BAB II PROFIL SINGKAT KEJAKSAAN. di saat prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa ( ). Dyaksa diberi tugas untuk

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR: KEP- 115/J.A/10/1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 Tentang : Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 55 TAHUN 1991 (55/1991) TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah singkat Kantor Kejaksaan Tinggi Sumut Medan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1982 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. datanya,sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan relevan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN TEORITIS MENGENAI KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM DAN KEADILAN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN ACEH TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

Indeks: ADMINISTRASI. LEMBAGA NEGARA. TINDAK PIDANA. KEJAKSAAN. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 009/A/JA/01/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

2 Pejabat Kejaksaan pada Perwakilan Negara Republik c. bahwa menindaklanjuti surat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reform

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM KEJAKSAAN NEGERI BENGKALIS. serta perkara perdata dan Tata Usaha Negara dengan kata lain Jaksa Pengacara

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

STMIK GI MDP SISTEM ADMINISTRASI PELAYANAN HUKUM PADA KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN BERBASIS WEB. Jefrizal Dini Pratiwi

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

WALIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BERITA NEGARA. Ombudsman RI. Organisasi dan Tata Kerja. PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 51 Tahun : 2016

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- PERATURAN BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MADIUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 25 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 25 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB II PROFIL SINGKAT KEJAKSAAN 2.1 Sejarah Kejaksaan Menuru W.F. Stutterheim, dyaksa adalah penjabat negara di jaman majapahit, di saat prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389). Dyaksa diberi tugas untuk menangani masalah-masalah peradilan dengan kapasitas kedudukanya seperti itu maka Mahapatih Gaja Mada. Dalam kedudukanya itu menurut Krom dan Van Vallonhoven, gajah mada adalah sebagai Adhyaksa. Dhayaksa adalah hakim pengadilan, sedangkan Adhyaksa hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi Dyaksa tadi. Kesimpulan tersebut sejalan dengan pendapat H.H Juynboll yang mengatakan bahwa Adhyaksa adalah pengawas (opzicter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Setelah Indonesia merdeka, tempatnya tanggal 19 Agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan mengenai kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara republik Indonesia dalam lingkungan derpatemen kehakiman. Dengan demikian secara yuridis formal kejaksaan republic sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasiakan. Kejaksaan dipergunakan secara resmi oleh Undang-undang balententara pendudukan Jepang nomor 1 tahun 1942, yang kemudian diganti oleh Osuma Seirei nomor 3 tahun 1942, nomor 2 tahun 1944 dan nomor 9 tahun 1944. Peraturan tersebut tetap dipergunakan dalam Negara republik bedasarkan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1945 pimpinan Dewan Perwakilan 6

7 Rakyat Gotong Royong dengan surat nomor : 5263/DPR-GR/1961 tanggal 30 Juni 1961 dan surat nomor : 5261/DPR-GR/1961 tanggal 30 Juni 1961 perihal pengesahan rancangan Undang-undang tentang kentuan ketentuan pokok Kejakasaan RI, selanjutnya disampaikan kepada Preesiden untuk disahkan. Akhirnya pemerintah pada tanggal 30 Juni 1961 mengesahkan Undangudang nomor 15 tahun 1961 tentang ketentuan-ketentuan pokok kejaksaan RI. Untuk mengatur dan menetapkan kedudukan, tugas dan wewenang kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan menempatkan kejaksaan dalam struktur organisasi derpatemen, disahkan Undang-undang nomor 16 tahun 1961 tentang pembentukan Kejaksaan Tinggi. Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru,menyangkut Kejaksaan Republik Indonesia, yakni adanya perubahan Undang-undang Nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Memasuki masa reformasi Undang- undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan yakni dengan diundangkannya Undang-undang nomor 16 tahun 2004. Kejaksaan Republik Indonesia berdiri bedasarkan peraturan pemerintah no. 2 UUD 1945 pada tanggal 22 juli 1960. Pada waktu itu sedang siding Kabinet memutuskan Kejaksaan menjadi Departemen yang berdiri sendiri dilepaskan dari Derpatemen Kehakiman. Putusan ini kemudian dilegalisir dengan Kep.Pres.No.204 tahun 1960. Kejaksaan sebagai salah satu badan penegak hukum memiliki tugas dan wewenang. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan harus mampu

8 mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat. 2.2 Visi dan Misi 2.2.1 Agar dapat melayani publik dengan baik Kejaksaan berpegang teguh pada visi: Mewujudkan Kejaksaan sebagai penegak hukum yang melaksanakan tugasnya secara independen dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dalam negara hukum berdasarkan Pancasila. 2.2.2.Visi tersebut diperkuat dengan Misi Kejaksaan yakni: 1. Menyatukan tata pikir, tata laku dan tata kerja dalam penegakan hukum. 2. Optimalisasi pemberantasan KKN dan penuntasan pelanggaran HAM. 3. Menyesuaikan sistem dan tata laksana pelayanan dan penegakan hukum dengan mengingat norma keagamaan, kesusilaan, kesopanan dengan memperhatikan rasa keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka Kejaksaan harus melaksanakan tugas danwewenangnya dengan berpegang pada fungsi-fungsi manajemen organisasi yang salah satunya adalah pengawasan (controling).

9 Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan berada di tingkat provinsi dan cakupannya adalah Kejaksaan Negeri Palembang, Pangkalan Balai, Sekayu, Kayu Agung, Prabumulih, Baturaja, Muara Enim, Lahat, Lubuk Linggau, Pagar Alam, dan empat cabang Kejaksaan Negeri yaitu Cabang Kejaksaan Negeri Lahat di Tebing Tinggi, Cabang Kejaksaan Negeri Baturaja di Muara Dua, Cabang Kejaksaan Negeri Muara Enim di Pendopo, dan Cabang Kejaksaan Negeri Baturaja di Martapura. 2.3 Struktur Organisasi Strukutur organisasi merupakan suatu bentuk atau wadah bagi orang-orang yang melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sebuah organisasi. Dengan adanya struktur organisasi yang baik, maka kegiatan yang dilakukan oleh orang - orang yang terlibat dalam organisasi menjadi terkoordinasi, dan tersedianya pedoman kerja untuk pengambilan keputusan serta meminimalkan perangkapan tugas sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik. Adapun struktur organisasi yang sedang berjalan pada Kejaksaan Tinggi Palembang dapat dilihat pada Gambar 2.3:

10 STRUKTUR ORGANISASI KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN sumber :Kejaksaan Tinggi Palembang 2009 Gambar 2.3 Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi Palembang 2.3.1 Tugas dan Tanggung Jawab Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa Kejaskaan Tinggi Palembang memiliki beberapa unit kerja yang sedang berlangsung untuk saat ini. Adapun penjabaran tugas, wewenang dan tanggung jawab dari Gambar 3.1 adalah sebagai berikut:

11 1. Kepala Kejaksaan Tinggi a. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan Tinggi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan, melaksanakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa membina aparatur Kejaksaan di daerah hukum kejaksaan Tinggi agar berdaya guna dan berhasil guna. b. Mengendalikan kebijakan pelaksanaan penegakan hukum dan keadilan baik preventif maupun represif dan tindakan lain. c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan, pemeriksanaan tambahan, penuntutan, eksekusi dan tindakan hukum lain. d. Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu dengan instansi terkait meliputi penyelidikan dan penyidikan serta melaksanakan tugastugas yustisial lain. e. Melakukan pencegahan dan pelarangan terhadap orang yang terlibat dalam suatu perkara pidana untuk masuk ke atau keluar meninggalkan wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, peredaran barang cetakan yang dapat mengganggu ketertiban umum, penyalahgunaan penodaan agama serta pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan ketertiban masyarakat dan negara. f. Melakukan tindakan hukum di bidang perdata dan tata negara, mewakili pemerintah dan negara di dalam diluar pengadilan sebagai usaha menyelamatkan kekayaan negara.

12 g. Membina dan melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi lain di daerah hukumnya untuk memecahkan masalah yang timbul terutama yang menyangkut tanggung jawabnya. h. Memberikan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya dan melaksanakan tugas-tugas lain. 2. Asisten Pembinaan a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pembinaan berupa bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis. b. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta pembinaan kerja sama seluruh satuan kerja di bidang administrasi c. Penyiapan rencana dan koordinasi perumusan kebiijaksanaan dalam penyusunan rencana dan program pembangunan prasarana dan sarana, pemantauan, penilaian serta pengendalian pelaksanaannya. d. Pembinaan manajemen, organisasi tatalaksana, analisis, jabatan fungsional Jaksa, urusan ketatausahaan dan pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan perpustakaan, dan milik negara yang menjadi tanggung jawabnya. e. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat Kejaksaan.

13 3. Asisten Intelijen a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis kegiatan intelijen yustisial berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis. b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan intelijen yustisial, penyelidikan, pengamanan dan penggalangan untuk menanggulangi hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan serta mendukung kebijakan penegakan hukum baik preventif maupun represif di bidang ideologi, politik, keamanan dan ketertiban umum, ekonomi dan keuangan serta sosial budaya. c. Pembinaan dan pelaksanaan penyelenggaraan produksi dan sarana intelijen serta pembinaan aparat dan pengendalian kekaryaan. d. Pembinaan dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi lain di daerah terutama dengan aparat intelijen yang lain. e. Pengamanan teknis di lingkungan intelijen dan pemberian pengamanan teknis terhadap pelaksanaan tugas satuan kerja lain di bidang personil, kegiatan, materiil, pemberitaan dan dokumen dengan memperhatikan prinsip koordinasi.

14 4. Asisten Tindak Pidana Umum a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis kegiatan yustisial pidana umum di bidang tindak pidana umum berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis. b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam perkara tindak pidana terhadap keamanan negara dan penertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta benda serta tindak pidana umum yang diatur di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana. c. Pengendalian dan pelaksanaan penetapan Hakim serta putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana umum serta pengadministrasiannya. d. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi serta pemberi bimbingan dan petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak pidana umum kepada penyidik. e. Penyiapan saran, konsepsi tentang pendapat dan pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam kebijaksanaan penegakan hukum.

15 f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat tindak pidana umum daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan. g. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang tindak pidana umum. 5. Asisten Tindak Pidana Khusus a. Penghimpunan laporan dari kejaksaan negeri, pegadministrasian, penelitian dan pengolahan serta penyiapan laporan kepada pimpinan sesuai dengan biddang tugasnya. b. Perumusan kebijaksanaan teknis dan adminstratif untuk kepentingan pemberian bimbingan, pengendalian supervisi kepada eselon bawahan dalam menyelenggarakan operasi yustisi terhadap perkara tindak pidana khusus serta penyusunan statistic criminal dan analisis kriminalitas. c. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyidikan penuntutan dan eksekusi terhadap tindak pidana khusus pengadminstrasian dan pendokumentasian serta penyusunan statistic kriminil dan analisis kriminalitas yang bertalian dengan tindak pidana khusus. d. Penyiapan konsepsi bahan pertimbangan rencana pendapat dan saran untuk kepentingan penyusunan kebijaksanaan pimpinan mengenai

