Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

Integrating the Generation FIG Working Week 2008, Stockholm, Sweden June 2008

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR RG141536

Citra Satelit IKONOS

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SIDANG TUGAS AKHIR RG

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

KAJIAN AKURASI PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMETAAN BIDANG TANAH TESIS

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK IDENTIFIKASI OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS

Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

PEMANFAATAN CITRA BERESOLUSI TINGGI UNTUK PEMETAAN SKALA BESAR STUDI KASUS KELURAHAN MANGKUPALAS KOTA SAMARINDA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

M. Natsir, Kustiyo Peneliti Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lapan ABSTRACT

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

TUGAS AKHIR RG141536

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.)

Isfandiar M. Baihaqi

Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN HASIL INTERPRETASI VISUAL CITRA SATELIT UNTUK PENERIMAAN PBB (STUDI KASUS : KECAMATAN SEMARANG UTARA)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

9. PEMOTRETAN UDARA. Universitas Gadjah Mada

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

Fauzan Putra ( ) Mahasiswa. Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan. Universitas Bung Hatta

PENGEMBANGAN METODE BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

ASPEK GEOSPASIAL DALAM DELINEASI BATAS WILAYAH KOTA GORONTALO: Studi Kasus dalam Pemutakhiran Data Batas Wilayah

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab IV Analisis dan Pembahasan

PEMETAAN MANGROVE DENGAN TEKNIK IMAGE FUSION CITRA SPOT DAN QUICKBIRD DI PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. BAHAN DAN METODE

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

Transkripsi:

Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik Geodesi FTSP Institut Teknologi Nasional, Bandung Email: rudianto@itenas.ac.id ABSTRAK Penggunaan peta citra hasil ortorektifikasi citra satelit telah banyak diterapkan. Penelitian ini mengkaji pembuatan peta citra dari hasil ortorektifikasi citra Ikonos Resolusi Spasial (RS) 1,0 meter dan citra Quickbird RS 0,68 meter dengan uji coba penggunaan Ground Control Point (GCP) secara variatif dimulai dari 6, 8, 9, 13, dan 15 buah GCP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya GCP yang digunakan dalam proses ortorektifikasi citra sangat berpengaruh terhadap ketelitian hasil koreksi geometrik yang ditunjukkan melalui harga Root Mean Square Error (RMSE). Penggunaan metode Rational Function dalam proses ortorektifikasi citra untuk citra Ikonos memerlukan minimal 13 buah GCP, sedangkan untuk citra Quickbird memerlukan minimal 9 buah GCP, dengan pola sebaran yang merata. Pembuatan peta citra menggunakan citra Ikonos dengan RS 1,0 meter masih memenuhi untuk skala 1 : 4.500 sedangkan penggunaan citra Quickbird dengan RS 0,68 meter, peta citra yang dihasilkan masih memenuhi untuk skala 1 : 2.000. Kata kunci: Resolusi Spasial (RS), citra satelit Quickbird, citra satelit Ikonos, Ground Control Point (GCP), Root Mean Square Error (RMSE). ABSTRACT The use of image map obtained from orthorectified satellite imagery has been widely applied. This study aim to examine the making of image map that obtained from orthorectified of Ikonos imagery of spatial resolution (RS) 1.0 meter and Quickbird imagery of RS 0.68 meter. We analysed the effect of the amount and distribution of Ground Control Point (GCP) by using different amount of GCP, varied from 6, 8, 9, 13, and 15 GCPs. The results showed that the amount of GCP that used in orthorectification process affects the precision of the geometric correction indicated by the Root Mean Square Error (RMSE) values. The use of Rational Function method in orthorectification process requires a minimum of 13 GCPs for Ikonos imagery, while Quickbird imagery requires a minimum of 9 GCPs which are spread evenly. The making of image map using Ikonos imagery with 1.0 meter RS is eligible for 1: 4,500 scale mapping, while using Quickbird imagery with 0.68 meters RS is eligible for 1: 2,000 scale mapping. Keywords: Spatial resolution (RS), Quickbird satellite imagery, Ikonos satellite imagery, Ground Control Point, Root Mean Square Error (RMSE). Jurnal Rekayasa 11

