BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Bodnar (2000, p1) sistem adalah kumpulan sumber daya yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi di jaman

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi, saling ketergantungan satu sama lainnya dan terpadu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen

METODE HARGA POKOK PESANAN

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pembuatan tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah:

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam (Jogiyanto, 2005)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tujuan tertentu. Menurut Herlambang (2005:21), Data adalah faktafakta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

PERTEMUAN 13 SIKLUS TRANSAKSI BISNIS : SIKLUS PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IX SIKLUS PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat

Soal Pilihan Ganda (bobot 30)

APLIKASI RENCANA ANGGARAN PROYEK PADA KONTRAKTOR PT. HEXA MULIA. Solmin Dosen Universitas Cokroaminoto Palopo

Transkripsi:

7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Produksi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Bodnar (2000, p1) sistem adalah kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Jogiyanto (1995, p1) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedurprosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Menurut McLeod (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Mulyadi (2000, p2) suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Wilkinson (1993, p3) sistem merupakan kerangka kerja terpadu yang terdiri dari dua atau lebih elemen-elemen yang saling terkait dan mempunyai sasaran yang akan dicapai, dengan mengkoordinasikan sumber daya manusia untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan dengan mengkoordinasikan sekelompok sumber daya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.

8 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto (1995, p8) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p1) informasi adalah data yang berguna dan telah diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Menurut McLeod (2001, p18) informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. Menurut Wilkinson (1993, p6) informasi adalah data yang telah diproses sehingga berubah bentuknya dan mempunyai nilai semakin tinggi. Jadi informasi adalah data yang telah diolah, sehingga lebih berguna, berarti, dan dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat oleh orang yang menerimanya. 2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p4) sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat. Menurut Boockholdt (1999, p75) sistem informasi adalah sekumpulan prosedur yang terkoordinasi, dimana ketika dieksekusi, akan menghasilkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian dalam sebuah organisasi. Menurut Laudon (1998, p7) sistem informasi adalah sebuah komponen terkait yang bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis, dan visualisasi pada sebuah organisasi.

9 Menurut Wilkinson (1993, p4) sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dengan sumber daya (manusia dan komputer) yang dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan. Jadi sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan dengan mengkoordinasikan sekelompok sumber daya untuk mengolah masukan yang berupa data menjadi keluaran yang berupa informasi, sehingga lebih berguna, berarti, dan dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat oleh orang yang menerimanya. 2.1.4 Komponen Sistem Informasi Menurut Mulyadi (2000, p11) komponen bangunan sistem informasi terdiri dari enam blok (disebut dengan information system building block) : masukan, model, keluaran, teknologi, basis data, dan pengendalian. Menurut Jogiyanto (1995, p12) keenam blok bangunan tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya. pemakai pemakai pemakai Input Teknologi Model Basis Data Output Kendali pemakai pemakai pemakai Gambar 2.1 Blok sistem informasi yang berinteraksi (Jogiyanto, 1995, p12)

10 Berikut ini diuraikan penjelasan masing-masing blok tersebut berdasarkan pendapat Mulyadi (2000, pp11-15) : 1. Blok masukan (input block) Masukan adalah data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi beserta metode dan media yang digunakan untuk menangkap dan memasukkan data tersebut ke dalam sistem. Masukan terdiri dari transaksi, permintaan, pertanyaan, perintah, dan pesan. 2. Blok model (model block) Blok model terdiri dari logico-mathematical models yang mengolah masukan dan data yang disimpan, dengan berbagai macam cara, untuk memproduksi hasil yang dikehendaki atau keluaran. 3. Blok keluaran (output block) Produk suatu sistem informasi adalah keluaran yang berupa informasi yang bermutu dan dokumen untuk semua tingkat manajemen dan semua pemakai informasi, baik pemakai intern maupun pemakai luar organisasi. Keluaran sistem akuntansi dapat berupa laporan keuangan, faktur, surat order pembelian, cek, laporan pelaksanaan anggaran, jawaban atas suatu pertanyaan, pesan, perintah, hasil suatu pengambilan keputusan yang diprogram, skenario dan simulasi, dan aturan pengambilan keputusan. 4. Blok teknologi (technology block) Teknologi menangkap masukan, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan keluaran, serta mengendalikan seluruh sistem.

