DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

Pembahasan KemenKes RI (7 Sep 2012)

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

PERAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DALAM MENCEGAH FRAUD DI RUMAH SAKIT. Dr.dr.Sutoto,M.Kes

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 DAN CARA PENILAIANNYA. Dr.dr.Sutoto,M.Kes**

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENILAIAN KINERJA PERAWAT DAN STAF KLINIS LAINNYA

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Pembahasan KemenKes RI (19 Juli 2012)

7. Apa yang dimaksud dengan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan?... 6

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

PERAN DIREKTUR RS DAN KETUA TIM AKREDITASI DALAM PERSIAPAN AKREDITASI RS. DR.Dr.Sutoto,M.Kes

PERAN ASESOR INTERNAL DALAM PERSIAPAN AKREDTASI RS. Dr.dr.Sutoto,M.Kes

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permintaan (Demand) Asuransi Kesehatan. Menurut Feldstein (2005), permintaaan (demand) adalah keinginan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext NEGARA

PENILAIAN KINERJA DOKTER DALAM STANDAR AKREDITASI RS VERSI 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 of 5 18/12/ :36

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 36/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext.3330 NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN SUMEDANG

SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) - BPJS KESEHATAN KOMUNITAS 2015

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil

PERATURAN LURAH DESA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PELAKSANA JARING PENGAMAN SOSIAL (BAPEL JPS)

KIAT MEMPERSIAPKAN RUMAH SAKIT MENYONGSONG AKREDITASI BERSTANDAR INTERNASIONAL*

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif.

KEKHAWATIRAN DAN HARAPAN RUMAH SAKIT PRIVAT TERHADAP PELAKSANAAN UU. SJSN/BPJS. Oleh: Mus Aida (Ketua ARSSI)

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

2014, No Umum Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten pada Kementerian Kesehatan; d. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum

IMPLEMENTASI PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM SISTEM PEMBAYARAN E KLAIM BPJS KESEHATAN DR BIMANTORO R, AAK

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

N O M O R II T A H U N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

panduan praktis Pelayanan Ambulan

Transkripsi:

DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat

Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli 1952 JABATAN SEKARANG: 1. Ketua KARS Th 2011-2014 2. Ketua umum PERSI Th 2009-2012 PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ketua :IRSPI (Ikatan RS Pendidikan Ind) Th 2005-2008 2. Ketua :ARSPI (Asosiasi RS Pendidikan Ind) Th 2008-2010 3. Ketua IRSJAM (Ikatan RS Jakarta Metropolitan) 2008-2010 PENDIDIKAN: 1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro 2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada 3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude) PENGALAMAN KERJA 1. Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UHAMKA, UMY 2. Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS): 3. Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah,1978-1979 4. Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., 1979-1992 5. Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001 6. Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001-2005 7. Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010 8. Sesditjen Binyanmed KEMNENKES R.I( Feb-Sept 2010) 2

POKOK BAHASAN 1. UU SJSN/BPJS PELUANG ATAU ANCAMAN 2. IMPLEMENTASI UU SJSN /BPJS DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA PERUMAH SAKITAN 3. STRATEGI PERUMAH SAKITAN MEGHADAPI IMPLEMENTASI UUSJSN/BPJS 4. KATA AKHR

1. UU SJSN/BPJS PELUANG ATAU ANCAMAN Politik domestik Politik Internasional Tuntutan Publik RUMAH SAKIT Kebijakan moneter dan fiskal Peraturan perundangundangan Sosial dan budaya Teknologi Kesehatan Kebijakan Pemerintah Tekanan Perubahan Terhadap Dunia Perumah Sakitan di Indonesia

Rancangan PP tentang Jaminan Kesehatan sebagai pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS UU No. 24/2011 BPJS 8 PP 7 PERPRES 1 KEPPRES TIDAK TERKAIT KESEHATAN 3 PERPRES TERKAIT KESEHATAN TIDAK TERKAIT KESEHATAN