Bambang Rudianto 1. PENDAHULUAN Penggunaan citra satelit untuk pembuatan peta skala besar saat ini telah banyak digunakan, salah satu contohnya adalah penggunaan citra Quickbird. Sebagaimana diketahui bahwa proses perekaman citra satelit diliput dari wahana (satelit) yang bergerak di atas permukaan bumi pada ketinggian ratusan kilometer, sehingga menyebabkan citra satelit memiliki distorsi geometrik. Untuk mengurangi pengaruh distorsi geometrik objek pada citra dilakukan koreksi geometrik dengan cara ortorektifikasi. Ortorektifikasi adalah proses memposisikan kembali citra sesuai lokasi sebenarnya yang disebabkan karena pada saat peliputan data terjadi pergeseran (displacement) posisi [1]. Ortorektifikasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satu metode ortorektifikasi adalah Rational Functions (RF). Pada metode RF, orthorektifikasi dilakukan dengan menggunakan data Ground Control Point (GCP) dan data Digital Elevation Model (DEM) [1]. Ketelitian hasil koreksi geometrik citra sangat bergantung pada jumlah GCP yang dilibatkan dalam proses perhitungannya serta ketepatan dalam melakukan identifikasi posisi GCP di citra. Agar hasil koreksi geometrik dapat memenuhi standar ketelitian yang diharapkan, maka penggunaan GCP harus dengan jumlah yang cukup dengan pendistribusiannya tersebar secara merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jumlah dan pola sebaran GCP yang digunakan dalam proses ortorektifikasi citra terhadap ketelitian objek. 2. METODOLOGI 2.1 Data, Peralatan, dan Lokasi Penelitian Data yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini, yaitu: a) Citra satelit Quickbird: Pankromatik RS 0,68 meter dan Multispektrl RS 2,4 meter, hasil peliputan tanggal 13 Juni 2007. b) Citra satelit Ikonos: Pankromatik RS 1,0 meter dan Multispektrl RS 4,0 meter, hasil peliputan tahun 2005. c) DEM (Digital Elevation Model), diturunkan dari peta foto skala 1 : 10.000. d) Data koordinat dan deskripsi titik kontrol tanah (Ground Control Point/GCP), hasil survei menggunakan GPS geodetik metode defferensial statik dengan geometrik radial. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas: a. Perangkat lunak PCI geomatics 9.0 digunakan untuk proses fusi citra, pengamatan GCP, serta proses ortorektifikasi. b. Perangkat lunak Autodesk Map 2004 digunakan untuk pengukuran jatak di peta citra. c. Pita ukur, digunakan untuk pengukuran jarak di lapangan. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang terletak pada posisi antara 6 o 49 s.d. 6 o 53 Lintang Selatan dan 107 o 28 s.d. 107 o 32 Bujur Timur. Luas wilayah penelitian ± 2500 hektar. Kondisi topografis lokasi penelitian variatif terdiri atas cekungan-cekungan dan berbukit-bukit. 2.2 TahapanPelaksanaan Penelitian 2.2.1 Perbaikan Kualitas Citra Sebelum citra satelit digunakan lebih lanjut, terlebih dahulu perlu dilakukan proses perbaikan terhadap kualitas citra satelit. Perbaikan kualitas citra dilakukan melalui proses fusi, yang bertujuan untuk mempertajam tampilan citra dan menutupi informasi yang hilang [2]. Proses fusi dilakukan dengan cara penggabungan dua data citra, yaitu citra pankromatik dan citra multispektral agar diperoleh citra berwarna dengan resolusi spasial yang sama dengan kanal pankromatiknya, karena pada umumnya band multispektral memiliki resolusi spasial lebih rendah dari kanal pankromatiknya. Fusi citra pada penelitian ini dilakukan pada dua citra yaitu pada citra Quickbird pankromatik dengan resolusi spasial Jurnal Rekayasa 12