11 5. Blok basis data (database block) Basis data merupakan tempat untuk menyimpan data yang digunakan untuk melayani kebutuhan pemakai informasi. Basis data dapat diperlakukan dari dua sudut pandang : secara fisik dan secara logis. Basis data secara fisik merupakan tempat sesungguhnya suatu data disimpan. Basis data secara logis bersangkutan dengan bagaimana struktur penyimpanan data sehingga menjamin ketepatan, ketelitian, dan relevansi pengambilan informasi untuk memenuhi kebutuhan pemakai. 6. Blok pengendalian (control block) Semua sistem informasi harus dilindungi dari bencana dan ancaman, seperti bencana alam, api, kecurangan, kegagalan sistem, kesalahan dan penggelapan, penyadapan, ketidakefisienan, sabotase, orang-orang yang dibayar untuk melakukan kejahatan. Beberapa cara yang perlu dirancang untuk menjamin perlindungan, integritas, dan kelancaran jalannya sistem informasi adalah : penggunaan sistem pengelolaan catatan, penerapan pengendalian akuntansi, pengembangan rancangan induk sistem informasi, dan lain sebagainya. 2.1.5 Pengertian Produksi Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000, p1) produksi merupakan penciptaan/penambahan faedah bentuk, waktu, dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses transformasi/perubahan bentuk faktor-faktor produksi tersebut disebut proses produksi.

12 Menurut Horngren (1994, p3) produksi adalah koordinasi dan pemasangan (assembly) dari sumber daya untuk menghasilkan barang atau menghantarkan jasa. Jadi produksi adalah suatu proses konversi/perubahan masukan yang berupa sumber daya untuk menghasilkan keluaran berupa barang atau jasa agar dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. 2.1.6 Pengertian Sistem Informasi Produksi Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p5) sistem informasi produksi adalah sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi untuk digunakan oleh fungsi produksi. 2.1.7 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Menurut Mulyadi (2000, p39) metodologi pengembangan sistem adalah langkahlangkah yang dilalui oleh analis sistem dalam mengembangkan sistem informasi. Pengembangan sistem akuntansi dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut ini : 1. Analisis sistem (system analysis) 2. Desain sistem (system design) 3. Implementasi sistem (system implementation)

13 Kebijakan dan Perencanaan Sistem Awal Proyek Sistem Analisis Sistem Desain/perancangan sistem secara umum Desain/perancangan sistem terinci Pengembangan Sistem Seleksi sistem Implementasi/penerapan sistem Perawatan sistem Manajemen Sistem Gambar 2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Jogiyanto, 1995, p52) 2.2 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.2.1 Analisis Sistem 2.2.1.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Jogiyanto (1995, p129) analisis sistem (systems analysis) dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagianbagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikanperbaikannya. Menurut McLeod (2001, p190) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui.

14 Menurut Widjajanto (2001, p523) analisis sistem adalah proses pengujian sistem yang ada (existing system) dan lingkungannya dengan tujuan untuk menentukan berbagai kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sistem itu sendiri. Jadi analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang ada untuk dapat memperoleh informasi tentang sistem yang sedang berjalan sehingga dapat ditentukan kemungkinan perbaikan untuk merancang sistem baru atau pengembangannya. 2.2.1.2 Langkah-Langkah Dalam Analisis Sistem Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p652) analisis sistem mencakup tiga tahap terpisah, yaitu : 1. Mensurvei sistem berjalan 2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan informasi 3. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan sistem Menurut McLeod (2001, pp190-192) tahap-tahap dalam analisis sistem adalah : 1. Mengumumkan penelitian sistem 2. Mengorganisasikan tim proyek 3. Mendefinisikan kebutuhan informasi 4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem 5. Menyiapkan usulan rancangan 6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek

15 Menurut Mulyadi (2000, p41), analisis sistem dapat dibagi menjadi empat tahap : 1. Analisis Pendahuluan (Preliminary Analysis) 2. Penyusunan Usulan Pelaksanaan Analisis Sistem 3. Pelaksanaan Analisis Sistem 4. Penyusunan Laporan Hasil Analisis Sistem Menurut Widjajanto (2001, p539) analisis sistem selalu diawali dengan survei pendahuluan atau analisis pendahuluan. Dalam survei pendahuluan semua persoalan yang ditemui akan dianalisis dan dicarikan pemecahannya. Alternatif pemecahan tersebut didasarkan pada berbagai pertimbangan kebutuhan penggunaan teknologi komputer. Hasil dari analisis pendahuluan ini kemudian dituangkan ke dalam suatu laporan yang selain memuat permasalahan yang ada juga memuat rekomendasi pemecahannya. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis ini dilakukan analisis mendalam dengan tujuan untuk menyusun studi kelayakan.

