BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BI Rate KMK KK KI. Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian di sebuah negara. Ada dua hal yang menjadi alasan mengapa bank memiliki peranan penting bagi perekonomian yaitu bank sebagai lembaga transmisi, yaitu bank menyediakan sistem pembayaran dalam perekonomian dan bank sebagai lembaga intermediasi yaitu bank memberikan kredit kepada peminjam yang mengalami kesulitan dalam memperoleh dana ( Insukindro 1993 ; 25 ). Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam penyaluran kredit mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Dimana pada level ekonomi makro bank merupakan alat dalam menetapkan kebijakan moneter sedangkan pada level mikro ekonomi bank merupakan sumber utama pembiayaan bagi para pengusaha maupun individu (Konch, 2000 dalam Renniwaty 2012). Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga ( UU No. 7

Tahun 1992). Kredit merupakan jalur dimana sektor perbankan memainkan peranan pentingnya dalam menggerakkan perekonomian karena melalui pemberian kredit sektor riil dapat berkembang. Kredit sering digunakan untuk mendorong produksi barang dan jasa, untuk tujuan investasi atau pembangunan ekonomi misalnya untuk pembuaan pabrikpabrik baru, alat-alat produksi baru dan sebagainya (Faried dan Soetatwo 1992;8). Selain digunakan sebagai pembiayaan investasi, kredit juga sering digunakan sebagai sumber utama pembiayaan konsumsi. Berdasarkan jenis penggunaannya, bank membagi kredit menjadi 3 jenis yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Penyerapan kredit yang diberikan bank umum memiliki tren meningkat dan semakin besar pada periode 2008 hingga 2014. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Pemberian Kredit Tahun 2008-2014 Jenis Penggunaan Posisi (Miliar Rp)* 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kredit Modal Kerja 684.672 703.002 880.208 1.068.676 1.316.689 1.585.659 1.757.449 Kredit Investasi 255.900 297.939 348.518 464.262 591.425 798.157 903.194 Kredit Konsumsi 367.117 436.989 537.118 667.155 799.748 909.058 1.013.666 Total Kredit 1.307.689 1.437.930 1.765.844 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI)

Penyaluran kredit dari tahun 2008 sampai 2014 berdasarkan tabel 1.1 di atas mengalami peningkatan setiap tahunnya pada ketiga jenis kredit yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Dari total kredit, kredit investasi merupakan kredit yang paling sedikit jumlahnya apabila dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit konsumsi, tetapi jika dilihat dari pertumbuhan kredit dari tahun 2008 sampai tahun 2014, kredit investasi memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kredit modal kerja maupun kredit konsumsi. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut ini : Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Kredit Tahun 2008-2014 40.0 35.0 Pertumbuhan Kredit Pertumbuhan (%) 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Dari grafik di atas dapat dilihat, kredit investasi memiliki rata-rata pertumbuhan paling tinggi yaitu mencapai 25,6 persen selama periode tahun 2008 hingga 2014. Sedangkan jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-

masing memiliki rata-rata pertumbuhan 18,9 persen dan 20,2 persen. Total jumlah kredit yang disalurkan bank umum menurut jenis pengguna memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 20,6 persen. Berdasarkan jumlahnya, baik ketiga jenis kredit memang mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun apabila dilihat dari laju pertumbuhannya besarnya berfluktuatif dari tahun ke tahun dan mengalami penurunan di tahun 2014. Padahal kredit terutama kredit investasi sangat dibutuhkan bagi negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Kredit investasi diharapkan mampu mendorong pendapatan nasional yang akhirnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Jumlah kredit investasi dapat dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Ditria (2008), Faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan pemberian kredit oleh perbankan, bisa dari faktor bank itu sendiri seperti risk appetite terhadap suatu sektor, tingkat kredit macet, kurangnya modal, dan sebagainya ataupun juga volatilitas variabel makro seperti tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, ekspor dan faktor lainnya. Berikut ini tabel indikator makro dari tahun 2008 hingga 2014: Tabel 1.2. Indikator Makroekonomi di Indonesia dari Tahun 2008-2014 Indikator Makro 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan PDB % 6,1 4,6 6,2 6,5 6,2 5,8 5,1 Inflasi % 11,1 2,8 7 3,8 4,3 8,4 8,36 Ekspor (Juta USD ) 137.020 116.510 157.779 203.496 190.031 182.551 176.292 Nilai Tukar ( RP/USD ) 9.692 10.408 9.087 8.776 9.358 10.445 11.840 Suku Bunga Kredit Investasi% 2,42 8,33 6,96 6,37 7,12 4,8 5,65 Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia (BI), SPI, BPS Pertumbuhan PDB Indonesia pada periode 2008 hingga 2014 rata-rata berada di level 5,7 persen, namun pada tahun 2009 pertumbuhan PDB hanya

mencapai 4,6 persen. Hal ini dikarenakan dampak dari krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada triwulan ketiga tahun 2008. Kondisi ini mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I 2009 masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi masih dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam (Laporan Perekonomian Indonesia 2009 ) Bank Indonesia dapat menjalankan peranannya sebagai otoritas moneter, salah satu caranya yaitu dengan mengubah tingkat suku bunga acuannya. Ketika perekonomian dalam keadaan inflasi tinggi dan melemahnya nilai tukar, Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate), dan sebaliknya. Naik turunnya suku bunga acuan tersebut akan mempengaruhi baik tingkat suku bunga tabungan maupun suku bunga kredit perbankan.. Ekspor di tahun 2009 tercatat memiliki pertumbuhan negatif yaitu -14,9 persen dari 137.020 juta USD di tahun 2008 dan hanya 116.510 juta USD di tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun itu sebagian besar ditopang oleh kegiatan konsumsi domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi Pemerintah. Berbagai cara dilakukan untuk meredam dampak krisis dan diarahkan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi. Di awal tahun 2009, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan harga BBM bersubsidi untuk premium dan solar. Hal ini berpengauh positif pada inflasi yang kemudian menyebabkan inflasi yang rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2,7 persen.

Tekanan inflasi inti yang melemah juga dipengaruhi oleh menurunnya ekspektasi inflasi. Penurunan ekspektasi inflasi antara lain dipengaruhi oleh kecenderungan apresiasi nilai tukar, perlambatan kegiatan ekonomi serta perkembangan positif pada inflasi kelompok administered dan kelompok volatile food. (Laporan Perekonomian Indonesia, 2009). Pada tahun 2010 perekonomian indonesia terus membaik, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan PDB yang mencapai 6,2 persen. Pertumbuhan PDB tidak lepas dari pengaruh ekspor yang melaju pesat hingga 157.779 Juta USD atau tumbuh 35,4 persen dari tahun 2009. Selain karena ekspor, pertumbuhan juga ditopang oleh investasi yang semakin membaik. Seiring membaiknya perekonomian global, harga komoditas mengalami peningkatan sehingga inflasi ikut meningkat yaitu 7 persen. Hal ini kemudian menimbulkan perspektif positif akan indonesia sehingga nilai tukar rupiah menguat 3,8 persen menjadi Rp 9.087 per dolar AS. Fluktuasi variabel-variabel makroekonomi di dalam perekonomian diduga memiliki keterkaitan dengan jumlah kredit investasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini fenomena makro yang terjadi di Indonesia adalah tingkat inflasi yang relatif tinggi dan nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi. Gambar 1.2 Pergerakan Inflasi Tahun 2008-2014

Inflasi 12 10 8 6 4 Inflasi 2 0 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Sumber : Bank Indonesia (BI) Gambar 1.3 Pergerakan Nilai Tukar Riil (Rp/USD) Tahun 2008-2014 30000 25000 20000 Kurs(Rp/USD) 15000 10000 Kurs(Rp/USD) 5000 0 2006 2008 2010 2012 2014 2016 Sumber : Bank Indonesia (BI) Dari gambar 1.2 dan 1.3 menunjukkan fenomena makro di Indonesia yaitu tingkat inflasi yang relatif tinggi dan nilai tukar yang terdepresiasi pada periode 2008-2014. Mulai tahun 2009 inflasi mengalami tren yang menurun hingga tahun 2012. Setelah itu tingkat inflasi kembali merangkak naik hingga tahun 2014. Lain

halnya dengan inflasi, sejak tahun 2008 hingga 2014 nilai tukar riil (Rp/USD) terus menerus mengalami tren yang menaik yang artinya nilai tukar rupiah terus terdepresiasi. Ditengah keadaan yang sedemikian, laju pertumbuhan kredit investasi juga menurun. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi yang relatif tinggi dan rupiah yang terdepresiasi merupakan suatu ganjalan bagi kredit investasi, maka diperlukan analisis keterkaitan antara tingkat inflasi dengan kredit investasi dan keterkaitan antara nilai tukar dengan kredit investasi. 1.2 Rumusan Masalah Keterkaitan antara tingkat inflasi dengan kredit investasi dan keterkaitan antara nilai tukar dengan kredit investasi menarik banyak perhatian banyak pengamat dan peneliti, terutama pada negara yang sedang melakukan pembangunan. Banyak penelitian yang menganalisis keterkaitan antara variabel makro dengan kredit, variabel makro yang kerap digunakan dan menjadi banyak sorotan adalah inflasi dan nilai tukar. Disatu sisi kredit investasi merupakan kredit yang sangat dibutuhkan bagi negara-negara yang sedang dalam tahap pembangunan seperti indonesia, karena kredit investasi merupakan kredit yang bersifat produktif yang diharapkan mampu meningkatkan laju perekonomian. Akan tetapi dilain pihak, kredit investasi yang dilakukan dalam perekonomian yang tingkat inflasinya relatif tinggi dan nilai

tukar yang terdepresiasi seperti yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini merupakan sebuah keprihatinan tersendiri. Upaya melihat keterkaitan antara kredit investasi dengan fenomena makro yang di alami Indonesia saat ini dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menjadi rumusah masalah pada penelitian ini. Apakah akan ada ganjalan kredit investasi tersebut dalam keadaan yang sedemikian, untuk itu diperlukan analisis yang menggunakan alat analisis Vector autoregressive (VAR), karena dengan VAR akan dapat diketahui apakah keterkaitan antara variabel tersebut tejadi di Indonesia. 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun Pertanyaan penelitian yang hendak dijawab adalah : 1. Apakah ada keterkaitan antara inflasi dengan kredit investasi? 2. Apakah ada keterkaitan antara nilai tukar dengan kredit investasi? 1.4 Pembatasan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi pada inflasi dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika dengaan jumlah kredit investasi riil bank umum di Indonesia pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2014 (data bulanan).

1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis bagaimanakah respon jumlah kredit investasi bank umum terhadap kenaikan tingkat inflasi 2. Menganalisis bagaimanakah respon jumlah kredit investasi bank umum terhadap depresiasi nilai tukar 1.6 Manfaat Penelitian Hasil studi empiris dari penelitian ini dapat diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1. Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan menganalisis dan mengidentifikasi realisasi dinamika dalam dunia perbankan khususnya dalam kredit investasi perbankan 2. Dapat menjadi literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna menganalisa variabel-variabel makro yang memperngauhi kredit yang diberikan oleh perbankan. 3. Dapat menjadi bahan informasi dan masukan tambahan dalam perencanaan strategis dalam merencanakan kebijakan makro terkait inflasi dan nilai tukar.

1.7 Sistematika Penulisan terdiri dari : Penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian yang Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Teori dan Penelitian Sebelumnya Dalam bab ini akan diuraikan mengenai berbagai dasar teori yang melandasi penelitian ini, dan juga akan dipaparkan studi maupun literatur, dan bahan-bahan yang dijadikan pendukung analisis. Selain itu dipaparkan juga model penelitian, hipotesis penelitian dan alat analisis. Bab III : Hasil dan Pembahasan Bab ini akan memaparkan tentang statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian, tahapan-tahapan analisis, hasil analisis yang dilakukan serta pembahasan mengenai hasil yang diperoleh. BAB IV : Penutup

Pada bab ini akan dipaparkan suatu kesimpulan mengenai hasil pembahasan pada bab sebelumnya serta membuat saran untuk penelitian selanjutnya.