JUMLAH RS DI INDONESIA DESEMBER 2012 Source : Data Dirjen BUK KEMKES 2 Des 2012

PERBANDINGAN HEALTH EXPENDITURE 20 NEGARA DGN LIFE EXPECTANCY TINGGI The Health expenditure per capita (US dollar) in Indonesia was 55.44 in 2009, according to a World Bank report, published in 2010. Life Expectancy Indonesia 71

PROFIL PENDUDUK INDONESIA DENGAN JAMINAN KESEHATAN 2010

Pengaruh UUBPJS Terhadap Dunia Perumah sakitan BPJS adalah pembayar tunggal untuk universal coverage nasib banyak RS ditentukan oleh peraturan perundang undangan yang menyangkut BPJS Pemerintah sekarang sedang mempersiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang DJSN dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS. Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan harus ditetapkan paling lama pada tanggal 25 November 2012 (Pasal 70 huruf a UU BPJS) Nasib sebagian besar perumah sakitan di Indonesia akan banyak ditentukan oleh Perpres jaminan kesehatan ini

2. IMPLEMENTASI UU SJSN /BPJS DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA PERUMAH SAKITAN

Rancangan PERPRES BPJS (edit Oktober) Pasal 25: Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi: 2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: Rawat jalan yang meliputi: 1. administrasi pelayanan; 2. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis; 3. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis; 4. pemberian obat sesuai dengan kebutuhan medis; 5. pelayanan alat kesehatan implant 6. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis, yaitu pemeriksaan : 1. laboratorium; 2. radiologi; 3. patologi anatomi, 4. mikrobiologi; dan elektromedik; 5. rehabilitasi medis; dan 6. pelayanan darah.

Rawat inap yang meliputi: 1. Perawatan inap non intensif 2. Perawatan inap di ruang intensif (ICU, ICCU, PICU dan NICU) 3. Pelayanan kesehatan lain, meliputi: 1. pelayanan terapi kanker; 2. tindakan medik dan operasi jantung; 3. pelayanan hemodialisa; 4. pelayanan tranplantasi organ; 5. pelayanan thalassaemia; 6. pelayanan HIV/AIDS; 7. pelayanan kesehatan jiwa, kusta, paru, dan pelayanan kesehatan yang memerlukan perawatan dalam jangka waktu lama 4. pelayanan lain yang ditetapkan oleh Menteri

Pasal 26 Manfaat akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4) pada rawat inap dibedakan, yaitu bagi: peserta PBI Jaminan Kesehatan dan anggota keluarganya di ruang perawatan Kelas III pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeri Golongan I dan Golongan II beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas II pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeri Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil di ruang perawatan kelas I atau kelas II sesuai dengan kesetaraan Pegawai Negeri Sipil veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I pejabat negara beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I peserta pekerja penerima upah bulanan sampai dengan Rp3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) di ruang perawatan kelas II peserta pekerja penerima upah bulanan diatas Rp3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) di ruang perawatan kelas I; peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang mampu membayar iuran sebesar Rp40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas II peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas I.

Pasal 27 Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi: Pelayanan kesehatan yang; 1. Tidak sesuai dengan standar profesi 2. Dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku; 3. Dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat 4. Telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja 5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri 6. Untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik 7. Sirkumsisi tanpa indikasi medis 8. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas 9. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi) 10. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol; 11. Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri, dengan sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri; dst

Lanjutan yg tidak dijamin. 12. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment/hta); 13. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen); 14. kondom, kosmetik, makanan bayi, dan susu; 15. perbekalan kesehatan rumah tangga; 16. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan langsung dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan, yaitu biaya: 17. perjalanan/transportasi 18. pengurusan jenazah; dan 19. pembuatan visum et repertum; 20. pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 21. pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah 22. psikotherapi rawat jalan dan konseling untuk kelainan mental 23. pelayanan general check-up 24. perawatan di rumah (home care).

