1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran, dan lain-lain) di Indonesia diperkirakan 106.000 hektar per lima tahun, sehingga menyebabkan lahan pertanian di Indonesia semakin sempit. Analisis RT/RW oleh BPN pada tahun 2004 memperoleh indikasi bahwa di masa datang akan terjadi perubahan lahan sawah beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan terbesar di pulau Jawa Bali seluas 1,6 hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah beririgasi. Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah perdesaan bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang perlu dipecahkan. Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik, nyaman dan sehat, serta menyenangkan. Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan dengan selera dan keinginan masing-masing sesuai kebutuhan apa yang dibutuhkan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan maka akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani. Pada kenyataannya, masih banyak lahan-lahan pekarangan yang didiamkan begitu saja (nganggur) tanpa adanya upaya untuk mengoptimalkan lahan tersebut untuk ditanami berbagai tanaman yang bermanfaat. Stagnansi produksi ini disebabkan oleh lambatnya penemuan dan pemasyarakatan inovasi, serta rendahnya insentif finansial untuk menerapkan teknologi secara optimal. Melemahnya sistem penyuluhan juga merupakan kendala lambatnya adopsi teknologi oleh petani. Petani di Indonesia yang umumnya berskala kecil (kurang dari 0,5 hektar) yang berjumlah 13,7 juta Kepala Keluarga (KK) menyebabkan
2 aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani serta peningkatan kualitas penyuluhan merupakan tantangan ke depan. Dalam menyikapi hal demikian, masyarakat harus memiliki inisiatif dan kreativitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk memenuhi ketersediaan (supply) makanan sehari-hari di samping makanan pokok atau nasi. Dalam rangka membantu masyarakat untuk meningkatkan optimalisasi penggunaan lahan pekarangan yang sempit maupun yang didiamkan begitu saja, perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan daya guna pekarangan. Manfaat yang diharapkan adalah masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sayur-sayuran, toga, budidaya ikan dan ternak di pekarangan. Masyarakat bisa memilih makanan dan mengonsumsi makanan yang bergizi, beragam, berimbang dan aman dari bahan bahan kimia berbahaya pada sayuran, buah-buahan, dan aneka produk ternak. Dalam memanfaatkan lahan pekarangan, pemerintah berupaya menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian Republik Indonesi melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengajak masyarakat agar pekarangan rumah dimanfaatkan untuk berbudidaya. Artinya pekarangan rumah jangan sampai nganggur, tidak harus mengandalkan polibag dari kantong plastik, namun karung bekas yang sudah tidak dipakai lagi bisa dimanfaatkan untuk berbudidaya atau bercocok tanam, tergantung inisiatif dan kreativitas serta kemauan pemilik lahan. Program KRPL merupakan sarana diseminasi yang mengedepankan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian. Optimasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruang terbuka menjadi sangat penting untuk ketahanan pangan, sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan agrowisata. Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pengelolaan lahan pekarangan untuk ditanami sayuran, tanaman obat,
3 tanaman pangan sehingga kemandirian pangan dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam sayuran maupun protein hewani, dan juga dapat mengurangi belanja harian. Prinsipnya adalah dilarang membiarkan lahan-lahan kosong, bila akses pangan terhadap keluarga terpenuhi sebagai bentuk pengejawantahan konsep ketahanan pangan maka ketahanan pangan nasional bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai. Upaya pengembangan program ini harus terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan, sehingga KRPL dapat dikenali, dipahami dan dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga, menciptakan lingkungan hijau yang bersih, dan sehat secara mandiri. Oleh karena itu, kiranya perlu konsep KRPL atau rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan dusun, desa, kecamatan, dan sebagainya dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi individu, serta kelompok dalam masyarakat melalui program pemberdayaan diperlukan sumberdaya komunikasi apapun tema pembangunan tersebut. Seperti yang dikatakan Pearce (1986) bahwa komunikasi memegang peran penting dalam proses pembangunan. Komunikasi dalam konteks pembangunan adalah bagian integral dari pembangunan, dan komunikasi sebagai peubah penting yang diterima dalam mewujudkan pembangunan (an integral part of development, and communication as accept of variables instrumental in bringing about development). Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan adalah membuka pemahaman, wawasan berpikir, pengayaan pengetahuan dan keterampilan, serta pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Secara pragmatis, menurut Quebral dalam Dilla (2007), komunikasi pembangunan dapat dirumuskan sebagai komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan pembangunan suatu bangsa. Sebagai proses perubahan dan pembaharuan masyarakat pembangunan membutuhkan kontribusi komunikasi. Untuk terjadinya perubahan dan