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi 0,68 meter dan multispektral dengan resolusi spasial 2,4 meter dan pada citra Ikonos pankromatik dengan resolusi spasial 1 meter dan multispektral dengan resolusi spasial 4 meter. 2.2.2 Proses Ortorektifikasi Ortorektifikasi merupakan proses memposisikan kembali objek-objek pada citra sesuai dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Pada penelitian ini, proses ortorektifikasi dilakukan menggunakan metode Rational Function (RF). Persamaan umum dari RF adalah sebagai berikut [3]: R m i= 0 j= 0 k = 0 3 D x, y) = m n p n p i j k aijk X Y Z ( (1) i j k b X Y Z i= 0 j= 0 k = 0 ijk di mana R 3D pada persamaan di atas merupakan nilai koordinat hasil transformasi metode RF; (x,y) merupakan koordinat citra; a ijk merupakan koefisien polinomial dari RF; sedangkan X,Y,Z merupakan koordinat dari GCP; (i, j,k) merupakan nilai peningkatan; (m,n,o) merupakan orde dari model polinomial (umumnya antara 1 sampai 5). Koefesien RF diestimasi dari GCP dan yang dikenal sebagai Terrain Dependent Method. Realisasi proses hitungannya melibatkan sejumlah GCP dengan variasi 6 titik, 8 titik, 9 titik, 13 titik, dan 15 titik. Pola distribusi GCP untuk masing-masing variasi digambar melalui sketsa berikut, dimana angka 1 sampai dengan 15 menyatakan nomor GCP. 6 GCP 8 GCP 9 GCP 13 GCP 15 GCP Gambar 1. Jumlah dan pola distribusi GCP yang digunakan pada proses ortorektifikasi Jurnal Rekayasa 13

Bambang Rudianto 2.2.3 Analisis Ketelitian Objek Untuk mengetahui ketelitian objek pada peta dilakukan dengan cara membandingkan ukuran jarak di peta citra terhadap terhadap ukuran jarak di lapangan. Jenis objek yang diukur jaraknya terdiri dari sisi bangunan, jalan, pematang sawah, rel kereta api, dan objek sejenis lainnya. Pengukuran objek di peta citra dilakukan secara digital pada layar monitor, selanjutnya terhadap objek tersebut dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi keberadaannya untuk memastikan apakah objek tersebut memang sudah sesuai. Pengkuran jarak-jarak sisi di lapangan dilakukan secara langsung menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak di peta dilakukan dengan mengamati objek-objek yang teridentifikasi di layar monitor dengan perbesaran (zooming) pada layar monitor 6 kali menggunakan perangkat lunak Autodesk Map. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil hitungan koreksi geometrik ditunjukkan oleh harga Root Mean Square Error (RMSE), artinya semakin kecil nilai RMSE maka semakin baik pula ketelitiannya. Toleransi nilai RMSE hasil hitungan koreksi geometrik pada peta citra umumnya ditentukan menggunakan asumsi sebesar: 0,5xRS. Untuk citra Quickbird dengan RS=0,68 meter, maka toleransi yang diijinkan yaitu: 0,34 meter. Adapun untuk citra Ikonos dengan RS=1,0 meter, maka toleransi yang diijinkan yaitu: 0,5 meter. Rekapitulasi nilai RMSE disajikan pada Tabel 1 dan 2 berikut. Tabel 1. Rekapitulasi nilai RMSE hasil ortorektifikasi pada citra Ikonos No. Jumlah GCP Harga RSME Keterangan 1 6 1,76 tidak memenuhi toleransi 2 8 1,66 tidak memenuhi toleransi 3 9 0,60 tidak memenuhi toleransi 4 13 0,15 memenuhi toleransi 5 15 0,14 memenuhi toleransi Tabel 2. Rekapitulasi nilai RMSE hasil ortorektifikasi pada citra Quickbird No. Jumlah GCP Harga RSME Keterangan 1 6 1,03 tidak memenuhi toleransi 2 8 0,49 tidak memenuhi toleransi 3 9 0,16 memenuhi toleransi 4 13 0,06 memenuhi toleransi 5 15 0,01 memenuhi toleransi Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas, dapat dijelaskan bahwa untuk citra Ikonos dengan RS 1,0 meter, penggunaan GCP dengan jumlah 6 sampai dengan 9 titik menghasilkan nilai RSME di luar harga toleransi yang telah ditetapkan. Nilai RMSE baru akan memenuhi toleransi bila melibatkan GCP dengan jumlah di atas 13 titik. Adapun untuk citra Quickbird dengan RS 0,68 meter, penggunaan GCP dengan jumlah 6 sampai dengan 8 titik menghasilkan nilai RSME di luar harga toleransi yang telah ditetapkan. Nilai RMSE baru akan memenuhi toleransi bila melibatkan GCP dengan jumlah di atas 9 titik. Baik pada citra Ikonos maupun pada citra Quickbird, penggunaan GCP di atas 13 titik tidak meningkatkan nilai RSME secara signifikan. Ketelitian objek pada peta citra dilakukan secara komparatif dengan cara membandingkan data hasil pengukuran jarak di peta citra terhadap data hasil pengukuran jarak di lapangan. Berikut adalah data perbandingan hasil pengukuran jarak pada peta citra dan data hasil pengukuran jarak di lapangan (Tabel 3 dan 4). Jurnal Rekayasa 14

