1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

Pembagian Pembayaran Premi Asuransi Pertanian Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Analisis Isu-Isu Strategis

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan persentase tertentu seperti disajikan pada Gambar 1. Pertanian merupakan salah satu sektor usaha yang mempunyai peranan strategis, hal tersebut dapat terlihat dari besarnya kontribusi PDB pertanian terhadap PDB nasional seperti disajikan pada Gambar 1 dengan rata-rata kontribusinya pada tahun 2008-2012 adalah sebesar 14% (Kementrian Pertanian 2013). Peranan sektor pertanian juga dapat dilihat secara lebih komprehensif, antara lain: a. sebagai penyedia pangan masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional; b. sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk digunakan sektor industri dan jasa, sehingga merupakan pasar potensial bagi produk-produk sektor industri; c. sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor; d. sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain (Daryanto 2007). 30 25 20 15 10 5 0 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian dan sub sektor Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, air bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat, Jasa Perusahaan Jasa-jasa Gambar 1 Distribusi persentase produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha 2008-2012 Sumber: Kementrian Pertanian (2013) Menurut Kementrian Pertanian, sektor pertanian dibagi menjadi lima sub sektor yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Adapun kontribusi dari masing-masing sub sektor pertanian dalam pembentukan PDB pertanian dapat dilihat pada Gambar 2. Sub sektor peternakan dalam pembentukan PDB pertanian memberikan kontribusi sebesar 12% (Kementrian Pertanian 2013). Selain itu, sub sektor peternakan mempunyai kontribusi terhadap pembangunan perekonomian yang mencakup antara lain penciptaan lapangan kerja, pengurangan angka kemiskinan dan

2 peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan (Daryanto 2007). Komoditas peternakan memiliki prospek pasar/peluang bisnis potensial karena didukung oleh kenyataan: 1) jumlah penduduk yang mencapai kurang lebih 220 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,4% per tahun merupakan konsumen yang besar; 2) kondisi geografis dan sumber daya alam mendukung usaha dan industri peternakan; 3) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gizi (Daryanto 2007). Perikanan 20% Kehutanan 5% Tanaman Bahan Makanan 49% Peternakan dan Hasilnya 12% Tanaman Perkebunan 14% Gambar 2 Rataan distribusi persentase produk domestik bruto sub sektor pertanian 2008-2012 Sumber: Kementrian Pertanian (2013) Meskipun prospek pasar/peluang bisnis yang demikian besar, sub sektor peternakan menghadapi berbagai permasalahan khususnya peternakan sapi potong. Permasalahan utama yang dihadapi pada peternakan sapi potong adalah rendahnya populasi sapi potong. Sapi potong sebagai penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional, berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan (Achmad 2013). Usaha peternakan sapi potong menurut Direktorat Pembibitan Ternak dapat dikelompokkan ke dalam beberapa aktivitas yang saling terkait, yaitu: 1) pelestarian (konsevasi); 2) pembibitan peningkatan mutu genetik); 3) perkembangbiakan; dan 4) pembesaran (penggemukan). Berdasarkan kebijakan pembangunan bidang ketahanan pangan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 satu dari lima komoditas yang dijadikan komoditas strategis berasal dari sub sektor peternakan yaitu daging sapi. Pemerintah pun mencanangkan program swasembada daging sapi yang ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2014. Namun program swasembeda ini seperti masih jauh dari harapan, hal ini ditunjukkan dari data Direktorat Jendral Peternakan dimana jumlah produksi daging sapi diproyeksikan tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan akan daging sapi seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat diketahui defisit ketersediaan daging sapi yang terjadi karena rendahnya populasi ternak sapi yang diantaranya disebabkan oleh kurangnya sapi bibit yang baik, tingginya pemotongan betina produktif, kurangnya modal dalam pengembangan usaha, serta belum terlaksananya good breeding practice. Menurut Rianto dan Purbowati (2014) faktor-faktor reproduksi yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan dalam pengembangan populasi ternak sapi di Indonesia adalah sebagai berikut:

