alam, sampah manusia,

sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik yang dapat terurai (degradable) dan sampah anorganik yang tidak dapat terurai (undegradable) sedangkan menurut bentuknya, sampah dibedakan menjadi sampah padat dan sampah cair. 5 Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi Biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob ataupun anaerob dan Non-biodegradable, yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Sedangkan sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah seperti limbah hitam atau sampah cair dari toilet, rumah tangga atau sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian. Menurut Sudradjat 6, sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota tersebut. Sedangkan menurut Ni Komang Ayu 7, sumber-sumber timbulan sampah adalah sampah dari pemukiman penduduk, tempat-tempat umum dan perdagangan, sarana pelayanan masyarakat, industri, dan pertanian. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kertas koran, hemiselulosa, dan karbohidrat mudah terdegradasi. Kertas bungkus, bambu, lemak, dan protein agak sulit terdegradasi, sedangkan kayu, lignin, dan plastik hampir sama sekali tidak terdegradasi. Tabel 1. Degradibilitas komponen sampah kota No. Komponen Sampah Kota Degradibilitas (%) 1. Selulosa dari kertas koran 90 2. Selulosa dari kertas bungkus 50 3. Kayu/ranting berkulit 5 4. Bambu 50 5. Hemiselusosa 70

6. Karbohidrat 70 7. Lignin 0 8. Lemak 50 9. Protein 50 10. Plastik 0 Sumber : Sudradjat, 2009 Praktek pengelolaan sampah berbeda-beda antara negara maju dan negara berkembang, antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah yang baik, yaitu dengan metode pembuangan, daur ulang, metode penghindaran dan pengurangan. 5 Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) adalah mesin pengolah sampah organik padat menjadi cairan organik tanpa sisa, hasilnya berupa cairan organik yang mengandung 16 unsur hara baik makro maupun mikro, senyawa organik, mikroorganisme pengurai, pestisida organik, dan hormon tumbuh. Kandungan masingmasing bahan sangat tergantung pada macam sampah organik yang dimasukkan. Peralatan ini higienis karena pengomposan dilakukan secara tertutup, hemat karena kerja pompa udaranya dan sistem pemisahan koloidnya digerakkan oleh sinar matahari, mudah penggunaannya karena tidak membutuhkan pengadukkan atau pencincangan, masa pakai kurang lebih 10 tahun, menggunakan teknologi pencincang biomesin dan penghancuran bioteknologi. Cairan organiknya bersifat koloid tidak ada padatan sehingga dapat langsung dipergunakan menggunakan alat semprot tanpa tersumbat. Dan alat ini tidak mempergunakan listrik. Setiap mesin BPPC hanya membutuhkan tambahan 1-3 kg sampah organik setiap hari sesudah awalnya diisi penuh, dan mesin akan menghasilkan

1 liter cairan organik setiap harinya, pupuk cair biasanya dipanen sekali dalam 4 hari. Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) merupakan produk inovatif yang diriset oleh Ir. Dede Martino, MP sejak 1996. Gambar 1. Mesin Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) dan Jus Bumi 2.2. Menanam Sayur secara Hidroponik Hidroponik secara harafiah berarti hydro = air, dan phonic = pengerjaan. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Istilah ini dilontarkan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California. 8 Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim, dan lain-lain. Menurut Lingga 9, jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit,

lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan ph lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, dan dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau di pekarangan rumah yang relatif sempit serta akan menambah nilai estetika dari pekarangan rumah itu sendiri. Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal. Gambar 3. Hidroponik di pekarangan rumah III. PEMBAHASAN Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Pertamanan Kota Jambi (DKPP) mengalami keterbatasan dalam pengelolaan sampah kota karena hanya memiliki 30 armada untuk mengangkut limbah rumah tangga tersebut. Selain itu, daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA) Talang Gulo terbatas kemampuannya untuk menampung sampah warga kota Jambi. Saat ini sekitar 1400 m 3 atau sekitar 1.100 ton sampah diproduksi dari ribuan rumah tangga di kota Jambi. Hampir 65 persennya atau sekitar 715 tonnya berupa sampah organik. Sehingga dapat dirata-ratakan setiap rumah tangga di kota Jambi menyumbangkan sampai 5,4 kg sampah organik setiap harinya. Namun, hanya 52,51% sampah yang tertanggulangi oleh DKPP. 10

Siklus organik dapat menjadi solusi masalah sampah di Kota Jambi. Siklus organik perkotaan merupakan suatu rangkaian dari limbah-limbah perkotaan berupa bahan-bahan organik yang berasal dari pemukiman (rumah tangga) dan pasar yang diubah menjadi pupuk organik dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara dalam budidaya tanaman yang mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat kota itu sendiri. Siklus yang berjalan dengan baik dapat menjamin lingkungan akan selalu bersih dan tidak tercemar oleh limbah-limbah yang kita hasilkan. Keterputusan siklus organik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kesadaran masyarakat untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik, kurangnya teknologi tepat guna serta minimnya fasilitas yang disediakan pemerintah untuk mengatasi masalah sampah kota ini. Putusnya siklus organik tersebut akan menyebabkan sampah-sampah baik yang organik maupun anorganik menumpuk menjadi satu di TPA. Dengan memanfaatkan Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) sebagai tempat sampah sekaligus tempat produksi pupuk cair yang berasal dari sampah-sampah organik, sampah dapat dimanfaatkan. Siklus organik yang selama ini terputus dapat dihubungkan kembali menjadi sebuah siklus organik yang terus berputar sehingga sampah organik dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat pupuk cair atau yang dikenal sebagai jus bumi. 11 Cara penggunaan dari mesin BBPC tersebut pun terbilang sangat mudah. Dengan hanya memasukkan sampah organik ke dalamnya dan menyemprotnya dengan biodegradator dan air, BPPC sudah dapat menjadi mesin biologis yang dapat mencincang sampah-sampah organik dan merubahnya menjadi pupuk cair yang lebih bermanfaat dan bahkan bernilai ekonomis. Dan dalam satu hari, dengan memasukkan minimal 3 kg sampah organik, mesin ini mampu menghasilkan 1 liter pupuk cair. Mesin BPPC ini bekerja secara aerob dan anaerob dengan memanfaatkan panas matahari sebagai energi utamanya sehingga mesin ini ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Apabila 25% saja dari jumlah rumah tangga atau sekitar 32.912 rumah tangga yang ada di kota Jambi memiliki dan menggunakan mesin BPPC, maka

