PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG TATA CARA PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

TANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

G U B E R N U R JAMB I

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR &S TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan BUPATI BANTUL

TANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

Izin Mendirikan Bangunan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

SAMBUTAN MENTERI AGAMA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH TOKO MENJADI RUMAH PERIBADATAN (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 65 /KPTS/013/2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 05 Tahun : 2010 Seri : E

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATABASE UPDATE DATA KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN DI UNIT PUSAT ESELON I KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2017

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI TENTANG PROSEDUR DANKETENTUAN-KETENTUAN PEMBANGUNAN TEMPAT-TEMPAT IBADAH UNTUK UMUM DI WILAYAH PROVINSI BALI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG

2011, No Menetapkan : 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 15 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SU RAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA. PEIVGA-TLIRAN JAlY MASUK SEKOLAH DI DAERAH WALIKOTA SURAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERIZINAN USAHA OBAT HEWAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 11 SERI E

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

Transkripsi:

',: 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta hun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); WA L IKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 6 7A)SUl-l Ao\l TENTANG TATA CARA PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SU RAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa salah satu tugas Walikota adalah menerbitkan Ijin Mendirikan Rumah Ibadat; b. bahwa sehubungan dengan ha1 tersebut pada huruf a, maka perlu adanya pengaturan tata cara penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Rumah :[badat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Wali kota tentang Tata Cara Penerbitan Ijin Mendiri kan Bangunan Rumah Ibadat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Tahun 1950 Nomor 45); 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan danlatau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Ta hun 2004 tentang Pemerinta han Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Repiblik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3331); 8. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6); 9. Peraturan Daerah Kota SI-~rakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2009 Nomor 9); Memperhatikan : 1. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1979 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia; 2. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala DaerahIWakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah :[badat. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG TATA CAW PENERBITAN U:[N MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH :[BADAT.

BAB I Pasal 1 Dalam Peratl-ran Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Surakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Wali kota dan perangkat daerah sebagai I-InsLlr penyelenggara pemerinta han daera h. 3. Menteri Dalam Negeri adalah Menteri Dalam Negeri Rep~~blik Indonesia. 4. Menteri Agama adalah IYenteri Agama Republik Indonesia. 5. Gubernl-~r adalah Gubernur Jawa Tengah. 6. Walikota adalah Walikota S~lrakarta. 7. Ker~~kl-man umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling meng hormati, meng hargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 8. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama 1.1mat beragama dan Pemerintah Daerah di bidang pelayanan, pengatl-ran, dan pemberdayaan umat beragama. 9. Fan-~rn Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKLlB adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dar~ keseja hteraan. 10. Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat DP- FKUB adalah lembaga yang di bentuk oleh Walikota dalam rangka memberdayakan FKUB dan memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan Pemerintah Daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. 11. Ruma h Ibadat adala h bangunan yang memili ki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. 12.Pemuka Agama adalah tokoh korr~unitas umat beragama, baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan/atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. 13.Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat. 14.ljin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadat yang selanjutnya disebut IPIB Rumah Ibadat adalah ijin yang diterbitkan oleh Walikota untuk pembangunan rumah ibadat. 15.1jin sementara pemanfaatan bangunan gedung sebagai rl~mah ibadat adalah ijin yang diterbitkan Walikota untuk pemanfaatan barrgunan ged~lng bukan rl-~mah ibadat sebagai rumah ibadat sementara. 16.Masjid adalah bangunan untuk kegiatan ibadah umat Islam, khususnya shalat, lebih khusus lagi shalat jum'at dan kegiatan yang lain seperti pengajian, yang berdiri di atas tanah wakaf. l7.musholla1 Langgar, Surau adalah bangunan yang digunakan oleh keluarga atau masyarakat untuk tempat ibadah umat Islam, khususnya shalat maktubah (wajib) dan kegiatan keagamaan seperti shalat tarawih, dan pengajian. 18.Gereja Katholik adalah bangunan yang cukup besar yang dipergunakan oleh umat Katolik untuk beribadat. 19.Stasi adalah bagian dari Paroki yang dinlungkinkan untuk nantinya berdiri sebagai Paroki.

20. Kapel adalah bangunan gereja dengan ukuran tidak begitu besar yang dipakai untuk beribadat oleh umat Katolik disekitarnya. 21. Gereja Kristen adalah bangunan tempat ibadat yang dipakai oleh umat Kristen baik pada hari Minggu maupun ibadah dan perr~binaannya pada hari-hari lainnya. 22. Pura adalah tempat ibadat umat Hindu. 23.SanggahIpemerajan sifatnya hanya untuk kelompok keluarga, dan untuk menghormati lelu tlurnya. 24.Vihara adalah tempat ibadah bagi umat Buddha yang dimiliki oleh perkumpulan atau yayasan, biasanya memiliki fasilitas lebih lengkap, antara lain: memiliki Kuti (tempat tinggal Bhikku/Bhiksu), perpustakaan, ruang serbaguna,dan lain-lain. 25.Cetya adalah tempat ibadah bagi umat Buddha yang lebih kecil dibanding Vihara yang dapat dimiliki oleh perorangan namun tidak menutup peluang orang lain 1.1ntuk datang beribadah. 26. KelentenglLithang adalah tempat ibadah umat Khonghucu. BAB I1 TATA CARA PEMBERIAIV IMB RUMAH IBADAT Pasal 2 IMB Rumah Ibadat diterbitkan oleh Walikota setelah mendapat rekomendasi dari FKUB dan Kantor Kementerian Agama Daerah. Pasal 3 Permohonan IMB Rumah Ibadat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. dokunien adn-rir~istratif dan dokumen tekr~is berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang bangunan; 2. persyaratan khusus, yang terdiri dari: a. daftar nama dan fotocopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sernbilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan ting kat batas wilaya h kelura han/kecamatan/kota/provinsi, khusus untuk pengguna rumah ibadat yang berdomisili di luar Daerah diperlukan persetujuan FKUB; b. dukungan masyarakat seternpat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh Kepala Kelurahan; c. fotocopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a dan huruf b tidak boleh sama; d. rekomendasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah; dan e. rekomendasi dari FKUB. Pasal 4 ( 1 Fasilitas-fasilitas rumah ibadat seperti kantor rumah ibadat, tempat parkir, sekolah minggu dan/atau sekolah peribadatan lainnya yang berada satu tempat dengan induk rumah ibadat merupa kan satu kesatuan rumah ibadat.

Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan WlB rumah ibadat, dengan persyaratan: a. daftar nama dan fotocopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rl~mah ibadat paling sedikit 90 (sembilan pul~~h) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah kel~~rahan/kecamatan/kota/provinsi, khusus untuk pengguna rumah ibadat yang berdomisili di luar Daerah diperlukan persetujuan FKUB. b. persetujuan dari Lurah setempat. c. pekomendasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah. d. rekomendasi dari FKUB. Pasal 5 ( 1 Permohonan :[MB Rumah :[badat diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat secara tertulis rang kap 3 (tiga) secara bersamaan diserahkan kepada: a. Walikota, untuk mendapatkan IMB Rumah Ibadat. b. Walikota cq Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah untuk mendapatkan rekomendasi IMB Rumah :[badat. c. Walikota Surakarta cq Ketua FKLlB untuk mendapatkan rekomendasi :[MB Rumah Ibadat. (2) Walikota dalam memberikan keputusan terhadap adanya permohonan pendirian :WlB rumah ibadat dilaksanakan dengan waktu paling lambat 90 (sembilan PLIIU~) hari sejak permohonan pendirian IMB rumah ibadat lengkap sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Pasal 6 ( 1 Rumah :[badat yang har~~s dimohonkan IMB Rumah Ibadat kepada Walikota adalah sebagai beri kut: a. Bagi Llmat Islam : Bangunan Masjid, tidak termasuk Musholla atau Langgar. b. Bagi Llmat Katholik : Bangunan Gereja Katholik, tidak termas~~k Kapel atau Stasi. c. Bagi Umat Protestan : Bangunan Gereja Kristen. d. Bagi Umat Hindhu : Bangunan Pura, tidak termasuk Sanggah. e. Bagi Umat Buddha : Bangunan Vihara, tidak termas~~k Cetya. f. Bagi Umat Khonghucu : Bangunan KelentengILithang. (2) Bangunan Musholla, Langgar, Kapel, Stasi, Sanggah, Cetya wajib menuliskan statusnya pada papan nama sesuai kualifikasi masing-masing. Pasal 7 ( 1 Rumah Ibadat yang berdiri danlatau beroperasi sebelum Tahun 2006 dapat diberikan kemudahan tertentu dalam persyaratan untuk mendapatkan IMB Rumah Ibadat.

(2) Kemuda han sebagaimana dima ksud pada ayat (1) diatas dapat berupa persyaratan administratif, persyaratan khusus, teknis, financial sesuai dengan verifikasi dan per~ilaian kerukunan. (3) Yang dimaksud dengan kemudahan dalam persyaratan khusus adalah : a.daftar nama dan fotocopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sernbilan puluh) orang yang disat~kan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayali kelurahan/kecamatan/kota/provinsi, khusus untuk pengguna rumah ibadat yang berdomisili di luar Daerah diperlukan persetujuan FKUB. b.rekomendasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah. c. rekomendasi dari FKUB. BAB I11 IJIN SEMENTARA PEMANFAATAIV BANGUNAN GEDUNG Pasal 8 (1) Pemanfaatan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara, harus mendapat surat keterangan perr~beriali ijin senielitara dari Walikota dengan memenuhi persyaratan: a. laik fungsi, dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama, serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat. (2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan perundang-undangan. (3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketentraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. ijin tertulis pemilik bangunan. b. rekomendasi tertulis dari lurah setempat. c. pelaporan tertulis kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah. d. pelaporan tertulis kepada FKUB. Surat keterangan pemberian ijin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat oleh Walikota sebagaimana dimaksud diatas, diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis dari Kepala Kantor Kenienterian Agama Daerah dan FKUB, dengan syarat : a. mudah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan. b. Memiliki surat keterangan dari kelurahan dan kecamatan tentang alasan perpindahan baik disebabkan karena bencana atau rehabilitasi. c. Ijin sementara diberikan untuk penggunaan tempat ibadat yang disetujui oleh warga/penghur~i di lingkungannya dan sesuai dengan peruntukannya. (5) Surat keterangan pemberian ijin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaima~ia dimaksud pada ayat (4) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.

(6) Penerbitan surat keterangan pemberian ijin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilimpahkan kepada camat setempat, setelah mempertimbangkan pendapat tertulis dari: a. Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah. b. FKUB. (7) Penerbitan pendapat tertulis FKUB bagi pemberian ijin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat oleh Walikota dilakukan dengan prosedur/mekanisme yang sama dengan prosedur pengambilan keputusan dalam penerbitan rekomendasi FKUB tentang pendirian ruma h i badat sebagaimana dimaksud pada ayat (3). BAB IV KEBERATAN Pasal 9 (1 Apabila ada pihak-pihak yang tidak dapat menerima atas ditolaknya atau dikabulkannya rekomendasi dari Kantor Kementerian Agama Daerah, FKUB, dan Ijin Pendirian Rumah Ibadat, dapat mengajukan keberatannya kepada Walikota. (2) Walikota memberikan jawaban atas permohonan keberatan dalam waktu 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya permohonan keberatan. (3) Jika para pihak tidak menerima Keputusan Walikota, dapat menyelesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB V PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 10 (1 Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh masyara kat setem pat. (2) Dalam ha1 musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh Walikota dibantu Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKLIB. (3) Dalam ha1 penyelesaian perselisi han sebagaimana dima ksud pada ayat (2) tida k dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan berdasarkan peraturan perundangundangan.

BAB VI PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 11 (1) Walikota dibantu Kepala Kantor Kementerian Agama Daerah melakukan pengawasan terhadap Camat dan Lurah serta instansi terkait di Kota Surakarta dalam ha1 pendirian rumah ibadat. (2) Walikota melaporkan pengaturan pendirian rumah ibadat kepada Gubern~nr dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daera h Kota Sura karta. Ditetapkan di Surakarta pads tanggal II Mti &I011 +WALIKOTA SURAKARTA, Diundangan di Surakarta padatanggal (8 wei aoii