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi Tabel 3. Perbandingan ukuran jarak di peta citra Ikonos dan lapangan No. di peta Ukuran Jarak di lapangan Selisih Ukuran Jarak Deskripsi Objek 1 8.53 8.92 0.39 Kolam Renang 2 14.01 13.45 0.57 Kolam Renang 3 26.37 25.76 0.62 Jalan 4 9.28 9.88 0.60 Jalan 5 9.09 9.65 0.57 Jalan 6 8.15 8.88 0.73 Taman 7 7.26 8.23 0.98 Jalan 8 8.34 10.83 2.49 Lapangan Tenis 9 15.48 17.53 2.05 Lapangan Tenis 10 46.14 47.15 1.01 Bidang Tanah 11 27.72 27.79 0.07 Bangunan 12 26.86 26.31 0.55 Bangunan 13 10.60 10.65 0.04 Lapangan Badminton 14 22.29 22.22 0.07 Lapangan Badminton 15 10.53 9.88 0.65 Jalan 16 28.91 29.30 0.39 Sawah 17 28.95 27.92 1.02 Bangunan 18 26.77 26.07 0.71 Bidang Tanah 19 13.07 12.49 0.58 Bidang Tanah 20 8.06 5.57 2.49 Bangunan 21 21.79 21.51 0.28 Sawah 22 20.29 20.13 0.15 Bidang Tanah 23 19.57 20.08 0.51 Sawah 24 18.87 18.09 0.78 Bangunan 25 40.56 41.13 0.57 Bidang Tanah 26 10.20 9.88 0.32 Taman 27 6.17 6.30 0.13 Lapangan Badminton 28 4.89 5.95 1.06 Jembatan Tol Km. 118 29 31.58 30.81 0.77 Masjid Riyadlulduha 30 40.99 38.30 2.69 Jembatan Tol Km. 119 31 41.29 38.40 2.89 Jembatan Tol Km. 119 32 2.24 3.60 1.36 Batas antar jalur rel kereta 33 10.11 10.49 0.39 Jalan rata-rata selisih ukuran jarak = 0.86 Simpangan baku = ± 0.78 Jurnal Rekayasa 15

