BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI SELULER

Bab 3 Skenario Pembangunan Sanitasi

NASKAH PUBLIKASI APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENYUSUNAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN SLEMAN

DAFTAR PENERIMA BOS TAHUN 2012 TRIWULAN III KABUPATEN SLEMAN

BAB 13 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN dan BUPATI SLEMAN MEMUTUSKAN:

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI SE KAB. SLEMAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 KONSEP DASAR PERANCANGAN

PANDUAN LOMBA PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

PELAKSANAAN KEGIATAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI UNTUK MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2015

DAFTAR PESERTA BIMTEK PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TANGGAL 26,27,28 APRIL 2016

BAB III TINJAUAN KAWASAN

Apabila sampai dengan waktu izin lokasi dan perpanjangan izin lokasi habis dan perolehan tanah belum selesai, maka harus mengajukan izin lokasi baru.

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BAB III DATA DAN ASPEK PERENCANAAN JARINGAN. CDMA X EVDO Rev.A

Kajian Struktur Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

REVIEW JARINGAN TRAYEK ANGKUDES DI KABUPATEN SLEMAN: UPAYA MENUJU PEMERATAAN PELAYANAN BERTRANSPORTASI

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Dokumen RUP Tahun Anggaran 2018

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

DAFTAR DPL DAN LOKASI KKN-PPM 2009 UNTUK KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PELAKSANAAN KEGIATAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI UNTUK MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2016

No Nama Tempat / Jenis Pendidikan Tahun Alamat Jenis Tanggal Sumber Keterangan Tanggal Lahir kelamin Lulus Tugas SK / TMT Pembiayaan

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

NO NAMA ALAMAT KECAMATAN DESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN2015

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN RIIL TAPAK

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN. Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila dalam Pembelajaran Pendidikan. Kewarganegaraan di SMA se-kecamatan Depok

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI SLEMAN. TENTANG : TAKSIRAN PANJAR (VOORSCHOT) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI SLEMAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

Penentuan Rute Kendaraan Logistik Menggunakan Metode Heuristik (Studi Kasus Gudang Bulog Kalasan Utama Divre Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN. 1. Peran Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. dalam pengelolaan sektor perikanan tahun 2014

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

Transkripsi:

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan perumahan di wilayah Kabupaten Sleman dewasa ini semakin pesat, khususnya di kawasan perkotaan sebagai akibat dari perkembangan Kota Yogyakarta, sehingga secara spasial dan sosial berdampak terhadap ketidakseimbangan perkembangan wilayah, persebaran penduduk serta peralihan fungsi lahan pertanian dan kawasan lindung; b. bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu kebijakan untuk memberi arah pengembangan perumahan di Kabupaten Sleman; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pengembangan Perumahan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 1

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah; 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI SLEMAN TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Pengembangan perumahan adalah kegiatan dibidang pembangunan perumahan dan atau rumah susun; 2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan; 3. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga; 4. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan; 2

5. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda bersama dan tanah bersama; 6. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dengan persil/kapling; 7. Koefisien Tutupan Lahan Lingkungan yang selanjutnya disingkat KTLL adalah perbandingan antara luas bangun dan bangunan gedung yang menutup tanah terhadap luas lahan perumahan; 8. Koefisien Tutupan Lahan Kapling yang selanjutnya disingkat KTLK adalah perbandingan antara luas bangun dan bangunan gedung yang menutup tanah terhadap luas kapling; 9. Sarana Lingkungan adalah fasilitas penunjang lingkungan yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya; 10. Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya berupa jaringan jalan dan utilitas umum; 11. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan berupa jaringan air bersih, saluran pembuangan air hujan, sumur peresapan air limbah, tempat pembuangan sampah, jaringan pemadam kebakaran, jaringan listrik/ lampu penerangan jalan, dan jaringan telepon; 12. Rencana tata ruang (RTR) adalah hasil perencanaan tata ruang; 13. Rencana tata ruang wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dan pengembangan kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan; 14. Lahan adalah tanah terbuka yang di atasnya dapat dibangun gedung-gedung, atau yang dapat digunakan sebagai tempat berladang atau bersawah; 15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional; 16. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu/spesifik/khusus; 17. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. 3

18. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 19. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi yang berada di luar kawasan perkotaan. 20. Asosiasi Pengembang Perumahan adalah suatu kelompok pengembang yang menghimpun diri dalam sebuah asosiasi yang diakui eksistensinya oleh peraturan yang berlaku. BAB II AZAS DAN TUJUAN Pasal 2 Pengembangan perumahan berlandaskan pada azas manfaat, adil, merata, keterjangkauan, serasi, dan kelestarian lingkungan. Pasal 3 Tujuan pengembangan perumahan adalah: a. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; b. memberi arah pertumbuhan bisnis perumahan, melestarikan kawasan lindung dan konservasi sesuai dengan RTRW; c. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain; d. melindungi masyarakat dan konsumen perumahan. BAB III ARAH PENGEMBANGAN PERUMAHAN Bagian Kesatu Jenis Pengembangan Perumahan Pasal 4 Jenis pengembangan perumahan meliputi: a. pengembangan perumahan di kawasan perkotaan; b. pengembangan perumahan di kawasan perdesaan; dan c. pengembangan rumah susun. Bagian kedua Pengembangan Perumahan di Kawasan Perkotaan 4