16 pelaksanaan tugas kejasaan dalam melaksanakan operasi yustisi terhadap tindak pidana khusus. e. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijaksanaan dan pengarahan yang digariskan oleh jaksa agung atau kepala kejaksaan tinggi yang bersangkutan. 6. Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara a. Penyiapan perumusan kebijakssanaan teknis berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis di bidang perdata dan tata usaha Negara. b. Penyiapan bahan perencanaan dan pelaksanaan penegakan, bantuan, pertimbangan dan pelayanan hukum, baik sebagai penggugat maupun tergugat di pengadilan untuk mewakili kepentingan negara dan pemerintah. c. Pelaksanaan dan pengendalian gugatan uang pengganti atas putusan pengadilan, gugatan ganti kerugian untuk menyelematkan kekayaan negara terhadap perbuatan yang merugikan keuangan Negara. d. Pembinaan kerja sama, koordinasi dengan instansi terkait memberikan bimbingan dan petunjuk teknis dalam penanganan perkara perdata dan tata usaha negara di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan.

17 e. Penyiapan bahan saran, konsep pendapat dan pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perdata dan tata usaha negara dan masalah hukum lainnya dalam kebijaksanaan penegakan hukum. f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan dan integritas aparat perdata dan tata usaha negara di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan. 7. Asisten Pengawasan a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pengawasan berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis. b. Perencanaan, pengamatan, penelitian, pengujian, penilaianatas pelaksanaan tugas rencana dan program kerja semua unsur Kejaksaan pada Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dibidang administrasi umum, administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan proyek pembangunan, intelijen, tindak pidana umum, tindak pidana khusus, perdata dan tata usaha negara. c. Pemberian bimbingan, penertiban dan pemberian petunjuk tertulis atas temuan-temuan penyimpangan dari laporan-laporan pada satuan kerja baik dari Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri.

18 d. Pelaksanaan inspeksi terhadap satuan-satuan kerja pada kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan. e. Pemantuan dalam rangka tindak lanjut pengawasan pada kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan atas petunjuk penertiban yang telah diberikan. f. Pengusutan, pemeriksaan atas adanya informasi, laporan, pengaduan, penyimpangan, penyalahgunaan jabatan atau wewenang dengan mengusulkan penindakan terhadap Kejaksaan atas petunjuk penertiban yang telah diberikan. g. Pemantauan dan penyusunan laporan berkala baik pelaksanaan rencana dan program kerja, program kerja maupun laporan pengawasan lainnya yang wajibkan. h. Pembinaan, peningkatan kemampuan, keterampilan dan integritas kepribadian aparat pengawasan. 8. Tata Usaha a. Penyiapkan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tata usaha berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis. b. Penerimaan, pencatatan, mengagendakan, pendistribusian penyajian surat-surat serta dokumen.

19 c. Penyusunan, penyimpanan, penyajian, pengetikan, peggandaan dan pemeliharaan arsip serta penyusunan laporan. d. Pemberian pelayanan tenaga dan ketatausahaan kepada satuan kerja. e. Pembinaan urusan protokol, upacara, rapat-rapat dan temuan-pertemuan. f. Pembinaan urusan keamanan dan ketertiban, tata tertib lingkungan kantor dan tempat kediaman Kepala kejaksaan Tinggi dan Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi. 9. Tenaga Pengkaji a. Tenaga Pengkaji Kejaksaan Tinggi adalah Jaksa unsur pembantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Kejaksaan Tinggi. b. Tenaga Pengkaji Kejaksaan Tinggi mempunyai tugas melaksanakan kajian operasi intelijen yustisial, penyelesaian perkara pidana tertentu serta perdata dan tata usaha negara dan merupakan satuan tugas Kejaksaan Tinggi. c. Tugas dan fungsi tenaga pengkaji Kejaksaan Tinggi akan diatur lebih lanjut oleh Jaksa Agung RI.

20 10. Kejaksaan Negeri a. perumusan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis berupa pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan sesuai dengan tugasnya. b. pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan cetatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya. c. pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, pelaksanaan intelijen yustisial di bidang ketertiban dan ketenteraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas-tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung. d. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim karena tidak mampu erdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

21 e. pemberian pertimbangan hukum kepada instansi\ pemerintah di daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan, penyusunan peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat. f. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas.