2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

TUJUAN PERKULIAHAN Mahasis Ma wa hasis mema wa ham mema i ham konsep k dasa onsep r per dasa enc r per anaan pembelajara ana n an pembelajara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asep Tarbini, 2015 IMPLEMENTASI MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN ALAT UKUR OSCILLOSCOPE

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggis Nusantri, 2014 Kompetensi Guru Seni Budaya Dalam Meingplementasikan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Salah satu yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

NERIS PERI ARDIANSYAH,

BAB VI PENUTUP. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian, Pelaksanaan Penerapan. penerapan atau praktek;

BAB I PENDAHULUAN. budaya kehidupan. Perkembangan pendidikan yang seharusnya terjadi tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

2016 EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SOFTWARE CST STUDIO SUITE PADA MATA PELAJARAN PEREKAYASAAN SISTEM ANTENA DI SMK NEGERI 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

2016 DAMPAK ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indri Ayu Lestari, 2015 ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK GENERAL CLEANING PUBLIC AREA SECTION DI EDOTEL SMKN 9 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pilar kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang salah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wenda Anggia Purnomo, 2014

PERENCANAAN PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN PENGETAHUAN MENGOLAH KUE INDONESIA PADA PRAKTIK MEMBUAT KUE-KUE INDONESIA DARI BERAS SISWA SMKN 9 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Menurut Witherington (Sudrajat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

PENDAPAT PESERTA DIDIK TENTANG HASIL BELAJAR PARIWISATA DI SMK NEGERI 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan sikap profesional pada bidang profesinya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu dari pendidikan kejuruan. SMK merupakan salah satu satuan pendidikan formal pada jenjang menengah yang mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah dalam bidang tertentu. Pada pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dijelaskan bahwa sekolah menengah kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Proses pembelajaran di SMK harus mencerminkan proses pembiasaan kerja, baik sikap, pengetahuan dan keterampilan pada konteks lingkungan kerja nyata. Idealnya proses pembelajaran di SMK harus identik dengan kondisi dunia usaha dan dunia industri (DUDI), sehingga realitas kompetensi yang diajarkan di SMK akan sama dengan kompetensi yang diperlukan oleh DUDI. Pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar pada peserta didik untuk mampu mengadaptasi perkembangan teknologi yang terus berkembang di DUDI. Dengan demikian peserta didik akan selalu melakukan perkembangan untuk menjaga sikap, pengetahuan dan keterampilannya agar selalu sesuai dengan perkembangan teknologi di DUDI. Sejalan dengan hal tersebut kurikulum yang sedang diterapkan di SMK pada saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 pada pelaksanaannya mensyaratkan bahwa proses penilaian hasil belajar harus menerapkan penilaian otentik. Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa proses 1

2 penilaian pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan penilaian yang paling sesuai diterapkan di SMK, karena penilaian otentik pada dasarnya merupakan penilaian kinerja. Penilaian otentik merupakan asesmen kinerja yang diimplementasikan pada kondisi dunia nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2008, hlm. 243), yang menyatakan bahwa: Performance assessment (asesmen kinerja) meminta siswa untuk mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi testing. Authentic assessment (asesmen otentik) membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata. Penilaian kinerja pada lingkungan dunia nyata lebih dapat menggambarkan capaian kompetensi peserta didik. Melalui penilaian otentik siswa dapat terukur capaian kompetensinya pada saat mereka menerapkan kompetensinya ketika memasuki DUDI. Dengan demikian penerapan penilaian otentik dalam proses pembelajaran akan membatu menjembatani kesenjangan yang terjadi antara DUDI dengan SMK. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syahrul (2009, hlm. 8) menyebutkan bahwa penerapan penilaian otentik terdapat peningkatan kemampuan unjuk kerja (prestasi) praktikum mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan penilaian otentik serta secara efektif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Hal senada disampaikan oleh Yasbiati (2010, hlm. 5) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penilaian otentik dapat meningkatkan kemampuan siswa hingga mencapai rata-rata 90,26%, dengan peningkatan (gain) 50,78%, untuk kemampuan menggunakan alat ukur 42,07%, dan untuk kemampuan mencatat data hasil pengamatan 36,94%. Hal serupa disampaikan oleh Wijayanti (2014, hlm. 108) menyatakan bahwa penilaian otentik dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah dengan efektif. Setiap aspek keterampilan berpikir ilmiah mahasiswa mengalami peningkatan, yang ditunjukan dengan peningkatan (gain) pada keterampilan berpikir ilmiah sebesar 0,86 termasuk kategori tinggi.

3 SMK Negeri 2 Cimahi merupakan sekolah sasaran penerapan kurikulum 2013. Pemerintah mentargetkan bahwa pada tahun pembelajaran 2014/2015, sekolah harus sudah menerapkan kurikulum 2013 pada kelas X dan XI. Hal ini tercatat pada dokumen Kurikulum SMKN 2 Cimahi tahun 2014/2015 dinyatakan bahwa proses penilaian yang dilaksanakan di sekolah adalah penilaian otentik. Dalam lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, disampikan bahwa penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Untuk menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran menuntut proses pembelajaran secara otentik. Pembelajaran otentik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa dapat melaksanakan tugas dan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran otentik, siswa dituntut untuk secara aktif mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik dalam menkonstruk konsep atau prinsip melalui tahapan, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring. Pembelajaran otentik mengarahkan siswa untuk memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran otentik yang diharapkan dapat menumbuhkan kebiasaan siswa untuk mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi proses pembelajaran pada empat guru mata pelajaran kelompok dasar bidang keahlian dan dasar program keahlian. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa guru menunjukan kinerja belum menerapkan penilaian otentik dalam proses pembelajaran. Hasil studi dokumentasi pada administrasi dan perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru, meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), diperoleh gambaran bahwa guru belum memahami perumusan indikator pencapaian kompetensi dan perumusan instrumen penilaian kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Indikator pencapaian kompetensi yang dibuat guru belum spesifik dan tidak terukur. Indikator juga belum mengakomodasi aspek afektif. Pembuatan indikator yang belum sesuai ini mengakibatkan instrumen penilaian yang dibuat guru tidak sesuai dengan

4 indikator pencapaian kompetensi pada aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Hasil observasi pembelajaran di kelas diperoleh gambaran guru masih belum menerapkan penilaian otentik, dimana guru tidak melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Guru hanya melaksanakan penilaian pada hasil kerja siswa saja. Berdasarkan hal tersebut peneliti mendapatkan gambaran, bahwa guru masih belum memahami pembuatan perencanaan pembelajaran, implementasi pelaksanaan pembelajaran dalam rangka penerapan penilaian otentik seperti yang dipersyaratkan dalam kurikulum 2013. Guru masih belum menunjukan kinerja optimal dalam mengelola proses penilaian. Guru hanya melaksanakan penilaian pada produk hasil kerja siswa saja. Seharusnya guru menerapkan penilaian pada proses dan hasil belajar meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Kondisi ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurgiyantoro dan Suyata (2009, hlm. 4) bahwa pada umumnya guru belum memahami dan belum melaksanakan asesmen otentik dalam pembelajaran. Kondisi ini bertentangan dengan tugas pokok fungsi guru seperti yang tertera pada Permendikbud Nomor 65 dan Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar proses dan standar penilaian yang menekankan penilaian otentik dalam pembelajaran. Seharusnya guru melaksanakan pembelajaran secara tuntas dan melakukan pengontrolan ketuntasan belajar. Proses pembelajaran dilaksanakan secara komprehensip pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif dan penilaian dilaksanakan mulai masukan, selama proses pembelajaran, dan hasil belajar secara utuh pada aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada Pasal 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada pasal 20 juga dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban merencanakan pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

5 Berdasarkan hal tersebut, peneliti mendapat gambaran bahwa pelaksanaan penilaian belum memenuhi prinsip-prinsip penilaian seperti yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 65 dan Nomor 66 tahun 2013. Proses penilaian lebih cenderung menjadi otoritas guru yang sulit di akses oleh pihak-pihak berkepentingan, terutama siswa. Proses penilaian yang masih tertutup ini memberikan dampak tidak terkontrolnya ketuntasan belajar. Kondisi tersebut sangat merugikan bagi semua pihak berkepentingan, baik siswa, orang tua dan industri sebagai pengguna lulusan, karena penilaian tidak mengambarkan capaian kompetensi siswa sesungguhnya. Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti tertarik untuk menerapkan penilaian hasil belajar yang mampu menggambarkan pencapaian kompetensi siswa melalui penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran. Penelitian ini mencoba untuk menerapkan penilaian otentik dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik di SMK Negeri 2 Cimahi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan berikut: 1. Penilaian hasil belajar oleh guru belum mengambarkan kemampuan siswa pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif secara otentik. Hal ini mengakibatkan ketidak sesuaian antara capaian level kompetensi di sekolah dengan level kompetensi di DUDI. 2. Pelaksanaan penilaian belum terintegrasi dengan proses pembelajaran, guru tidak melaksanakan penilaian masukan, proses dan keluaran. Hal ini mengakibatkan tidak ada umpan balik selama proses pembelajaran untuk memperbaiki peningkatan indikator pencapaian kompetensi siswa. 3. Penilaian belum mencerminkan proses belajar pada kehidupan nyata, guru belum merancang instrumen disesuaikan dengan kondisi di tempat kerja. Hal ini mengakibatkan capaian kompetensi siswa tidak sesuai dengan tuntutan DUDI.

6 4. Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang prinsip penilaian, salah satunya adalah akuntabel, yang berarti penilaian harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. Namun fakta dilapangan guru menunjukan kinerja belum melaksanakan penilaian baik dari segi teknik, prosedur dan hasilnya. Hal ini mengakibatkan ketidak percayaan pihak DUDI terhadap pencapaian kompetensi siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik? Rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik? 2. Seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kemampuan psikomotor siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik? 3. Seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik? D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan penilaian otentik mampu meningkatkan pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui seberapa besar penerapan penilaian otentik meningkatkan pencapaian kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik. 2. Mengetahui seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kemampuan psikomotor siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik.

7 3. Mengetahui seberapa besar penerapan penilaian otentik dapat meningkatkan pencapaian kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran teknologi mekanik. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan khusunya bagi peneliti sendiri sebagai praktisi pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk : 1. Manfaat secara teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengayaan pada ranah pendidikan teknologi dan kejuruan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi dibidangnya. b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang asesmen pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi siswa yang sesuai dengan tuntutan DUDI. c. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya penerapan penilaian otentik untuk mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran yang relevan di SMK. 2. Manfaat secara Praktis a. Bagi guru SMKN 2 Cimahi, khususnya pada mata pelajaran kelompok C, menjadi inspirasi dalam kegiatan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, implementasi perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam rangka menerapkan penilaian otentik untuk meningkatkan pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran yang diampunya. b. Bagi kepala sekolah, diharapkan mengambil kebijakan menerapkan penilaian otentik di sekolah, untuk meminimalisir kesenjangan kompetensi yang terjadi di SMK dengan di DUDI. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah :

8 Bab I Bab II : Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. : Kajian pustaka, bab ini akan menguraikan dasar teori yang berhubungan dengan perencanaan pembelajaran otentik, pelaksanaan pembelajaran otentik, dan penilaian otentik. Bab III : Metode penelitian, bab ini meliputi metode dan desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian dan teknik analisis data. Bab IV Bab V : Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini meliputi deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. : Simpulan, implikasi, dan rekomendasi, bab ini meliputi simpulan dari penelitian, implikasi penelitian dan rekomendasi pada pihak terkait.