produksi sampah organik kota dapat dikurangi sampai 197,47 ton atau sekitar 23,51% setiap harinya. Menggunakan mesin BPPC tersebut juga akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat kota Jambi. Bila setiap rumah tangga sudah mempunyai mesin BPPC, maka akan dihasilkan pupuk cair dalam jumlah yang banyak. Bagaimana cara memanfaatkannya agar tak terbuang percuma? Pupuk cair yang dihasilkan dapat kita gunakan sebagai sumber hara dalam budidaya sayuran organik secara hidroponik. Selama ini, pemenuhan kebutuhan sayuran untuk masyarakat kota Jambi masih disuplai dari petani-petani kota Jambi yang jumlahnya masih sangat terbatas dan belum organik. Tercatat pada tahun 2009 luas panen sayuran di kota Jambi mencapai 845 hektar dengan produksi sayuran sekitar 1.675,85 ton per tahun terdiri dari komoditi sawi, kacang panjang, terung, buncis, tomat, cabai, ketimun, kangkung, bayam, dan gambas seperti terlihat pada tabel 2. Hasil sayuran tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sayuran masyarakat kota Jambi sehingga kota Jambi masih harus mengimpor sayuran dari luar kota seperti dari kabupaten Kerinci. Tabel 2. Luas panen dan produksi sayur-sayuran kota Jambi tahun 2009 No. Komoditi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton/Tahun) 1. Sawi 119 1.106,70 2. Kacang panjang 117 186,55 3. Terung 72 55,69 4. Buncis 32 23,50 5. Tomat 49 69,30 6. Cabai 47 33,54 7. Ketimun 85 67,22

8. Kangkung 193 61,66 9. Bayam 126 60,41 10. Gambas 5 11,28 Jumlah Total 845 1675,85 Sumber : BPS Kota Jambi, 2010 Apabila 25% saja dari jumlah rumah tangga atau sekitar 32.912 rumah tangga yang ada di kota Jambi memiliki dan menggunakan mesin hidroponik, maka produksi sayur yang dihasilkan dapat mencapai 4000 ton per tahunnya atau meningkat 239% dari produksi sayuran tahun 2009. Sehingga kebutuhan sayur yang selama ini masih sangat kurang dapat terpenuhi. Cara lain untuk mencukupi kebutuhan sayuran masyarakat kota Jambi adalah dengan membuat swalayan sayur berbasis hidroponik dengan memanfaatkan siklus organik kota. Konsep swalayan sayur ini dengan memanfaatkan lahan kosong di perkotaan untuk membudidayakan sayuran secara organik dengan metode hidroponik yang dapat berproduksi setiap harinya. IV. KESIMPULAN Salah satu cara mengelola sampah adalah dengan menghubungkan siklus organik yang selama ini terputus. Dengan memanfaatkan siklus organik ini, produktivitas sampah organik kota menurun sampai 23,51% dan meningkatkan produktivitas sayuran organik sampai 2,39 kali lipat dari prokdutivitas pada tahun 2009 apabila 25% dari masyarakat kota Jambi mau menerapkannya. DAFTAR PUSTAKA 1 Dea. 2011. Produksi Sampah Kota Jambi : 1.400 Meter Kubik/Hari. Jambi Ekspres Online. http://www.jambiekspres.co.id/green-a-clean/17578-1400-meterkubikhari.html

2 Hakim, M., Joyce Wijaya dan Rija Sudirja, 2006. Mencari Solusi Penaganan Sampah Kota. Bandung : Fakultas Pertanian UNPAD dan Direktoran Jenderal Hortikultura DEPTAN RI 3 BPS Kota Jambi. 2010. Kota Jambi Dalam Angka 2009/2010. Jambi : Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 4 Slamet, J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 5 6. 2011. Sampah. Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/sampah Sudradjat. 2009. Mengenal Sampah Kota. http://www.wargahijau.org/index.php? option=com_content&view=article&id=68:mengenal-sampah kota& catid=8:greenindustry&itemid=13 7 Ni Komang, A. 2008. Tesis : Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Semarang : Universitas Diponegoro. 8 Tim Aero Kalijati. 2009. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. http://ayobertani.wordpress.com 9 Lingga, P. 2008. Hidroponik : Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya. 10 BPS. 2010. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2009. Jambi : Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 11 Martino, D. 2010. Mengelola Sampah Organik Rumah Toko Dengan Membuat Pupuk Cair Organik Di Atap Rumah Toko (Ruko) Menggunakan Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC). http://dedemartino.blogspot.com/2010/03/mengelola-sampah-organik-rumahtoko.html