16 Analisis Pendahuluan Mempelajari sistem yang ada Mencari beberapa alternatif solusi yang diharapkan dapat menjawab permasalahan Menyusun kesimpulan analisis dan memberikan usulan atau rekomendasi Saat-saat untuk menentukan apakah proses perlu dilanjutkan atau tidak Analisis Pendahuluan Mempelajari berbagai alternatif solusi yang diusulkan dalam analisis pendahuluan Menguji kelayakan masing-masing alternatif solusi Menentukan kebutuhan informasi dan persyaratan sistem Menyusun laporan analisis sistem untuk disampaikan kepada manajemen Gambar 2.3 Langkah-langkah analisis sistem (Widjajanto, 2001, p540)

17 2.2.2 Perancangan Sistem 2.2.2.1 Pengertian Perancangan Sistem Menurut McLeod (2001, p192) rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut Mulyadi (2000, p51) perancangan sistem atau desain adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Menurut Widjajanto (2001, p572) desain sistem adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru berdasarkan rekomendasi hasil analisis sistem. Jadi perancangan sistem adalah proses menterjemahkan kebutuhan pemakai informasi menjadi spesifikasi sistem baru berdasarkan rekomendasi hasil analisis sistem. 2.2.2.2 Langkah-Langkah Dalam Perancangan Sistem Tahap desain sistem dibagi menjadi lima tahap berdasarkan pendapat Mulyadi (2000, p51) : 1. Desain sistem secara garis besar 2. Penyusunan usulan desain sistem secara garis besar 3. Evaluasi sistem 4. Penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar 5. Desain sistem secara rinci 6. Penyusunan laporan final desain sistem secara rinci

18 Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p661) langkah-langkah utama dalam perancangan sistem adalah : 1. Evaluasi berbagai alternatif 2. Penyiapan spesifikasi-spesifikasi rancangan 3. Penyampaian spesifikasi rancangan pada manajemen puncak Berdasarkan pendapat McLeod (2001, pp192-193) langkah-langkah dalam tahap rancangan adalah : 1. Menyiapkan rancangan sistem secara terperinci 2. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem 3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem 4. Memilih konfigurasi terbaik 5. Menyiapkan usulan penerapan 6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem Menurut Widjajanto (2001, p573) desain sistem dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap desain pendahuluan atau desain konseptual dan tahap desain fisik atau desain rinci. Tahap desain pendahuluan atau konseptual dilakukan dengan tujuan untuk menentukan berbagai alternatif pemenuhan kebutuhan pengguna sistem. Sedangkan tahap desain fisik atau rinci dilakukan dengan tujuan untuk menerjemahkan kebutuhankebutuhan pengguna sistem yang tertuang dalam desain konseptual ke dalam rumusan terinci.

19 Desain Pendahuluan (Konseptual) Menentukan lingkup sistem Menentukan persyaratan sistem : 1. Output yang diinginkan 2. Proses pengolahan data 3. Unsur-unsur data 4. Input yang diperlukan 5. Kebijakan manajemen Menentukan sumber daya sistem : 1. Perangkat lunak 2. Perangkat keras 3. Sumber daya ekonomis Menyusun laporan desain pendahuluan Desain Rinci Merumuskan persyaratan sistem 1. Spesifikasi output, data dan file, input, perangkat lunak 2. Pedoman prosedur dan sistem pengendalian Memilih perangkat keras Memilih perangkat lunak Menyusun laporan desain rinci Gambar 2.4 Tahapan dalam proses desain (Widjajanto, 2001, p574)

20 2.2.2.3 Alat Bantu Perancangan Sistem 2.2.2.3.1 Diagram Alir Data (DAD) Menurut Jogiyanto (1995, pp700-707) DAD merupakan diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem. DAD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya lewat telepon, surat, dsb) atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, dll). Menurut Mulyadi (2000, p57) bagan alir data (data flow diagram) adalah suatu model yang menggambarkan aliran data dan proses untuk mengolah data dalam suatu sistem. DAD dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut : 1. Diagram Konteks Diagram konteks adalah tingkatan yang paling awal. Diagram ini menggambarkan arus data dan arus informasi antara sistem dengan unitunit di luar sistem tersebut. 2. Diagram Nol Diagram nol menggambarkan subsistem dari diagram konteks yang diperoleh dengan cara memecah atau membagi tingkatan utama pada diagram konteks dengan menggambarkan arus data yang dibutuhkan. 3. Diagram Rinci Diagram rinci merupakan perincian tiap-tiap proses yang ada pada diagram nol.

