PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

PENGARUH KOMPOSISI SERAT TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB IV HASIL DAN ANALISA

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLIESTER SERAT RAMI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT PAPAN PARTIKEL ONGGOK LIMBAH SINGKONG

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB III METODOLOGI. Mulai

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

Momentum, Vol. 14, No. 1, April 2018, Hal ISSN

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

ANALISA KEKUATAN LENTUR STRUKTUR KOMPOSIT BERPENGUAT MENDONG/ EPOKSI BAKALITE EPR 174

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengujian serat tunggal ASTM D

Studi Eksperimental Kekuatan Bending Material Gigi Tiruan Dari Resin Akrilik Berpenguat Fiber Glass Dengan Variasi Susunan Serat Penguat

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

Gambar 3.2 Resin Polyester

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

Djati Hery Setyawan D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Kekuatan Tarik Komposit Poliester Berpenguat Partikel Kayu Jati, Merawan dan Meranti Merah

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT BAMBU DENGAN/TANPA PELAPISAN

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Gambar 3.2. Polyeseter dan MEKPO.

PENGARUH KOMPOSISI RESIN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL YANG DIPERKUAT SERBUK KAYU AKASIA. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Serat kenaf.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Transkripsi:

TURBO Vol. 4 No. 2. 2015 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/ummojs/index.php/turbo PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS Adi Chandra 1*, Asroni 2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl.Ki Hajar Dewantara No.166 Kota Metro Lampung 34111, Indonesia 1,2) adi.chandra@yahoo.com 1, asroni14@yahoo.com 2 Abstrak Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen. Dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentukanya berbeda-beda. Dari pencampuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Material yang dipakai adalah bambu apus dan bambu petung yang dimana modulus elastisitas bambu apus lebih besar dengan bambu petung. Bambu apus memiliki modulus elastisitas sebesar 23171,66 MPa, dan bambu petung mempunyai modulus elastisitas adalah 14439,64 Mpa. Alasan pemilihan bambu sebagai bahan baku komposit adalah mudah diperoleh dalam jumlah banyak, berkualitas, ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Jenis matrik yang digunakan adalah resin polyester. Jenis pengujianya adalah uji bending ASTM D-790-03. Komposisi dan resin 5% : 95%, 10% : 90%, 15% : 85%, 20% : 80%. Variasi fraksi volume mempengaruhi kekuatan bending komposit, dimana kekuatan bending komposit tertinggi diperoleh pada komposit dengan fraksi volume resin 80% dan 20% yaitu sebesar 97,71 N/mm 2, sedangkan nilai kekuatan bending terendah diperoleh pada dengan fraksi volume resin 95% dan 5% yaitu sebesar 54,11 N/mm 2. Pada pola patahan komposit bending yang di uji secara mikro atau menggunakan SEM (scaning electro miscroscope) volume resin 95% dan 80% menunjukan debonding dimana lepasnya daya ikat dengan matrik. Matrik cracking (retak) dan fiber pull- out. Kata kunci : Komposit, Bambu Apus, Bending, Debonding, SEM (scaning electro miscroscope) Pendahuluan Penelitian sebelumnya telah didapat data pengujian komposit gebang mengunakan fraksi volume dengan menggunakan uji tarik dimana modulus elastisitas mengalami kenaikan sampai pada komposit dengan fraksi volume 30% yaitu 1836,95 kgf/mm 2, kemudian mengalami penurunan terendah pada komposit dengan fraksi volume 70% yaitu 1297 kgf/mm 2.[1] Penelitian lainnnya yaitu Pemanfaatan material bambu sebagai alternatife bahan komposit pembuatan kulit kapal pengganti material kayu untuk armada kapal rakyat yang beroperasi di daerah maluku. Material yang dipakai adalah bambu apus dan bambu petung yang dimana modulus elastisitas bambu apus lebih besar dengan bambu petung. Bambu apus memiliki modulus elastisitas sebesar 23171,66 MPa, dan bambu petung mempunyai modulus elastisitas adalah 14439,64 Mpa.[2] Komposit adalah adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen Komposit memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam.[3] Gambar 1. Bambu Apus 41