Bambang Rudianto Tabel 4. Perbandingan ukuran jarak di peta citra Quickbird dan lapangan No. Ukuran Jarak Selisih di peta di lapangan Ukuran Jarak Deskripsi Objek 1 5.46 5.95 0.49 Lebar jembatan tol 2 17.34 17.70 0.36 Pematang sawah 3 24.16 24.14 0.02 Pematang sawah 4 10.52 10.09 0.43 Marka Jalan 5 11.30 11.37 0.07 Lapangan Tenis 6 38.81 38.30 0.51 Jembatan tol 7 38.14 38.40 0.26 Jembatan tol 8 3.63 3.60 0.03 Bangsal rel KA 9 9.37 10.03 0.66 Marka Jalan 10 10.98 10.49 0.49 Marka Jalan 11 9.91 10.49 0.58 Marka Jalan 12 10.88 10.81 0.07 Pematang sawah 13 11.56 11.51 0.05 Lapangan Tenis 14 13.84 13.70 0.14 Pematang sawah 15 14.33 14.30 0.03 Pematang sawah 16 24.28 24.26 0.02 Lapagan tenis 17 7.57 7.70 0.13 Lap. Sepak Bola 18 11.81 11.90 0.09 Pagar tembok 19 15.21 15.81 0.60 Pematang sawah 20 11.13 11.47 0.34 Lapagan tenis 21 20.32 20.25 0.07 Lap. Badminton 22 10.66 10.09 0.57 Marka Jalan 23 5.86 5.90 0.04 Marka Jalan 24 6.30 6.30 0.00 Lap. Badminton 25 6.34 5.66 0.68 Lebar Jalan 26 5.08 5.00 0.08 Pagar tembok 27 18.45 18.10 0.35 Lapangan Volley 28 35.66 35.58 0.08 Lapangan Volley 29 2.63 3.58 0.95 Pembatas Jalan 30 30.21 31.01 0.80 Pematang sawah 31 26.06 26.33 0.27 Batas luar bangunan 32 24.84 25.20 0.36 Tembok luar masjid 33 19.93 20.55 0.62 Pematang sawah 34 8.96 8.92 0.04 Kolam 35 13.71 13.45 0.26 Kolam 36 26.03 25.76 0.27 Gerbang Perumahan 37 24.64 24.10 0.54 Lapangan Tenis 38 23.20 23.93 0.73 Lapangan Tenis 39 20.73 20.90 0.17 Pinggir kolam 40 18.11 18.49 0.38 Lap. Badminton 41 9.92 9.88 0.04 Marka Jalan 42 14.19 14.08 0.11 Pematang sawah 43 9.69 9.64 0.05 Marka Jalan 44 8.63 8.88 0.25 Taman 45 16.75 17.53 0.78 Lap. Badminton 46 8.49 8.70 0.21 Lap. Badminton 47 27.09 27.92 0.83 Lapangan parkir 48 7.18 7.01 0.17 pagar tower 49 6.71 6.20 0.51 Batas luar bangunan rata-rata selisih ukuran jarak = 0.32 Simpangan baku = ± 0.27 Jurnal Rekayasa 16

