Sylvi Dewajani SpringUP Education Consultant

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan adalah keinginan setiap orang tua (Ummu Shofi, 2008 : 2006).

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERNYANYI DI TK MOJOREJO 1 SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangann berpikir anak-anak usai Taman Kanak-Kanak atau

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

Oleh Septia Sugiarsih

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, Pertanyaan yang diajukan sekarang ini adalah kapan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PELATIHAN BERMAIN KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS I SD DI KAB. SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Nurmalasari, 2013

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI METODE IQRO

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak (TK). Terkadang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

*Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan 0 Universitas Negeri Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan apabila manusia tersebut mempunyai kemampuan. (

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki usia lanjut. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

Transkripsi:

Sylvi Dewajani SpringUP Education Consultant Banyak keyakinan-keyakinan yang berkembang di masyarakat, bahwa mengajarkan membaca pada usia dini (di bawah lima tahun) justru akan menghambat proses belajar anak. Bahkan tahun 1997, Direktur Dikdasar Dep Dik Bud, secara eksplisit menyatakan jangan acarkan baca, tulis dan berhitung pada anak TK. Namun di lain pihak, banyak SD-SD favorit yang mensyaratkan baca dan tulis serta berhitung dalam penerimaan murid barunya. Ada kesenjangan antara kenyataan dengan yang diyakini dan diharapkan beberapa orang dalam hal membaca. Lalu pertanyaan besar yang muncul adalah : Kapankan sebaiknya kita mengajari anak membaca? Sebelum masuk pada kapan kita mengajari membaca pada anak, terlebih dahulu saya ingin mengulas kebiasaan membaca di Indonesia. Kalau kita memperhatikan sekeliling kita, berapa banyak remaja atau orang yang gemar membaca? Pasti jawabannya ada pada kisaran jauh di bawah 30%. Mengapa fenomena ini terjadi, sementara kita semua mempunyai kesepakatan bahwa membaca adalah jendela dunia. Apakah berrti selama ini kita menutup jendelajendela kita yang dapat menghubungkan dengan dunia di luar kita? Jawabannya pun tidak pasti. Namun pada kesempatan ini saya ingin menyitir beberapa hal yang memungkinkan menyebabkan kurang berminatnya untuk membaca, terutama pada masa kanak-kanak. Hal-hal tersebut adalah : Pengaruh media televisi yang lebih menarik Permainan elektronik yang menarik Kebiasaan didongengi, daripada mencoba membaca sendiri

Membaca dianggap sebagai suatu beban dan tugas Kurangnya fasilitas perpustakaan, terutama yang menyediakan buku-buku untuk anak-anak pra sekolah Membaca ditekankan oleh Leonhardt (1995) sebagai suatu hal yang kritis untuk dikuasai anak. Tanpa membaca anak akan dapat ketinggalan informasi. Bahkan secara khusus, membaca sebenarnya dapat meningkatkan kecerdasan siswa. Dengan membaca maka informasi yang diperoleh anak akan menjadi lebih besar, sehingga anak akan memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak. Selain itu dengan membaca anak akan memiliki kemampuan yang lebih luas dan lebih dapat mengembangkan pola pikir dan emosi. Dengan membaca kisah-kisah orang lain, anak tentu saja akan mengembangkan pola coping (menghadapi stimulus) yang lebih kaya, tidak hanya berdasar pada pandangan dirinya sendiri. Pada sebuah penelitian, ditemukan bahwa anak yang banyak membaca tidak hanya pandai menulis dan mengekspresikan dirinya, tetapi juga membuat anak lebih dapat mengembangkan minat-minat baru dan kreativitas. Membaca merupakan suatu fungsi tertinggi dari otak manusia, dari semua makhluk di dunia ini, hanay manusia yang mampu membaca (Domain, 1991). Beberapa segi positif dari membaca adalah : Dapat membuka dunia baru bagi pembaca Dapat meningkatkan kecerdasan Dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan diri. Kemampuan ini sangat mendukung anak dalam meningkatkan harga diri dan prestasi belajar Membantu mendapatkan pengertian tentang masalah-masalah dan bagaimana mengatasinya Dapat memperoleh pengetahuan baru, sehingga menjadi lebih kreatif PROSES MEMBACA Membaca adalah suatu proses menginterpretasi symbol-simbol verbal yang tertulis, sehingga dapat memahami arti yang dimaksudkan oleh si penulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca bukan berupakan proses yang pasif, demikian ditekankan oleh Bannatyne (1976), bahwa tidak ada seorang anak berbakatpun