21 2.2.2.3.2 Kamus Data Menurut Jogiyanto (1995, p725) kamus data atau data dictionary adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. 2.2.2.3.3 Normalisasi Menurut Jogiyanto (1995, p403) proses untuk mengorganisasikan file untuk menghilangkan grup elemen yang berulang-ulang disebut dengan normalisasi. Proses normalisasi data : 1. Data yang belum ternormalisasi (Unnormalized Form/UNF) Record yang masih mengandung repeating group. 2. Form normal pertama (1NF) Record yang belum dinormalisasi lalu dipisahkan menjadi struktur record dua dimensi. Setelah dipisahkan record tidak lagi memiliki repeating group. 3. Form normal kedua (2NF) Untuk record yang memiliki data item lebih dari satu, pastikan data item itu tergantung pada satu key. Untuk mencapainya record mungkin harus dipisah lagi. Data item yang bukan key kini tergantung sepenuhnya pada primary key. 4. Form normal ketiga (3NF) Hilangkan ketergantungan transitif, pisahkan lagi record jika perlu untuk mencapainya. Hasilnya semua data item nonkey memiliki ketergantungan fungsional pada primary key dan tidak tergantung satu sama lain.

22 5. Form normal keempat (4NF) Hilangkan semua ketergantungan fungsional, pisahkan lagi record untuk mencapainya. Hasilnya adalah varian minor dari form normal ketiga. 2.2.2.3.4 Entity Relationship Diagram (ERD) Menurut Laudon (1998, p280) ERD adalah sebuah metodologi untuk dokumentasi database untuk mengilustrasikan hubungan antara berbagai entity dalam database. 2.2.2.3.5 Bagan Terstruktur Menurut Jogiyanto (1995, pp743-744) bagan terstruktur digunakan untuk mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi secara berjenjang dalam bentuk modul dan submodul. 2.2.2.3.6 Spesifikasi Proses Menurut Jogiyanto (1995, pp765-772) pseudo berarti imitasi atau mirip atau menyerupai dan code menunjukkan kode dari program, jadi pseudocode adalah kode yang mirip dengan instruksi program yang sebenarnya. Struktur dasar dari pseudocode adalah : 1. Struktur urut Struktur ini terdiri dari sebuah instruksi atau blok dari instruksi yang tidak mempunyai perulangan atau keputusan di dalamnya. Struktur ini hanya berisi langkah urut saja, satu diikuti yang lainnya.

23 2. Struktur keputusan Struktur keputusan dapat berupa struktur If-Then atau If-Then-Else atau struktur Case. 3. Struktur iterasi Struktur iterasi diterapkan pada situasi suatu instruksi atau grup dari instruksi yang diproses berulang kali sampai kondisi yang diinginkan sudah terpenuhi. Struktur ini dapat berupa struktur For, Repeat-Until, atau Do-While. 2.3 Sistem Biaya Berdasarkan Pesanan 2.3.1 Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (1993, p6), akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Menurut Maher dan Deakin (1997, p2) akuntansi biaya adalah bidang akuntansi yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi mengenai besarnya biaya. Menurut Rayburn (1999, p3) akuntansi biaya (cost accounting) mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa. Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok (Mulyadi, 1993, p7), yaitu : 1. Penentuan harga pokok produk 2. Pengendalian biaya 3. Pengambilan keputusan khusus

24 2.3.2 Biaya Produksi Menurut Maher dan Deakin (1997, p33) biaya produk adalah biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk. Biaya produksi dikelompokkan menjadi : 1. Biaya bahan baku langsung (direct material cost) Harga perolehan dari seluruh bahan baku yang akhirnya menjadi bagian dari objek biaya dan yang dapat ditelusuri kepada objek biaya tersebut yang layak secara ekonomis. Harga perolehan dari bahan baku langsung mencakup juga beban ongkos angkut (pengangkutan masuk), pajak pertambahan nilai, dan cukai. 2. Biaya tenaga kerja langsung pabrik (direct manufacturing labor cost) Kompensasi atas seluruh tenaga kerja pabrik yang dipertimbangkan sebagai bagian dari objek biaya dan yang akan ditelusuri kepada objek biaya dengan cara yang layak secara ekonomis. 3. Biaya overhead pabrikasi (manufacturing overhead cost) Seluruh biaya pabrikasi yang dipertimbangkan menjadi bagian dari objek biaya, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomis. 2.3.3 Biaya Overhead Pabrik Yang termasuk dalam overhead pabrik adalah : 1. Bahan tidak langsung (indirect material), seperti pelumas mesin, suku cadang perbaikan, dan bahan lainnya yang bukan bagian dari barang jadi tetapi penting untuk menghasilkan produk.