Pasal 5 Kawasan perkotaan meliputi: a. Kecamatan Gamping: 1. Desa Trihanggo; 2. Desa Ambarketawang; 3. Desa Banyuraden; 4. Desa Nogotirto; 5. Desa Balecatur. b. Kecamatan Godean: Desa Sidoarum. c. Kecamatan Mlati: 1. Desa Sinduadi; 2. Desa Sendangadi; 3. Desa Sumberadi; 4. Desa Tlogoadi; 5. Desa Tirtoadi. d. Kecamatan Depok: 1. Desa Maguwoharjo; 2. Desa Condong Catur; 3. Desa Catur Tunggal. e. Kecamatan Berbah: Desa Kalitirto. f. Kecamatan Kalasan: Desa Purwomartani. g. Kecamatan Ngemplak: Desa Wedomartani. h. Kecamatan Ngaglik: 1. Desa Sariharjo; 2. Desa Desa Minomartani i. Kecamatan Sleman, Desa Tridadi. Pasal 6 (1) Setiap pengembangan perumahan di kawasan perkotaan dilaksanakan sesuai dengan rencana detail tata ruang dan atau rencana tata ruang yang lebih rinci. (2) Dalam hal lokasi pengembangan perumahan belum diatur dalam rencana detail tata ruang dan atau rencana tata ruang yang lebih rinci, maka pembangunan perumahan harus memenuhi ketentuan: No Ketentuan 5 Kawasan Resapan Air Kawasan Budidaya Di luar Kawasan Resapan Air a. Kapling minimal 200 m2 125 m2 b. KDB maksimum 40 % 50 %

c. KTLK maksimum 70 % 80 % d. KTLL maksimum 60 % 70 % (3) Peta Kawasan resapan air dan peta kawasan di luar kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tersebut dalam rencana tata ruang wilayah. Bagian Ketiga Pengembangan Perumahan di Kawasan Perdesaan Pasal 7 Kawasan perdesaan meliputi kawasan; a. Kecamatan Godean: 1. Desa Sidorejo; 2. Desa Sidoluhur; 3. Desa Sidomulyo; 4. Desa Sidoagung; 5. Desa Sidokarto; 6. Desa Sidomoyo. b. Kecamatan Moyudan: 1. Desa Sumberrahayu; 2. Desa Sumbersari; 3. Desa Sumberagung; 4. Desa Sumberarum. c. Kecamatan Minggir: 1. Desa Sendangarum; 2. Desa Sendangmulyo; 3. Desa Sendangagung; 4. Desa Sendangsari; 5. Desa Sendangrejo. d. Kecamatan Seyegan: 1. Desa Margoluwih; 2. Desa Margodadi; 3. Desa margokaton; 4. Desa Margomulyo; 5. Desa Margoagung. e. Kecamatan Berbah: 1. Desa Sendangtirto; 2. Desa Tegaltirto; 3. Desa Jogotirto. f. Kecamatan Prambanan: 1. Desa Sumberharjo; 2. Desa Wukirharjo; 6

3. Desa Gayamharjo; 4. Desa Sambirejo; 5. Desa Madurejo; 6. Desa Bokoharjo. g. Kecamatan Kalasan: 1. Desa Tirtomartani; 2. Desa Tamanmartani; 3. Desa Selomartani. h. Kecamatan Ngemplak: 1. Desa Sindumartani; 2. Desa Bimomartani; 3. Desa Widodomartani; 4. Desa Umbulmartani. i. Kecamatan Ngaglik: 1. Desa Sinduharjo; 2. Desa Sukoharjo; 3. Desa Sardonoharjo; 4. Desa Donoharjo. j. Kecamatan Sleman: 1. Desa Caturharjo; 2. Desa Triharjo; 3. Desa Pandowoharjo; 4. Desa Trimulyo. k. Kecamatan Tempel: 1. Desa Banyurejo 2. Desa Tambakrejo; 3. Desa Sumberrejo; 4. Desa Pondokrejo; 5. Desa Mororejo; 6. Desa Margorejo; 7. Desa Lumbungrejo; 8. Desa Merdikorejo. l. Kecamatan Turi: 1. Desa Bangunkerto; 2. Desa Donokerto; 3. Desa Girikerto; 4. Desa Wonokerto; m. Kecamatan Pakem: 1. Desa Purwobinangun; 2. Desa Candibinangun; 3. Desa Harjobinangun; 7