Tabel 1. Sifat Mekanik bambu Apus [4] Sifat Mekanik Mpa Kekuatan tarik 53,53 Kekuatan luluh 32,06 Modulus elastisitas 9901,96 Kekuatan tekan 49,41 Kekuatan geser 3,872 Kekuatan tarik tegak lurus 2,77 Tabel 2. Hasil percobaan presentase NaOH terhadap sifat [5] NaOH Suhu Sifat hasil proses (% berat) 0 C 5 8 15 70 70 70 Serat bersifat agak kasar dan keras, namun dapat terpisah dan panjang. Serat lebih lunak dari percobaan 1. Serat mudah putus dan rapuh bersifat sangat lunak. Namun sangat rapuh dan mudah putus ketika mengalami proses pengeringan dan proses mekanis berupa pemisahan. Kekuatan bending komposit[6] σ b = 3PL 2bH 2...(1) Keterangan: σ b = kekuatan bending (N/mm 2 ) P = beban lentur (Kg) L = jarak tumpu (mm) b = lebar spesimen (mm) H = tebal spesimen (mm) Modulus elastisitas E = L3 m 4bH 3...(2) Keterangan: E = Modulus elastisitas (N/mm 2 ) L = Jarak tumpu spasimen (mm) b = Lebar specimen (mm) H = Tebal specimen (mm) m = Tangen modulus (kg/mm) Metode Penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji misalnya Uji Bending, dan Uji SEM. Gergaji, golok, sikat kawat, digunakan untuk memotong bambu dan mengekstrak bambu menjadi. Gunting, cutter, penggaris, kaca digunakan untuk membuat cetakan. Lem tembak, digunakan untuk mencegah kebocoran pada cetakan, Gelas ukur, digunakan untuk mengukur volume resin, dan katalis. Gerinda, kikir, amplas digunakan untuk membentuk dan menghaluskan bagian spesimen yang masih kasar agar sesuai dengan ukuran standar. Jangka sorong, digunakan untuk mengukur dimensi spesimen Waxs, digunakan untuk memudahkan pelepasan komposit dari cetakan Alkali, digunakan untuk perendaman, guna menghilangkan seluiosa yang tinggi. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Resin Poliester, Serat bambu Apus dan Katalis. Prosedur Penelitian 1. Bambu di potong sepanjang 40 cm dan di bersihakan kulit ari/kulit yang berwarna hijau. 2. Belah bambu dan tipiskan kurang lebih 2 mm tebalnya. 3. Rebus bambu dalam air bersih mengunakan suhu 70 0 C selama 3 jam. 4. Keringkan dan sikat dengan Baja. 5. Rendam pada larutan alkali NaOH selama 2 jam. Serat kemudian dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. 6. Cetakan dibersihkan, kemudian di oleskan wak atau oli secara merata agar komposit tidak menempel pada cetakan. 7. Membuat campuran resin dengan katalis dengan perbandingan 99:1, kemudian diaduk hingga merata selama 4 menit dan diamkan sesaat agar gelembung dalam campuran resin hilang. 8. Masukkan sesuai perbandingan volume yang telah ditentukan, kemudian tuang resin kembali hingga penuh sambil ditekan-tekan untuk menghindari terjadinya gelembung udara. 42 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 4 No. 2. 2015