3 1. Umur beranak pertama tinggi 2. Jarak kelahiran panjang 3. Kematian induk dan anak tinggi 4. Masih tingginya pemotongan betina produktif 5. Terbatasnya jumlah inseminator dan rendahnya ketrampilan dalam inseminasi Tahun Tabel 1 Proyeksi ketersediaan daging sapi nasional Produksi Kebutuhan Nasional (Ribu ton) Ketersediaan Persentase Impor terhadap Kebutuhan Nasional (%) (Ribu ton) (Ribu ton) 2013 260,73 403,89-143,16 35,45 2014 271,37 423,69-152,32 35,95 2015 372,89 438,96-66,07 15,05 2016 381,91 454,56-72,65 15,98 2017 373,36 473,02-99,66 21,07 Sumber: Dirjen Peternakan, Kementrian Pertanian (Harmini et al. 2011) Kematian pada ternak sapi merupakan salah satu permasalahan ternak sapi potong yang menjadi perhatian karena erat kaitannya dengan populasi ternak sapi. Menurut data Survei Rumah Tangga Peternakan Nasional 2008 Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan diketahui data kematian sapi potong dapat dilihat pada Lampiran 1 dan khususnya di daerah sentra produksi sapi potong dapat dilihat pada Gambar 3. Persentase kematian ternak 4 3 2 1 0 Jawa Timur Jawa Tengah Sulawesi Selatan Aceh Bali NTT NTB Lampung Daerah sentra produksi sapi potong Gambar 3 Data kematian sapi potong Sumber: Survei Rumah Tangga Peternakan Nasional 2008 Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan (2013) Selain permasalahan populasi yang masih rendah, dalam pelaksanaannya sub sektor peternakan sapi potong dihadapkan dengan berbagai macam risiko. Menurut Wahyuni (2007) terdapat beberapa risiko yang dihadapi usaha ternak rakyat terutama bagi ternak sapi potong rakyat yaitu 1) harga, 2) penyakit, 3) pakan, 4) pemasaran, 5) pencurian, dan 6) hubungan dengan pedagang, dengan risiko utama yang berbeda-beda bergantung dari wilayah sentra produksinya. Menurut Daryanto (2007) wilayah sentra produksi sapi potong terbagi dibeberapa daerah yaitu: Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung. Mengingat risiko yang

4 dihadapi oleh petani/peternak dalam pengelolaan pertaniannya, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. Menurut UU nomor 19 tahun 2013 perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim. Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan petani. Secara garis besar UU ini bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan serta kemandirian petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan dan kualitas kehidupan petani. Selain itu dalam UU nomor 19 tahun 2013 ini juga berisi mengenai salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memberikan perlindungan terhadap petani yaitu asuransi pertanian. Dalam UU ini yang dimaksud dengan asuransi pertanian adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani. Sehingga diharapkan petani/peternak tidak lagi khawatir dalam melakukan usahanya karena usaha di bidang pertanian sangat erat hubungannya dengan risiko (Singla dan Sagar 2012). Sebelumnya pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertanian sudah mulai mencoba melakukan analisis kelayakan penerapan sistem asuransi untuk pertanian sejak tahun 1982-1988 telah tiga kali (1982 1984 1985) dibentuk kelompok kerja (pokja) untuk asuransi pertanian (Nurmanaf dan Sumaryanto 2007). Selanjutnya pada tahun 1999 Kementrian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian kembali membentuk Tim untuk asuransi pertanian. Tim ini pada tahun 2000 telah berhasil melaksanakan kegiatan pilot asuransi tanaman namun demikian kegiatan pilot ini tidak berhasil berkembang menjadi skala besar dan berhenti sampai pada skala pilot saja (Pasaribu et al. 2010). Pada tahun 2008, kembali Kementrian Pertanian mengembangkan model asuransi untuk ternak sapi dan tanaman padi dengan nilai premium mencapai 3.5% dari harga sapi dan biaya input tanaman per musim. Kegiatan pilot dilaksanakan di Jawa, namun program ini juga tidak berlanjut karena tidak adanya ketertarikan pihak asuransi (Pasaribu et al. 2009). Oleh karena itu, saat ini dalam pelaksanaan asuransi pertanian pemerintah bekerjasama dengan perusahaan jasa keuangan milik negara termasuk asuransi sebagai pelaksana yang wajib memiliki unit khusus untuk sektor pertanian per Januari 2014. Asuransi pertanian mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) untuk menstabilkan pendapatan petani melalui pengurangan tingkat kerugian/risiko yang dialami petani karena kehilangan hasil; 2) untuk mendorong petani mengadopsi teknologi usaha tani yang dapat meningkatkan produksi dan efisiensi penggunaan sumberdaya; serta 3) untuk mengurangi risiko yang dihadapi lembaga perkreditan pertanian dan memperbaiki akses petani terhadap lembaga perkreditan (Nurmanaf et al. 2007). Asuransi pertanian dalam bentuk asuransi ternak sapi resmi diluncurkan oleh Kementrian Pertanian yang bekerjasama dengan Bank Indonesia pada bulan Oktober 2013. Peluncuran produk asuransi ternak sapi ini telah