4 pembaharuan dalam masyarakat diperlukan komunikasi efektif. Secara sederhana, komunikasi efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya (Goyer dalam Tubbs & Moss, 2005). Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya pembinaan. Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang terjadi antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program tersebut sehingga pada akhirnya mereka mampu mengadopsi dan mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga. Perumusan Masalah Pelaksanaan program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lahan pekarangannya untuk ditanami sayuran, tanaman obat, budidaya ikan dan ternak sehingga optimalisasi lahan pekarangan dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga terhadap sayuran dan buah-buahan maupun protein hewani, sehingga dapat mengurangi belanja harian. Dalam realitasnya, tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan. Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satusatunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat. Littlejohn (1996) menjelaskan hal ini dalam genre interactionist theories. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku. Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa
5 komunikasi. Struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur sosial. Secara sederhana komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila terjadinya kesamaan makna antara orang-orang yang terlibat dalam berinteraksi. Kesamaan makna ini dapat dikatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif. Dengan kata lain, orang-orang yang saling berinteraksi tersebut (komunikator dan komunikan) memiliki rangsangan dan respons yang sama-sama dapat dipahami oleh mereka. Perubahan dalam masyarakat dan individu banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain komunikasi itu sendiri, efektivitas dan tingkat keberdayaan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti adanya kebijakan publik dari pemerintah, adanya intensitas penyuluhan, informasi dan ketersediaan sarana produksi yang bisa mendukung aktivitas petani dan masyarakat. Menurut Effendy (2003), komunikasi efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yaitu meningkatkan pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan; serta (3) konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Perubahan pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Adapun efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Desa Mulyasari Kabupaten Ciampel Karawang Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang menjadi sasaran program KRPL, atau satu dari empat desa yang telah melaksanakan program ini. Desa tersebut memiliki kondisi lingkungan perumahan penduduk yang pada umumnya belum dimanfaatkan dengan baik. Pekarangan mereka dibiarkan kosong tanpa dioptimalkan pengelolaannya, baik untuk tanaman pangan, sayuran, maupun ternak. Apalagi saat musim kemarau, hampir seluruh pekarangan tampak gersang tanpa ada pertanaman. Mereka hanya mengandalkan air hujan untuk pertanaman, sementara ada sumber air lainnya, baik dari situ/danau maupun dari sungai atau parit yang mengalir di dekat rumah mereka beelum dimanfaatkan dengan baik. Melalui program KRPL ini, desa tersebut cukup berhasil mengoptimalkan pekarangan rumah tangga sehingga
6 menghasilkan suatu kawasan pekarangan yang produktif yang hasilnya dapat menciptakan kemandirian pangan rumah tangga. Sejalan dengan uraian di atas, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas komunikasi pada tataran pemandu lapang dengan masyarakat (peserta program KRPL) sebagai salah satu prasyarat utama kesuksesan program KRPL perlu dilakukan kajian dan analisis secara mendalam dan terarah. Beberapa permasalahan pokok yang dijadikan fokus dalam penelitian ini meliputi: 1. Sejauh mana efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat? 2. Sejauh mana hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi program KRPL pada keluarga di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat? 3. Sejauh mana hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel, Karawang Jawa Barat? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat. 3. Menganalisis hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mencoba menggambarkan efektivitas komunikasi dalam penyelenggaraan program KRPL dan analisis hubungan antarpeubah yang mempengaruhinya. Hasil yang diperoleh diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
7 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah setempat untuk mempercepat proses sosialisasi inovasi-inovasi yang akan didesiminasikan kepada masyarakat setempat.