9. Tutup cetakan dengan kaca agar permukaan komposit menjadi rata, kemudian diberi beban diatasnya. 10. Biarkan hingga mengering selama ± 2 jam, kemudian komposit dikeluarkan dari cetakan. 11. Benda uji komposit siap untuk dipotong menjadi spesimen benda uji. Tabel 3. Komposisi Pembuatan Komposit Nomer Spesimen Komposisi Serat Komposisi Resin 1 5% 95% 2 10% 90% 3 15% 85% 4 20% 80% Gambar 2. Ukuran Cetakan Specimen Uji Gambar 3. Pengujian Three Point Bending Gambar 4. Specimen Uji Bending Uji SEM (scanning electron microspope) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan gambar uji SEM adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan spesimen uji yang akan dianalisis, kemudian merekatkannya pada holder dengan doube tape. 2. Spesimen yang telah dipasang di holder kemudian dibersihkan dengan hand blower. 3. Spesimen dimasukkan dalam mesin coating untuk diberi lapisan tipis berupa gold - poladium. 4. Memasukan specimen kedalam specimen chamber. 5. Pengamatan dan pengambilan gambar pada layar SEM dengan mengatur perbesaran yang diinginkan. Tabel 4. Jenis pengujian dan Persentase komposisi Jenis pengujian 5% 10% 15% 20% Uji bending 5 5 5 5 Cadangan 1 1 1 1 spesimen uji Jumlah 6 6 6 6 Hasil dan Pembahasan Setelah melakukan pengujian bending dengan standar ASTM D 790-03 maka dapat dikumpulkan data-data pengujian sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Bending Serat Bambu Apus No Kode komposit Kekuatan lentur(n/mm 2 ) 1 35,56 2682,56 2 66,35 2742,77 1 A 3 72,59 2841,99 4 36,09 2836,06 5 59,35 2932,69 54,11 2807,21 Modulus elastisitas(n/mm 2 ) 1 85,84 3169,99 2 76,33 3022,84 2 B 3 49,58 3532,57 4 73,98 3645,82 5 37,20 2932,67 68,79 3260,78 1 83,81 3421,59 2 62,90 3082,28 3 C 3 79,47 3458,78 4 88,86 3476,27 5 83,8 2818,16 79,68 3251,62 1 98,97 4405,56 2 87,79 3903,39 4 D 3 104,95 4787,87 4 97,79 4211,83 5 99,04 4589.43 97,71 4379,62 Dari tabel 5 diatas dapat di lihat hasil pengujian kekuatan dan modulus elastisitas bending, dengan fraksi volume 95%, 90%, 85%, dan 80%, setiap fraksi atau sampel setelah diambil rata-rata terjadi peningkatan disetiap fraksi volume atau sampel tersebut. Untuk mempermudah dalam membandingkan kekuatan bending (lentur), TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 4 No. 2. 2015 43

Nilai Modulus elastisitas (N/mm 2 ) 80% 85% 90% 95% pada setiap fraksi volume, dibuat grafik masing-masing yang berhubungan dengan fraksi volume resin. Nilai Kekuatan (N/mm 2) Kekuatan Bending Serat Bambu 120 100 80 60 40 20 0 80% 85% 90% 95% Fraksi Volume Resin Nilai Kekuatan Bending Gambar 5. Grafik Hubungan antara variasi fraksi volume Resin dengan nilai kekuatan Bending Gambar 5 diatas menunjukan bahwa komposit dengan fraksi volume 5% dan volume resin 95% menunjukan kekuatan terendah sebesar 54,11 N/mm 2. dan kekuatan tertinggi terdapat pada komposit dengan fraksi volume 20% dan volume resin 80% dengan nilai kekuatan bending sebesar 97,71 N/mm 2. Modulus elastisitas komposit bambu semakin meningkat seperti pada gambar 6, menunjukan komposit dengan fraksi volume resin 95% mempunyai nilai modulus elastisitas yang terendah yaitu sebesar 2807,21 N/mm 2 dan nilai modulus elastisitas tertinggi terdapat pada komposit ngan fraksi volume resin 80% dengan nilai modulus elastisitas sebesar 4379,62 N/mm 2, Seperti grafik dibawah ini. 5000 4000 3000 2000 1000 0 Modulus Elastisitas Fraksi Volume Resin Modulus Elastisitas Gambar 6. Hubungan variasi fraksi volume Resin dengan Nilai Modulus Elastisitas Gambar 7. Penampang patahan komposit 95% resin setelah di uji bending dengan pembesaran 150x pembesaran 500x Dari gambar 7 adalah penampang patahan komposit 95% yang memiliki nilai kekuatan bending terendah yaitu 54,11 N/mm 2. Jika dilihat, patahan komposit didominasi oleh matrik, matrik mengalami cracking (retak), dan fiber pull out. fiber pull out adalah yang putus dan terlihat keluar atau menjulur pada penampang patahan, fiber pull out terjadi akibatkan pada saat pengujian bending matrik kurang kuat mengikat sehingga terlepas dari matrik. Dan secara mikro tidak dijumpai void didalam komposit 95% tesebut, jika fiber pull out dapat diminimalisir, maka akan didapatkan komposit bambu dengan kekuatan bending yang tinggi.sedangkan matrik cracking, yaitu retaknya matrik akibat matrik bersifat getas. Hal ini perlu menjadi perhatian, walaupun sifat getas menyebabkan 44 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 4 No. 2. 2015

kekuatan meningkat, namun jika retakan yang terjadi melebihi batas akan menyebabkan debonding. (a) (b) Gambar 8 Penampang patahan komposit 80% resin setelah di uji bending bending (a) dengan pembesaran 150x (b) pembesaran 500x Pada penampang patahan komposit dengan fraksi volume 80% : 20% adalah komposit mempunyai nilai kekuatan tertinggi dengan nilai kekuatan bending sebesar 97,71 N/mm 2. Pada fraksi tersebut masih terlihat pada beberapa titik terjadi kegagalan pull out yang di tunjukan pada gambar 4.6,selain ditemukan pull-out pada komposit yang mengurangi kekuatan bending, ternyata setelah dilakuan pembesaran yang berbeda terlihat debonding pada komposit tersebut. Debonding adalah lepasnya daya ikat antara dan matrik, debonding terjadi akibat tidak kuatnya daya ikat antara dengan matrik sehingga saat terjadi tekanan matrik terlepas dari. Kesimpulan 1. Pada spesimen uji bending untuk ke 4 variasi fraksi volume yaitu 95% : 5%, 90% : 10%, 85% : 15% dan 80% : 20% resin dan sangat berbeda, kekuatan komposit bambu meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi volume dan berkurangnya volume matrik atau resin. Variasi fraksi volume mempengaruhi kekuatan bending komposit, dimana kekuatan bending komposit tertinggi diperoleh pada komposit dengan fraksi volume resin 80% dan 20% yaitu sebesar 97,71 N/mm 2, sedangkan nilai kekuatan bending terendah diperoleh pada dengan fraksi volume resin 95% dan 5% yaitu sebesar 54,11 N/mm 2. 2. Pada pola patahan komposit bending yang di uji secara mikro atau menggunakan SEM (scaning electro miscroscope) volume resin 95% dan 80% menunjukan debonding dimana lepasnya daya ikat dengan matrik. Matrik cracing (ratak) dan fiber pull- out. Semakin sedikit pull-out yang terjadi, maka semakin baik kekuatan komposit tersebut. Pull-out mengindikasikan daya ikat dan matrik yang rendah. Sedangkan void juga berpengaruh terhadap kekuatan. Dengan adanya void didalam komposit kekuatan kompositpun akan berkurang. Daftar Pustaka [1] Daut Johan AbanatJ, dkk. 2012. Pengaruh Fraksi Volume Serat Gebang (Corypa Utan Lamarck) Terhadap Sifat Mekanik Pada komposit. Jurnal rekayasa mesin. [2] Manuputty M, dkk. 2010. Pemanfaatan Material Bambu Sebagau Alternatif Bahan Komposit Pembuat Kulit Kapal Pengganti Kayu untuk Armada Kapal Rakyat Yang Beroperasi Didaerah Maluku. Jurnal Teknologi, Vol.7 No 2. [3] Setiawan T, 2015. Pengaruh Komposisi Resin Poliyester Terhadap Kekerasan Dan Kekuatan Tarik Komposit Yang Diperkuat Serat Pelepah Kelapa Sawit. TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 4 No. 2. 2015 45

[4] Hirmawan B, dkk. 2010. Sifat Mekanik Komposit Serat Bambu Akibat Pengaruh Musim Hujan Dengan /Tanpa Pelapisan. Jurusan Teknik Fisika ITS. [5] Nurkertamanda D, dkk. 2012 Disain Proses Pembentukan Serat Bambu Sebagai Bahan Dasar Produk Industri Kreatife Berbahan Dasar Serat Pada UKM. J@ti Undip, Vol VII, No 3. [6] Andri Purwanto D, dkk. 2010. Karakterisasi Komposit Berpenguat Serat Bambu Dan Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri. FTI, ITS Surabaya. 46 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 4 No. 2. 2015