mendapat izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjuk Konsorsium Asuransi Ternak Sapi (KATS) untuk memasarkannya. KATS ini terdiri dari sejumlah perusahaan asuransi milik negara yang diketuai oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (PT Asuransi Jasindo). Beberapa anggota KATS lainnya adalah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda, PT Asuransi Tri Prakarta, dan PT Asuransi Raya. Konsorsium ini yang akan bertugas untuk memasarkan produk khusus asuransi ternak sapi di Indonesia. Premi asuransi ternak seluruhnya berasal dari swadaya peternak dengan premi Rp 300 ribu per ekor per tahun untuk asuransi sapi perah dengan pertanggungan Rp 15 juta, serta Rp 200 ribu per ekor per tahun untuk asuransi sapi potong, dengan pertanggungan Rp 10 juta. Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai asuransi pertanian merupakan salah satu upaya dalam perlindungan petani merupakan kebijakan pemerintah yang menunjukkan keberpihakannya kepada pertanian di Indonesia. Hal ini tentunya merupakan peluang yang sangat besar bagi pertanian khususnya sub sektor peternakan di Indonesia, yang harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh seluruh pihak. Hal ini erat kaitannya dengan peran asuransi ternak sapi yang penting bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1) bagi peternak sebagai pendorong tata kelola peternakan yang baik, melindungi dari risiko kerugian, meningkatkan akses peternak terhadap lembaga keuangan; 2) bagi perusahaan asuransi sebagai salah satu produk untuk mengembangkan usahanya; 3) bagi lembaga keuangan sebagai penjamin dalam pemberian kredit modal pada usaha peternakan; 4) bagi pemerintah sebagai alternatif mengurangi impor daging sapi dan sebagai pendukung program swasembada daging sapi. Oleh karena itu, penting untuk dapat melaksanakan pilot project asuransi ternak sapi di Indonesia yang menurut amanat Undang-undang mengharuskan perusahaan milik negara termasuk asuransi untuk mempunyai unit khusus untuk sektor pertanian yang termasuk didalamnya adalah asuransi ternak sapi. Hal ini merupakan momentum yang baik untuk dapat dimanfaatkan agar jasa asuransi di bidang pertanian dapat dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara agraris dimana sektor pertanian mempunyai kontribusi dalam perekonomian. PT Asuransi Jasa Indonesia sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melaksanakan asuransi pertanian yang termasuk didalamnya asuransi ternak sapi. Pelaksanaan asuransi ini merupakan suatu peluang yang besar bagi perusahaan guna meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan pangsa pasar perusahaan khususnya di sektor pertanian. Asuransi di bidang pertanian merupakan suatu hal baru di beberapa negara berkembang seperti di Indonesia. Oleh karena itu perlu untuk melakukan berbagai upaya agar asuransi di bidang pertanian dapat berkembang dengan baik mengingat produk ini merupakan produk baru di Indonesia. Pada penelitian ini akan dianalisis beberapa upaya dalam pengembangan produk asuransi ternak sapi. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dikaji beberapa upaya dalam mengembangkan produk asuransi ternak sapi. Kajian dimulai dengan melakukan analisis terhadap skema asuransi ternak sapi di Indonesia dan di luar negeri kemudian dilakukan evaluasi terhadap implementasi asuransi ternak sapi di PT Asuransi Jasa Indonesia selama 1 tahun (2012-2013) dan selanjutnya akan dikaji mengenai analisis risiko yang dijamin perusahaan pada asuransi ternak sapi dengan menggunakan framework enterprise risk management berdasarkan ISO 31000 serta pada penelitian ini akan dirancang strategi yang tepat dalam mengembangkan asuransi ternak sapi dengan 5

6 memperhatikan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga asuransi ternak sapi dapat menambah keberagaman produk perusahaan dan tidak hanya sampai tahap pilot project saja. Isu Strategik Dari uraian latar belakang diatas, maka beberapa isu strategik pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. 2. Asuransi pertanian yang belum berkembang di Indonesia karena tidak ada ketertarikan perusahaan asuransi. 3. Risiko besar yang dihadapi oleh peternak sapi potong yang dijamin oleh perusahaan asuransi. 4. Kepesertaan peternak dalam asuransi ternak sapi di PT Asuransi Jasa Indonesia selama 1 tahun pelaksanaannya. 5. Perusahaan perlu strategi agar asuransi ternak sapi dapat berkembang dengan salah satu indikatornya adalah jumlah kepesertaan. Masalah Berdasarkan isu strategik tersebut, maka beberapa masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana skema asuransi ternak sapi yang sesuai dengan Undangundang yang dikeluarkan pemerintah mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani? 2. Bagaimana asuransi ternak sapi dapat berkembang dan menambah keberagaman produk perusahaan dan tidak hanya sampai tahap pilot project saja? 3. Bagaimana analisis risiko untuk beberapa risiko yang dijamin pada asuransi ternak sapi? 4. Bagaimana strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan produk asuransi ternak sapi serta meningkatkan jumlah peserta asuransi ternak sapi? 5. Bagaimana rancangan strategi untuk dapat diimplementasikan perusahaan dalam upaya pengembangan asuransi ternak sapi? Perumusan Masalah Pada uraian latar belakang diatas dapat dilihat peranan penting sub sektor peternakan khususnya sapi potong, walaupun dalam pengelolaannya menghadapi berbagai permasalahan dan juga risiko. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU nomor 19 tahun 2013 mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani, dengan salah satu strategi perlindungan petani/peternak yaitu asuransi pertanian yang dalam pelaksanaannya pemerintah bekerjasama dengan perusahaan jasa keuangan milik negara termasuk asuransi yang wajib memiliki unit khusus untuk