di dunia ini yang bisa membaca tanpa mendapat pelajaran membaca. Pada saat membaca terjadi proses asosiasi, seseorang harus membedakan dan mengingat huruf-huruf dengan bunyinya, memasangkan bunyi yang tepat dengan symbol tertentu (DeMao, 1977). Selanjutnya orang yang membaca, harus mampu melakukan klasifikasi untuk mengorganisir elemen-elemen yang dibaca, dan dibutuhkan juga kemampuan berpikir logis yang kompleks dan memberia arti dari apa yang dibaca. Sedemikian rumit proses mental yang kita alami saat membaca. Mampukah anak kita membaca jika membutuhkan proses yang sulit. Jawabannya tentu saja mampu. Dan untuk menjadi mampu, anak tidak hanya didiamkan saja supaya dapat dengan sendirinya membaca. Tidak demikian. Namun kita harus melatihnya membaca, dari sesuatu yang sederhana, sampai dapat membaca dengan merangkaikan beberapa kata-kalimat dan akhirnya fakta. Pada proses belajar membaca ada dua hal penting yang harus dilatihkan, selain proses membaca, dengan membuat asosiasi bunyi dan symbol, kita juga mengajarkan kemauan untuk membaca. Dua hal yang tentu saja tidak mudah. Untuk itu, akan saya sitir tahapan proses belajar yang diajukan oleh Chall (dalam Thorne, 1991). Tahapan belajar ini didasarkan pada teori kognitif Piaget. Tahap 0 : Prereading (lahir 6tahun) Tahap 1 : Initial reading atau Decoding (umur 6 7) Tahap 2 : Confirmation, Fluency (umur 7 8) Tahap 3 : Reading for Learning the New (umur 9 14) Tahap 4 : Multiple Viewpoints (umur 14 18) Tahap 5 : Construction dan Reconstruction (18 tahun ke atas) Apabila kita perhatikan keenam tahapan proses penguasaan membaca di atas dapat dilihat bahwa pada tahap 0 anak sudah dapat diajarkan hal-hal yang mendasari untuk membaca. Menurut Chall, pada usia-usia ini perlu dikembangkan kemampuan dasar untuk membaca, yaitu bahasa, visual, visual motor dan auditori. Senada dengan tahapan ala Chall di atas, Mary Leonhardt (1995) juga mengungkapkan 7 buah tahapan dalam membaca, yaitu :

1. Tahap membolak-balik buku dan majalah 2. Tahap membaca komik, majalah dan Koran 3. Tahap Buku pertama 4. Tahap Bacaan tertentu 5. Tahap Pengembangan 6. Tahap Bacaan yang lebih Luas 7. Tahap mencari buku sendiri Tahapan yang dikemukakan Leonhardt di atas, lebih menekankan pada pengembangan minat membaca. Sehingga sebenarnya kita dapat menggabungkan kedua tahapan tersebut untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan membaca anak kita. BELAJAR MEMBACA DINI Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak pra sekolah. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak dapat diajar membaca sebelum usia sekolah(tampubolon, 1993). Bahkan secara khusus Durkin (dalam Tampubolon, 1993) menyatakan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak yang belajar membaca dini, lebih jkauh ditemukan bahwa anak yang belajar membaca dini ditemukan lebih maju di sekolah. Bagaimana kita meruntuhkan mitos-mitos dan keyakinan yang negatif tentang efek membaca dini? Jawabannya adalah dengan mengajarkan membaca pada anak tanpa beban. Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk mengajarkan membaca dini pada anak. Misalnya dengan memberi inisial huruf pada tiap benda yang akan kita sebut, untuk memancing anak meneruskan ejaannya, atau dengan mengeja apa yang akan kita lakukan, dan lain sebagainya. Namun yang paling penting diingat adalah bahwa dalam mengajarkan membaca jangan sampai membuat anak merasa terbebani, namun wujudkan dalam bentuk berbagai permainan. Banyak buku saku yang mengajarkan pengenalan huruf dan dihiasi berbagai macam gambar dan warna. Kita dapat memodifikasi apa saja yang ada dilingkungan kita untuk belajar proses membaca. Setelah anak cukup menguasai symbol dan bunyi, serta

mampu merangkaikan kata, rangsang mereka untuk membaca. Mulailah dengan memberikan buku yang mereka sukai, seperti komik dan buku bergambar lain. Jangan memberi tekanan bahwa yang mereka baca harus buku bermutu, tetapi buatlah supaya mereka menyukai buku terlebih dahulu. Membuat pengertian dan kebiasaan bahwa buku menyediakan sesuatu yang menyenangkan, dan bukan suatu yang membebani. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses pengajaran membaca dini. Kedua hal ini diungkapkan oleh Munandar (dalam Wulan 1998). 1. Setiap anak memiliki kematangan untuk membaca yang berbeda-beda, sehinga tidak dapat ditentukan suatu kriteria umur tertentu. Namun secara umum, dapat ditentukan bahwa anak mengalami masa peka membaca saat dia menunjukkan minat terhadap bentuk-bentuk dan huruf. 2. Belajar membaca hendaknya bukan merupakan tekanan pada anak. Belajar membaca oleh karenanya harus dilakukan dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Apabila anak merasa terpaksa dalam membaca, maka kegiatan membaca diasosiasikan dengan sesuatu yang menakutkan, karena anak tidak mampu. Selanjutnya anak akan merasa enggan untuk membaca. Demikian sekelumit uraian mengenai belajar membaca dini. Yang sekali lagi perlu diingat dan ditekankan adalah bahwa membaca merupakan ketrampilan yang penting, yang dapat diajarkan sejak dini. Namun dalam mengajarkan harus sekali lagi diingat untuk membuat membaca menjadi suatu permainan yang menyenangkan, bukan suatu hukuman, melainkan hadiah. - Sekian -