Pasal 34 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dilaksanakan di Puskesmas, praktik dokter/dokter gigi, Apotik dan klinik pratama. 2. Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat kedua atau pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat ketiga dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter spesialis, klinik utama, dan fasilitas kesehatan lain yang menyediakan pelayanan spesialistik/sub spesialistik. 3. Pelayanan kesehatan rawat inap dilaksanakan di rumah sakit

Pasal 35 Fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang dirawat inap mendapatkan obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis

Pasal 37 1. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta jaminan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, fasilitas kesehatan tingkat kedua, fasilitas kesehatan tingkat ketiga, dan pelayanan gawat darurat berpedoman pada daftar dan harga tertinggi obat-obatan serta bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri 2. Daftar dan harga tertinggi obat-obatan serta bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau disesuaikan paling lambat 1 (satu) tahun sekali. 3. Fasilitas kesehatan dilarang membebani peserta untuk membeli obat dan bahan medis habis pakai.

FASILITAS KESEHATAN Bagian Kesatu Tanggung Jawab Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Pasal 40 1. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatan untuk pelaksanaan program jaminan kesehatan. 2. Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada swasta untuk turut berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas kesehatan

Bagian Kedua Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Pasal 41 1. Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah, swasta yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan. 2. Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. 3. Fasilitas kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan. 4. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan membuat perjanjian tertulis

Pasal 42 Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan organisasi profesi dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 43 BPJS wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak klaim diterima.

3. STRATEGI PERUMAH SAKITAN MEGHADAPI IMPLEMENTASI UUSJSN/BPJS

STRATEGI PERSI MENGHADAPI PENERAPAN UU SJSN/UU BPJS 1. Terlibat/melibatkan diri secara langsung dalam penyusunan peraturan per undang-undangan yang terkait BPJS dan SJSN 2. Terlibat secara langsung dalam penyusunan pola tarif BPJS 3. Meningkatkan lobby ke pemerintah untuk mendapat keringanan pajak bagi RS serta pajak obat obatan dan pajak alkes 4. Terlibat dalam sosialisasi UU SJSN maupun UU BPJS agar perumah sakitan di indonesia dapat melakukan antisipasi 24

Lanjutan. 5. Memberikan bekal bagi PERSI daerah dalam melakukan negosiasi tarif dengan BPJS 6. Menjembatani kepentingan RS dan BPJS serta masyarakat dlm berbagai masalah yg muncul dlm pelaksanaan UU BPJS 7. Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program BPJS untuk memberi masukan kepada DJSN guna perbaikan kebijakan

Strategi RS Menghadapi Implementasi BPJS 1. Cermati peraturan perundang undangan yang terkait dengan BPJS/Jaminan kesehatan 2. Siapkan Perubahan perubahan di rumah sakit agar RS menjadi pelaku perubahan dan bukan korban perubahan 3. Sosialisasikan peraturan tentang BPJS yg diberlakukan kepada RS 4. Siapkan seluruh SDM agar terbiasa dengan sistem BPJS 5. Siapkan software HIS ( hospital information system ) yg tepat 6. Siapkan sistem keuangan agar mampu menghasilkan informasi unit cost untuk dasar perbandingan dengan INA CBG untung ruginya rumah sakit tergantung dari informasi unit-cost 7. Laksanakan kendali mutu dan biaya dalam memberikan pelayanan 26

KESIMPULAN 1. Implementasi USJSN/BPJS bisa menjadi ancaman sekaligus peluang bagi perumah sakitan indonesia 2. Perumah sakitan indonesia harus solid dan bersatu mengajak seluruh stake holder untuk menciptakan win win solution dalam menghadapi pelaksanaan jaminan kesehatan nasional 3. Rumah sakit yang survive adalah: 1. RS yg mempersiapkan dengan baik dan menjadikan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional sebagai peluang 2. RS yg menjaga standar mutu dan standar biaya