4. Desa Pakembinangun; 5. Desa Hargobinangun; n. Kecamatan Cangkringan: 1. Desa Argomulyo; 2. Desa Wukirsari; 3. Desa Glagaharjo; 4. Desa Kepuharjo; 5. Desa Umbulharjo; Pasal 8 (1) Setiap pengembangan perumahan di kawasan perdesaan dilaksanakan sesuai dengan rencana detail tata ruang dan atau rencana tata ruang yang lebih rinci. (2) Dalam hal lokasi belum diatur dalam rencana detail tata ruang dan atau rencana tata ruang yang lebih rinci, maka pembangunan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: No Ketentuan Kawasan Resapan Air Di luar Kawasan Resapan Air a. Kapling minimal 500 m2 200 m2 b. KDB maksimum 30 % 40 % c. KTLK maksimum 60 % 70 % d. KTLL maksimum 60 % 70 % (3) Peta Kawasan resapan air dan peta kawasan di luar kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tersebut dalam rencana tata ruang wilayah. Bagian Keempat Pengembangan Rumah Susun Pasal 9 Pengembangan rumah susun dilakukan pada kawasan perkotaan. Pasal 10 Lokasi pengembangan rumah susun harus tersedia aksesibilitas terhadap prasarana lingkungan sekurang-kurangnya berupa: a. jalan kolektor sekunder; b. transportasi umum; c. sarana pendidikan; 8

d. sarana kesehatan. Pasal 11 (1) Setiap pengembangan rumah susun minimal dibangun dengan menggunakan model twin block atau model lain yang sejenis. (2) Setiap pengembangan rumah susun minimal menyediakan 50 satuan rumah. BAB IV PERIZINAN Pasal 12 Pengembang perumahan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. izin pemanfaatan tanah atau izin lokasi; b. perolehan tanah; c. penyusunan dokumen lingkungan; d. pengesyahan site plan; e. pemecahan sertifikat. f. izin mendirikan bangunan; Pasal 13 Lokasi yang di izinkan untuk pengembangan perumahan harus memenuhi persyaratan teknis antara lain sebagai berikut: a. sesuai dengan rencana tata ruang; b. tidak terletak di kawasan hutan lindung dan situs purbakala; c. memiliki aksesibilitas jalan sebagai berikut: - sekurang-kurangnya jalan lokal untuk luas perumahan sampai dengan 150.000 m 2 - sekurang-kurangnya jalan kolektor sekunder untuk luas perumahan lebih besar 150.000 m 2, d. terdapat potensi air bersih dan jaringan listrik; e. luas lahan kurang dari 1 ha harus menempel dengan permukiman penduduk atau terpisahkan oleh sarana dan atau prasarana lingkungan; f. jalan masuk utama (main entrance) tidak berhubungan langsung dengan jalan arteri atau kolektor primer; Pasal 14 Setiap pengembangan perumahan dan rumah susun wajib menyediakan sarana dan prasarana lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9

Pasal 15 (1) Pengembang perumahan wajib menyerahkan prasarana lingkungan dan sarana lingkungan kepada Pemerintah Daerah dalam kondisi baik beserta bukti dokumen kelengkapannya. (2) Ketentuan lebih lanjut tentang penyerahan prasarana lingkungan dan sarana lingkungan diatur tersendiri oleh Bupati. BAB V PENGEMBANG PERUMAHAN Bagian kesatu Kualifikasi Pengembang Pasal 16 Setiap pengembang perumahan harus memiliki Sertifikat Pengembang Perumahan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan atau tergabung dalam asosiasi pengembang perumahan yang sah menurut peraturan peundang-undangan yang berlaku. Bagian kedua Pemasaran Perumahan Pasal 17 (1) Sebelum perumahan dipasarkan, pengembang wajib mendapatkan rekomendasi dari Dinas Permukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan. (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pembinaan pengembang perumahan yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pengembang serta 10

dilaksanakannya kewajiban pengembang. (2) Pembinaan oleh Pemerintah Daerah terhadap pengembang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh dinas teknis terkait. (3) Pembinaan pengembang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya untuk: a. terciptanya iklim usaha pengembangan perumahan dan tumbuhnya hubungan yang sehat antar pelaku usaha pengembang dan konsumen; b. berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta kesadaran terhadap lingkungan dan kualitas pengembangan perumahan. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 19 (1) Pengawasan terhadap pengembangan perumahan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen. (2) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh dinas teknis terkait. (3) Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen dilakukan terhadap kewajiban-kewajiban pengembang yang harus dipenuhi dalam pembangunan perumahan. (4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ternyata menyimpang dari peraturan yang berlaku dan/atau membahayakan konsumen, dinas teknis terkait mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. (5) Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan disampaikan kepada dinas teknis terkait. BAB VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20 Terhadap setiap pelanggaran terhadap Peraturan ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 11

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan perumahan di Kabupaten Sleman sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini dinyatakan tetap berlaku. Pasal 22 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dalam Berita Daerah Kabupaten Sleman. Ditetapkan di Sleman Pada tanggal 28 Mei 2007 BUPATI SLEMAN, IBNU SUBIYANTO Diundangkan di Sleman Pada tanggal 28 Mei 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN SUTRISNO BERITA DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI E 12