7 sektor pertanian. Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai asuransi pertanian merupakan kebijakan pemerintah yang menunjukkan keberpihakannya kepada pertanian di Indonesia. Hal ini merupakan momentum yang baik untuk dapat dimanfaatkan agar jasa asuransi di bidang pertanian dapat dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara agraris dimana sektor pertanian mempunyai kontribusi dalam perekonomian. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melaksanakan asuransi pertanian yang termasuk didalamnya asuransi ternak sapi perlu untuk melakukan pengembangan terhadap produk asuransi ternak sapi mengingat produk ini merupakan produk baru. Beberapa upaya dalam pengembangan dalam produk asuransi ternak sapi dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan analisis terhadap skema asuransi ternak sapi di Indonesia dan di luar negeri kemudian dilakukan evaluasi terhadap implementasi asuransi ternak sapi selama 1 tahun (2012-2013). Hal ini penting untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan asuransi ternak sapi yang telah dilakukan perusahaan serta perbaikan apa saja yang dibutuhkan di masa yang akan datang. Selanjutnya dapat dilakukan analisis risiko terhadap risiko yang dijamin perusahaan pada asuransi ternak sapi dengan menggunakan framework enterprise risk management berdasarkan ISO 31000 Hal ini mengingat sub sektor peternakan menghadapi risiko yang besar, sehingga penting bagi perusahaan untuk melakukan analisis risiko yang dijamin oleh perusahaan untuk mengetahui strategi apa yang dapat diambil oleh perusahaan dalam penanganan risiko. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis risiko terhadap risiko yang dijamin perusahaan pada asuransi ternak sapi. Adapun risiko yang dijamin perusahaan dalam asuransi ternak sapi adalah kematian karena penyakit, kematian karena kecelakaan, dan kehilangan. Selain melakukan analisis risiko untuk mengetahui upaya dalam penanganan risiko, pada penelitian ini guna mengembangkan produk asuransi ternak sapi akan dikaji pula mengenai rancangan strategi yang diperlukan oleh perusahaan dalam pengembangan asuransi ternak sapi dengan memperhatikan pada risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana skema asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia? 2. Bagaimana evaluasi implementasi asuransi ternak sapi di PT Asuransi Jasa Indonesia? 3. Bagaimana analisis risiko pada risiko yang dijamin asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia? 4. Bagaimana analisis strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia? 5. Bagaimana rancangan implementasi strategi dalam pengembangan asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis skema asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia. 2. Mengevaluasi implementasi asuransi ternak sapi di PT Asuransi Jasa Indonesia.

8 3. Menganalisis risiko yang dijamin pada asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia. 4. Menentukan strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia. 5. Menentukan rancangan implementasi strategi dalam pengembangan asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasa Indonesia. Manfaat Penelitian Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan hasil evaluasi implementasi asuransi ternak sapi selama 1 tahun (2012-2013) kepada pihak manajemen PT Asuransi Jasa Indonesia. 2. Memberkan penilaian risiko terhadap risiko yang ditanggung pada asuransi ternak sapi serta strategi mitigasi risiko kepada pihak manajemen PT Asuransi Jasa Indonesia. 3. Memberikan rekomendasi berupa strategi yang tepat dan rancangan implementasinya dalam pengembangan asuransi ternak sapi kepada pihak manajemen PT Asuransi Jasa Indonesia. 4. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu di bidang manajemen risiko, manajemen strategik dan asuransi pertanian. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada lingkup PT Asuransi Jasa Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah melaksanakan pilot project asuransi ternak sapi selama 1 tahun dimulai pada kuartal II tahun 2013. Disamping itu, penelitian ini hanya difokuskan pada produk asuransi ternak sapi khususnya sapi potong. Analisis risiko yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi pada risiko yang ditanggung asuransi ternak sapi PT Asuransi Jasindo. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai kajian yang dilakukan untuk merancang dan mengimplementasikan strategi dalam pengembangan asuransi ternak sapi. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori Konsep Risiko Risiko dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan kejadian yang merugikan. Sedangkan pengertian dasar risiko menurut Djohanputro (2008) terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastian tersebut dapat terukur secara kuantitatif. Menurut Koutur (2008) terdapat 3 unsur penting

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB