Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Dini terhadap Status Gizi Bayi Usia 4-6 Bulan di Daerah Pantai Kota Padang Tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 6 BULAN

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI 0-6 BULAN DI DESA GIRIPURWO, WONOGIRI

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

: INDAH NURHAYATI J

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU DENGAN PERTUMBUHAN BAYI 7-12 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Hubungan Status Gizi Bayi dengan Pemberian ASI Ekslusif, Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

ABSTRAK PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan


Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

Transkripsi:

856 Artikel Penelitian Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Dini terhadap Status Gizi Bayi Usia 4-6 Bulan di Daerah Pantai Kota Padang Tahun 203 Fenny Oktrina Fauthrisna, Masrul 2, Eva Chundrayetti 3 Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian bayi dan balita tertinggi di dunia, dengan persentase gizi kurang dalam kriteria sedang dan berat. Hal ini berkaitan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah pemberian makanan tambahan dini. Makanan tambahan dini adalah makanan selain ASI yang diberikan pada bayi sebelum usia 6 bulan. Pemberian makanan tambahan dini tersebut dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, dan lain-lain, yang akan memengaruhi status gizi bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dini terhadap status gizi bayi usia 4-6 bulan. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, dengan populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan di kecamatan Padang Barat, Padang Utara, dan Koto Tangah, kota Padang dan jumlah sampel sebanyak 26 orang. Data diambil melalui pengukuran antropometri (penimbangan berat badan dan usia bayi) dan kuisioner. Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan Fisher s Exact Test. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,043 (p value < 0,05), yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian makanan tambahan dini dengan status gizi bayi usia 4-6 bulan. Kesimpulan penelitian ini ialah pemberian makanan tambahan dini dapat menyebabkan gizi kurang pada bayi usia 4-6 bulan. Kata kunci: makanan tambahan dini, status gizi, bayi, gizi kurang Abstract Indonesia is one of countries which has highest infant and child mortality in the world, with the percentage of malnutrition in moderate and severe criteria. It is related to several factors, one of which is an early complementary feeding. Early complementary food is the food other than breast milk given to infants before 6 months of age. Early supplementary feeding can cause health problems, such as diarrhea, respiratory tract infections, etc., which will affect the nutritional status of infants. The objective of this study was to determine the relationship of early complementary feeding on the nutritional status of infants aged 4-6 months. This research is using a cross sectional study method, however the entire population is mothers with infants aged 4-6 months in the district of West Padang, North Padang and Koto Tangah, Padang city and the total sample of 26 people. Data retrieved through anthropometric measurements (weight and age of babies) and questionnaires. Relationships between variables were analyzed using Fisher's Exact Test. Statistical test results showed the p value of 0.043 (p value <0.05), which means that there is a significant relationship between early complementary feeding and nutritional status of infants aged 4-6 months. The conclusion is early supplementary feeding can cause malnutrition in infants aged 4-6 months. Keywords: early complementary feeding, nutritional status, infant, malnutrition Affiliasi penulis:. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Gizi FK UNAND, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAND, Korespondensi: Fenny Oktrina Fauthrisna,E-mail: fny70_fauthrisna@yahoo.com, Telp: 0852635882

857 PENDAHULUAN Gizi memegang peranan penting dalam setiap siklus kehidupan, bahkan sejak dalam kandungan (janin). Periode dua tahun pertama kehidupan bayi merupakan masa-masa kritis karena pada saat itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dari segi gizi, pada masa itu anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup agar tercapai tumbuh kembang yang optimal. Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh. Pemantauan dan penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan antropometri menggunakan baku WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health Statistics) dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (Z-Score). 2 Di Indonesia masih ditemui beberapa masalah gizi yang harus ditanggulangi dengan program perbaikan gizi. Hal ini didukung oleh data terbaru yang merupakan hasil dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 200, prevalensi status gizi bayi usia 0-5 bulan (BB/U) menurut karakteristik responden di berbagai Provinsi di Indonesia adalah gizi buruk sebanyak 4,2%, gizi kurang sebanyak 7,2%, gizi normal sebanyak 82,3%, dan gizi lebih sebanyak 6,2%. 3 Prevalensi status gizi bayi berdasarkan BB/U di Provinsi Sumatera Barat mencakup gizi buruk sebanyak 2,8%, gizi kurang sebanyak 4,4%, gizi normal sebanyak 8,3%, dan gizi lebih sebanyak,6% 3. Prevalensi gizi kurang di beberapa daerah di kota Padang masih cukup tinggi, seperti pada daerah Padang Barat (0%), Padang Utara (27,48%) dan Koto Tangah (37,36%). 4 Untuk mencapai status gizi yang baik, seorang bayi memerlukan asupan nutrisi yang adekuat. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan Air Susu Ibu(ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama dan selanjutnya minimal selama tahun. 5 Selain itu, World Health Organization (WHO) dan The United Nations Children's Fund (UNICEF) juga merekomendasikan pemberian ASI eksklusif (tanpa tambahan apapun, bahkan air putih) dari sejak lahir sampai usia 6 bulan dan bayi harus selalu disusui tanpa dibatasi waktu. 6 Pada kenyataannya, tidak banyak ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hasil Rikesdas tahun 200 (dengan mengelompokkan pola menyusui menjadi 3 kategori, yakni kategori menyusui eksklusif, menyusui predominan dan menyusui parsial) menunjukkan bahwa persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui eksklusif, 5,% menyusui predominan, dan 55,% menyusui secara parsial. Persentase menyusui eksklusif pun makin menurun seiring dengan pertambahan usia bayi. Pada bayi umur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 5,3%, menyusui predominan sebanyak,5%, dan menyusui parsial sebanyak 83,2%. 3 Data WHO terbaru pun memperlihatkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di beberapa negara di dunia masih tergolong rendah, termasuk Indonesia. Pada tahun 997, persentase menyusui eksklusif di Indonesia mencapai angka 42,5%. Namun pada tahun 2003, angka tersebut menurun menjadi 39,5%. Data terbaru tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif kembali turun menjadi 32,4%. 7 Pemberian makanan tambahan dini pada bayi usia di bawah 6 bulan dapat memengaruhi status gizi seorang bayi. Dari hasil penelitian Murninigsih dan Sulastri di Sragen pada tahun 2007 didapatkan bahwa pemberian makanan tambahan dini sebelum bayi genap berusia 6 bulan dapat mengakibatkan tingkat kesehatan bayi tersebut menurun dan terjadinya gangguan-gangguan kesehatan lainnya di kemudian hari. Selain diare, panas, pilek, ditemui juga obesitas, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan dermatitis menyebabkan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan menjadi lebih sering. 8 Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini merupakan kebiasaan yang buruk dan berbahaya. Penambahan makanan tambahan lain selain ASI dapat meningkatkan kejadian diare dan memperburuk status gizi bayi. Hal ini berkaitan dengan cara penyiapan makanan yang kurang higienis. Bakteri patogen yang ada dalam makanan yang telah terkontaminasi tersebut akan masuk ke dalam saluran cerna bayi yang masih imatur. 9 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan

858 dini terhadap status gizi pada bayi usia 4-6 bulan di daerah pantai kota Padang tahun 203. METODE Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi yang diambil adalah para ibu dan bayi yang berusia 4-6 bulan di 3 kecamatan di kota Padang, yaitu kecamatan Padang Barat, Padang Utara, dan Koto Tangah. Sampel berjumlah 26 orang yang diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling, yakni dengan cara mengambil seluruh jumlah populasi. Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah status gizi bayi usia 4-6 bulan, sedangkan sebagai variabel bebas (independent) adalah pemberian makanan tambahan dini. Penelitian ini menggunakan instrumen kuisioner dan timbangan Baby Scale merk GEA dengan ketelitian 0, kg. Kuisioner diberikan pada ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan di daerah penelitian, sedangkan timbangan digunakan untuk mengukur berat badan bayi (dengan syarat bayi mengenakan pakaian seminimal mungkin) yang selanjutnya akan dibandingkan dengan usia bayi untuk mengetahui status gizi bayi. HASIL Hasil penelitian diperoleh berdasarkan hasil wawancara terhadap 26 ibu yang memiliki bayi berusia 4-6 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, serta penimbangan berat badan bayi dari sampel yang bersangkutan. Tabel a. Distribusi ibu berdasarkan umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan ibu Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur Ibu - 6 8 tahun - 9 29 tahun 48 38, - 30 49 tahun 77 6, Jumlah x : 30,6 tahun (SD = 26 00 + 4,95) Tabel b. Distribusi pendidikan pekerjaan Pendidikan Terakhir Ibu - SD / Sederajat - SMP / Sederajat - SMA / Sederajat - Akademi / PT 4 46 59 7, 36,5 46,8 5,6 % Pekerjaan Ibu - PNS - Pegawai Swasta - IRT - Dll 20 4 95,2 3,2 % Berdasarkan Tabel didapatkan bahwa sebagian besar responden ibu berusia 30 49 tahun, dengan rata-rata usia adalah 30,6 tahun. Selain itu, sebagian besar responden ibu berpendidikan > 2 tahun, yaitu tamat SMA / Sederajat dan bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Tabel 2. Distribusi bayi berdasarkan jenis kelamin, usia, berat lahir bayi, dan pemberian ASI Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Bayi - Laki-Laki - Perempuan 60 66 47,6 52,4 Usia Bayi - 4 Bulan - 5 Bulan - 6 Bulan 29 48 49 23,0 38, 38,9 Jumlah 26 00 x = 5, 6bulan (SD = ±0, 774) Berat Lahir Bayi - Normal - BBLR 2 5 96,0 4,0 Pemberian ASI - Masih Diberi - Tidak Diberi 25 99,2 Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sebagian besar responden bayi di daerah penelitian adalah perempuan, dengan rata-rata usia 5,6 bulan. Selain

859 itu dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar bayi lahir dengan berat badan normal ( 2500 gr) dan bayi masih diberi ASI. Tabel 3. Distribusi bayi berdasarkan status gizi BB/U Status Gizi Frekuensi Persentase (%) Gizi Baik 02 8.0 Gizi Kurang 24 9.0 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar bayi mempunyai status gizi yang baik. Tabel 4. Distribusi bayi berdasarkan pemberian makanan tambahan dini PMT Dini Frekuensi Persentase (%) Diberi 0 80.2 Tidak Diberi 25 9.8 Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwa sebagian besar bayi telah diberi makanan tambahan sebelum usia 6 bulan. Tabel 5. Distribusi bayi berdasarkan keluhan setelah pemberian makanan tambahan dini selama 2 minggu terakhir Keluhan Frekuensi Persentase (%) Tidak Sakit 4 40,6 Sakit - Demam - Demam, Diare - Batuk, Flu - Dll 60 32 8 2 8 59,4 3,7 7,9,9 7,9 Jumlah 0 00 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sebagian besar bayi yang telah diberi makanan tambahan dini menderita sakit dalam 2 minggu terakhir. Gejala yang paling banyak ditemui adalah demam. Tabel 6. Hubungan pemberian makanan tambahan dini dengan status gizi bayi Status Gizi PMT p Baik Kurang Dini F % F % F % Tidak 24 96,0 4,0 25 00 Diberi 0,043 Diberi 78 77,2 23 22,8 0 00 Fisher s Exact Test = 0,043 Berdasarkan Tabel 6, didapatkan bahwa persentase bayi dengan status gizi kurang lebih banyak pada bayi yang telah diberi makanan tambahan dini, yakni sebanyak 23 orang. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) pada Tabel 6 antara pemberian makanan tambahan dini dengan status gizi bayi usia 4-6 bulan, sebagian besar bayi yang telah diberi makanan tambahan mempunyai status gizi kurang. Data uji statistik dengan menggunakan Fisher s Exact Test pun menunjukkan nilai p 0,043 (p value < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pemberian makanan tambahan dini dengan status gizi bayi usia 4-6 bulan. Pemberian makanan tambahan mutlak bagi bayi jika diberikan pada usia yang tepat agar bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun bila bayi diberikan makanan tambahan pada usia yang belum genap 6 bulan, maka dapat terjadi penyakit infeksi dan penyakit kronis. 0 Pada penelitian ini sebanyak 59,4% bayi menderita sakit selama 2 minggu terakhir setelah pemberian makanan tambahan. Jenis penyakit yang sering diidap seperti demam (3,7%) dan batuk flu (,9%). Hal ini menunjukkan bahwa bayi lebih rentan terkena infeksi setelah pemberian makanan tambahan dini.

860 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 989-992 di beberapa negara di dunia, didapatkan bahwa tubuh bayi dengan ASI eksklusif atau predominan ASI mempunyai daya proteksi terhadap infeksi yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang diberi makanan tambahan dini. Penelitian lain dilakukan oleh Khadivzadeh dan Parsai pada tahun 2004 di Provinsi Khorasan Razavi, Iran. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa persentase kejadian diare lebih rendah pada bayi yang diberi ASI eksklusif dibanding dengan bayi yang diberi makanan tambahan ( : 27). Perbedaan persentase juga terjadi pada kejadian infeksi saluran pernafasan. Persentase infeksi saluran pernafasan pada bayi yang diberi ASI eksklusif lebih rendah dibanding dengan bayi yang diberi makanan tambahan, yakni 23 : 35. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Murniningsih dan Sulastri tahun 2007, pemberian makanan tambahan pada bayi usia di bawah 6 bulan dapat menurunkan tingkat kesehatan dan mengakibatkan gangguan kesehatan di kemudian hari. Bayi dapat terkena diare karena proses penyiapan makanan yang kurang higienis. Selain itu, alergi juga dapat terjadi karena sel-sel di sekitar usus belum siap untuk menerima kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk menyebabkan timbulnya reaksi imun dan alergi, seperti batuk, flu, ronkhi, dan dermatitis. 8 KESIMPULAN Angka pemberian makanan tambahan dini pada bayi usia 4-6 bulan di daerah Padang Barat, Padang Utara, dan Koto Tangah masih sangat tinggi yaitu 80,2 % dan angka status gizi kurang pada bayi usia 4-6 bulan pun masih tinggi yaitu 9%. Selain itu, data penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian makanan tambahan dini terhadap status gizi bayi usia 4-6 bulan di kecamatan Padang Barat, Padang Utara, dan Koto Tangah, kota Padang. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kota Padang dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas atas izin dan fasilitas yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar I tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2008. 2. Anwar F, Riyadi H. Status gizi dan status kesehatan suku baduy. Jurnal Gizi dan Pangan. 2009;4(2):72-82. 3. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 200. 4. Dinkes kota Padang. Profil kesehatan kota Padang. Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kota Padang; 202. 5. Proverawati A, Rahmawati E. Kapita selekta ASI & menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika; 200. 6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. 7. World Health Organization (WHO). Indonesia Global Health Observatory Data. WHO Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF); 2008. 8. Murniningsih, Sulastri. Hubungan antara pemberian makanan tambahan pada usia dini dengan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan di kelurahan sine sragen. Berita Ilmu Keperawatan Sragen. 2008;:3-8. 9. Michaelsen KF, Weaver L, Branca F, Robertson A. Feeding and nutrition of infants and young children: Guideline for the WHO european region, with emphasis on the former soviet countries. Denmark: WHO Regional Office for Europe; 2003. 0. Clark SGJ, Bungum TJ. The benefits of breastfeeding: an introduction for health education. Californian Journal of Health Promotion Las Vegas. 2003;:58-63.. Khadivzadeh T, Parsai S. Effect of exclusive breastfeeding and complementary feeding on infant growth and morbidity. Eastern Mediterranean Health Journal Iran. 2004;0:289-94.