25 2. Tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), seperti penyelia, pengawas pabrik, pesuruh, penjaga gudang, pekerja pemeliharaan mesin, yang secara nyata tidak mengerjakan produk, sehingga pendapatannya tidak dibebankan sebagai biaya tenaga kerja langsung. 3. Sewa, pajak, beban penyusutan gedung pabrik, beban asuransi untuk mesin dan gedung pabrik, dan beban-beban sejenis yang terjadi untuk menjaga pabrik tetap beroperasi. 2.3.3.1 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p559) biaya overhead sesungguhnya adalah biaya-biaya bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung, dan biaya pabrik lainnya, yang meliputi sewa pabrik, asuransi, pajak properti, depresiasi, perbaikan dan pemeliharaan, tenaga, penerangan, pemanas, dan pajak atas gaji untuk karyawan pabrik yang terjadi dalam periode akuntansi. 2.3.3.2 Tarif Overhead yang Ditetapkan di Muka Menurut Maher dan Deakin (1997, p76) tingkat overhead yang ditetapkan terlebih dahulu adalah suatu jumlah yang diperoleh dengan membagi total overhead yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi overhead yang diestimasi untuk periode mendatang. Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p561), tarif overhead pabrik yang ditentukan di muka adalah tarif overhead pabrik yang diperkirakan yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke pesanan tertentu. Jumlah overhead yang

26 dibebankan ke pesanan tertentu dengan menggunakan tarif overhead pabrik yang ditentukan di muka disebut overhead pabrik yang dibebankan. Untuk mendapatkan tarif overhead yang ditentukan di muka, langkah-langkah yang harus diikuti adalah : 1. Menentukan biaya overhead pabrik yang dianggarkan untuk periode operasi yang sesuai, biasanya satu tahun. 2. Memilih cost driver yang paling sesuai untuk membebankan biaya overhead pabrik. 3. Memperkirakan jumlah total tingkat aktivitas dari cost driver yang telah dipilih untuk periode operasi. 4. Membagi biaya overhead pabrik yang dianggarkan dengan tingkat aktivitas yang diperkirakan dari cost driver yang telah dipilih untuk mendapatkan tarif overhead yang ditentukan di muka. Tarif Overhead yang ditentukan di muka = Jumlah overhead pabrik yang dianggarkan selama setahun Tingkat cost driver yang diharapkan selama setahun Gambar 2.5 Rumus Perhitungan Tarif Overhead yang Ditentukan di Muka (Blocher, Chen, Lin, 2000, p563) 2.3.3.3 Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemental Menurut Blocher, Chen, Lin (2000, p877), tarif overhead departemental merupakan tarif overhead yang dihitung untuk departemen. Tarif tersebut dihitung dengan cara membagi overhead pabrik per departemen yang dianggarkan dengan tingkat cost driver yang dianggarkan untuk semua pesanan yang dikerjakan atau diproses oleh departemen tersebut. Perusahaan yang menggunakan tarif overhead departemental

27 mempunyai rekening overhead pabrik dan overhead pabrik dibebankan yang terpisah untuk setiap departemen. 2.3.3.4 Metode Kalkulasi Biaya Metode kalkulasi biaya dapat dibagi menjadi : 1. Kalkulasi biaya aktual (actual costing) menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membebankan biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ke produk. 2. Kalkulasi biaya normal (normal costing) menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membebankan biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung, sedangkan biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan menggunakan dasar yang ditentukan terlebih dahulu. 3. Kalkulasi biaya standar (standard costing) atau disebut juga biaya yang dianggarkan (budgeted costing) menggunakan biaya yang dianggarkan untuk membebankan biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ke produk.