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi Tabel 3 menunjukkan selisih rata-rata hasil pengukuran jarak pada peta citra Ikonos dan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan terhadap 33 sampel adalah sebesar 0,86 meter dengan simpangan baku ± 0,78 meter. Tabel 4 menunjukkan selisih rata-rata hasil pengukuran jarak pada peta citra Quickbird dan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan terhadap 49 sampel adalah sebesar 0,32 meter dengan simpangan baku ± 0,27 meter. Adanya perbedaan jumlah sampel yang dapat diambil antara peta citra Ikonos dan Quickbird disebabkan karena resolusi spasial yang dimiliki oleh citra Ikonos lebih rendah yaitu 1,0 meter, sehingga cukup menyulitkan pada saat melakukan identifikasi objek pada peta citra Ikonos dibandingkan pada citra Quickbird dengan resolusi spasial 0,68 meter. Rekapitulasi data selisih ukuran jarak rata-rata di peta dan di lapangan pada kedua citra tersebut ditunjukkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Rekapitulasi data selisih ukuran rata-rata jarak di peta dan di la pangan No. Jenis Peta Jumlah Sampel Jarak Selisih rata-rata Jarak (m) Simpangan Baku (m) 1 Peta Citra Ikonos 33 0,86 ± 0,78 2 Peta Citra Quickbird 49 0,32 ± 0,27 Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5, pada peta citra Ikonos, hasil perhitungan rata-rata dari selisih jarak di monitor terhadap jarak di lapangan adalah sebesar 0,86 meter. Bila selisih ukuran jarak ratarata hasil pengukuran di layar monitor terhadap hasil ukuran lapangan sebesar d, maka tingkat keragu-raguan (σ) hasil pengukuran jarak dapat diestimasi sebesar 0,5 x d, yaitu sebesar 0,43 meter. Dengan mengambil tingkat keyakinan 3σ (99,73%), maka tingkat keragu-raguan ukuran menjadi atau σ = 3 x 0,5 x d, yaitu sebesar 1,29 meter. Harga σ diasumsikan harus lebih kecil dari 0,5 mm x bilangan skala (bs) peta. Dengan mengambil peluang kepercayaan 90%, maka bilangan skala dapat dihitung menggunakan rumus (bs) = [(1,645 x σ) / 0,5 mm] = (1,645 x 1,29 meter)/(0,0005 meter) = 4255,46 4300. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketelitian objek yang terdapat pada peta citra Ikonos dengan RS 1,0 meter masih memenuhi untuk skala 1 : 4.300 atau dibulatkan menjadi 1 : 4.500. Dengan cara yang sama berlaku untuk peta citra Quickbird dengan RS 0,68 meter, maka ketelitian masih memenuhi untuk skala 1 : 1.569 atau dibulatkan menjadi 1 : 2.000. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: - Banyaknya Ground Control Point (GCP) yang digunakan dalam proses ortorektifikasi citra sangat berpengaruh terhadap ketelitian hasil koreksi geometrik yang ditunjukkan melalui harga Root Mean Square Error (RMSE). - Penggunaan metode Rational Function dalam proses ortorektifikasi citra untuk citra Ikonos memerlukan minimal 13 GCP, sedangkan untuk citra Quickbird memerlukan minimal 9 GCP dengan pola sebaran yang merata. - Penggunaan GCP lebih dari 13 titik, baik pada citra Ikonos maupun pada citra Quickbird tidak meningkatkan harga RMSE secara signifikan. - Ketelitian objek pada peta citra Ikonos RS 1,0 hasil ortorektifikasi masih memenuhi untuk skala peta 1 : 4.5000. Sedangkan pada peta citra Quickbird RS 0,68 meter, ketelitian objek masih memenuhi untuk skala peta 1 : 2.000. Adapun saran-saran yang dapat dikemukan dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut: - Penggunaan GCP dalam proses ortorektifikasi citra untuk citra Ikonos disarankan cukup menggunakan 13 titik, dengan pola penyebarannya pada citra merata seperti berikut: Jurnal Rekayasa 17

Bambang Rudianto Gambar 2. Pola penyebaran 13 GCP yang disarankan pada citra - Penggunaan GCP dalam proses ortorektifikasi citra untuk citra Quickbird disarankan cukup menggunakan 9 titik, dengan pola penyebarannya pada citra merata seperti berikut: Gambar 3. Pola penyebaran 9 GCP yang disarankan pada citra - Bila peta citra digunakan sebagai media pengukuran, untuk peta citra Ikonos agar hasil yang diperoleh teliti, maka identifikasi pengukuran jarak secara digital pada layar monitor menggunakan perangkat lunak AutoCad sebaiknya menggunakan perbesaran (zooming extent) objek sebanyak 5 kali, sedangkan pada citra Quickbird perbesaran objek sebanyak 6 kali. - Pemanfaatan citra satelit sebagai data dasar untuk pembuatan peta skala besar perlu terus dikembangkan pada cakupan daerah yang luas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Karvak Nusa Geomatika yang telah memberikan pinjaman citra satelit untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Leksono, B.E, dan Susilowati, Y., (2008). The Accuracy Improvement of Spatial Data for Land Parcel and Building Taxation Objects by Using The Large Scale Ortho Image Data, FIG Working Week, Stockholen, Sweden. [2] Mitchell, H.B., (2010). Image Fusion: Theories, Techniques and Application, Springer-Verlag, Berlin Heidelberg. [3] Toutin, T., (2004). Geometric Processing of Remote Sensing Image : Model, Algorithms and Method, International Journal of Remote Sensing, 25, 1893-1924. Jurnal Rekayasa 18