28 Tabel 2.1 Metode Kalkulasi Biaya Aktual, Normal, dan Yang Dianggarkan Kalkulasi Biaya Aktual Kalkulasi Biaya Normal Kalkulasi Biaya yang Dianggarkan Biaya Langsung Tarif aktual x Tarif aktual x Tarif yang masukan aktual masukan aktual dianggarkan x yang digunakan yang digunakan masukan aktual yang digunakan Biaya Tidak Tarif aktual x Tarif yang Tarif yang Langsung masukan aktual dianggarkan x dianggarkan x yang digunakan masukan aktual masukan aktual yang digunakan yang digunakan 2.3.3.5 Selisih Biaya Overhead Pabrik Selisih biaya overhead pabrik dapat dihilangkan dengan 2 cara (Blocher, Chen, dan Lin, p564) yaitu : 1. Jika selisihnya tidak material, menyesuaikan rekening harga pokok penjualan. 2. Jika selisihnya signifikan, menyesuaikan biaya produksi pada periode tersebut; yaitu membagi rata ketidaksesuaian (selisih) ke dalam saldo akhir rekening produk dalam proses, produk selesai, dan harga pokok penjualan. Selisih biaya overhead dibagi menjadi dua yaitu : 1. Overapplied Overhead (Overhead Pabrik yang Ditetapkan Terlalu Tinggi) Pembebanan lebih overhead (Overapplied Overhead) adalah jumlah pembebanan biaya overhead yang melebihi biaya overhead yang sesungguhnya.

29 2. Underapplied Overhead (Overhead Pabrik yang Ditetapkan Terlalu Rendah) Pembebanan kurang overhead (Underapplied Overhead) adalah jumlah dimana overhead pabrik yang sesungguhnya melebihi overhead pabrik yang dibebankan. 2.3.3.6 Objek Biaya Menurut Horngren (1994, p29) objek biaya (cost object) didefinisikan sebagai segala sesuatu dimana diperlukan pengukuran terpisah atas biaya. Contoh dari objek biaya meliputi produk, jasa, proyek, konsumen, kategori merk, aktifitas, departemen, dan program. Objek biaya dipilih bukan untuk kebutuhannya sendiri tetapi untuk membantu pengambilan keputusan. 2.3.3.7 Cost Driver untuk Alokasi Overhead Pabrik Menurut Blocher, Chen, Lin (2000, p562) dasar untuk membebankan biaya overhead juga disebut cost driver. Pemilihan terbaik untuk cost driver adalah aktivitas atau ukuran output yang menunjukkan apa yang memicu atau menyebabkan terjadinya overhead. Jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan jam mesin merupakan cost driver berbasis volume yang paling sering digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik. Menurut Horngren (1994, pp31-32) pemicu biaya (cost driver) adalah setiap faktor yang mempengaruhi biaya. Yakni, satu perubahan dalam pemicu biaya akan menyebabkan satu perubahan dalam biaya total dari objek biaya terkait.

30 Menurut Usry dan Hammer (1995, p8) cost driver (pemicu biaya) merupakan faktor-faktir yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total untuk suatu obyek biaya. Contoh pemicu biaya untuk fungsi produksi : jumlah unit yang diproduksi, jumlah jam mesin, jumlah pesanan, dan biaya tenaga kerja langsung pabrikasi. 2.3.4 Klasifikasi Biaya Menurut fungsi bisnisnya, biaya dibagi menjadi : 1. Riset dan pengembangan 2. Perancangan produk, jasa, dan proses 3. Produksi 4. Pemasaran 5. Distribusi 6. Pelayanan konsumen 7. Strategi dan administrasi Menurut hubungannya dengan objek biaya tertentu, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Biaya langsung dari satu objek biaya Biaya yang dikaitkan dengan objek biaya dan dapat ditelusuri ke objek tersebut dengan cara yang seekonomis mungkin. Contoh : biaya bahan baku. 2. Biaya tidak langsung dari satu objek biaya Biaya yang dikaitkan kepada objek biaya tetapi tidak dapat ditelusuri dengan cara ekonomis. Contoh : biaya departemen pemasaran.

31 Biaya menurut pola perilaku yang dihubungkan dengan perubahan pemicu biaya dapat dibagi menjadi : 1. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah dalam total secara proporsional dengan perubahan dalam pemicu biaya. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, biaya pengiriman, dan sebagainya. 2. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah dalam total meskipun terjadi perubahan dalam pemicu biaya. Contoh : biaya gaji pegawai, biaya asuransi, biaya penyusutan peralatan dan gedung, biaya sewa, dan lain sebagainya. Menurut agregat atau rata-rata, biaya dibagi menjadi : 1. Biaya total 2. Biaya unit (unit cost) atau disebut juga biaya rata-rata dihitung dengan membagi biaya total dengan sejumlah unit. Sedangkan menurut aktiva atau beban, biaya dibagi menjadi : 1. Capitalized cost adalah biaya yang mula-mula dicatat sebagai aktiva dan selanjutnya menjadi beban. Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk membeli pabrik, peralatan, dan mesin. 2. Inventoriable cost adalah jenis khusus capitalized cost, yaitu biaya yang dikaitkan dengan pembelian barang untuk dijual kembali (dalam kasus persediaan barang dagang) atau biaya yang dikaitkan dengan perolehan atau konversi material dan masukan pabrikasi lain menjadi barang untuk dijual

32 (dalam kasus persediaan manufaktur). Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 3. Period cost adalah biaya yang dilaporkan sebagai beban dari periode yang dilaporkan. Mereka meliputi biaya yang semula dicatat sebagai capitalized cost dan biaya yang dibebankan segera setelah terjadi. Contoh : biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya pemasaran, dan sebagainya. 2.3.5 Tahap Konversi Bahan Perusahaan manufaktur biasanya mengadopsi tiga jenis persediaan, masingmasing menggambarkan tahap konversi bahan baku dan masukan lain menjadi barang jadi. Jenis-jenis persediaan itu adalah : 1. Persediaan bahan baku langsung (direct material inventory) Bahan baku dalam persediaan dan menunggu digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan dalam proses pengerjaan (work in process inventory) Barang yang sebagian dikerjakan tetapi belum sepenuhnya selesai. Disebut juga pekerjaan dalam pelaksanaan (work in progress) atau barang dalam proses (goods in process). 3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) Barang yang sepenuhnya selesai, tetapi belum dijual.

33 2.3.6 Biaya Pesanan (Job Order Costing) Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p562) penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu. Menurut Horngren (1994, p118) dalam sistem kalkulasi biaya pesanan (job order costing system) harga pokok dari produk diperoleh dengan membagi biaya ke jasa atau produk yang berbeda yang dapat diidentifikasi. Job adalah tugas dimana sumber daya dicurahkan dalam membawa produk atau jasa berbeda yang dapat diidentifikasi ke pasar. 2.3.7 Pendekatan Umum terhadap Job Costing Lima langkah yang diambil dalam membagi biaya ke pekerjaan pada perusahaan manufaktur (Horngren, 1994, pp167-168) : 1. Identifikasikan pekerjaan yang dipilih sebagai objek biaya 2. Identifikasikan kategori biaya langsung untuk pekerjaan 3. Identifikasikan pusat biaya tidak langsung dikaitkan dengan pekerjaan 4. Pilih dasar alokasi biaya untuk digunakan dalam membagi masing-masing pusat biaya tidak langsung kepada pekerjaan 5. Kembangkan tarif per unit dari masing-masing dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan 2.3.8 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Horngren (1994, p51) harga pokok produk (product cost) adalah penjumlahan dari biaya yang dibagikan ke produk untuk tujuan tertentu.

34 Menurut Mulyadi (1993, p10) harga pokok adalah jumlah uang atau nilai lain yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dalam pembelian atau perolehan barangbarang atau jasa-jasa. Menurut Rayburn (1999, p39) tujuan dari laporan harga pokok produksi adalah mendukung laporan laba/rugi dengan mengikhtisarkan semua biaya produksi selama periode akuntansi. 2.4 Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2000, p165) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Intern Menjaga Kekayaan Organisasi Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi Mendorong efisiensi Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Tujuan Pengendalian Intern Akuntansi Tujuan Pengendalian Intern Administrasi Gambar 2.6 Tujuan pokok sistem pengendalian intern

35 Unsur sistem pengendalian intern : 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya 3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. 2.5 Computer Integrated Manufacturing (CIM) Menurut Rayburn (1993, p7) dalam proses manufaktur dengan sistem komputer terpadu (CIM), pengendalian digital menghubungkan keseluruhan pabrik secara serempak dari perancangan sampai produksi. CIM menghapus batasan antara akuntansi, tehnik, dan produksi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p19) komputer terpadu manufaktur (CIM) adalah pendekatan terpadu untuk pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan manufaktur.