I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Peraturan Perundang-undangan Nomor 22 Tahun 2009

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. interaksi tidak mungkin ada kehidupan bersama. Gillin dan gillin 1 mengatakan

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Namun tidak sedikit orang yang hanya memikirkan kepentingan. memikirkan orang lain atau kepentingan umum.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan ( policy) merupakan kata istilah yang digunakan sehari-hari, tetapi karena

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

I. PENDAHULUAN. merupakan potensi masa depan dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

I. PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan Ketiga. Menurut

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan lalu lintas yang selalu meningkat. Data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan sepanjang tahun 2010 terdapat 6.000 kasus kecelakaan, dimana 135 kasus akibat sedang menggunakan ponsel. "Akibat sedang bertelepon, SMS, BBM atau yang lainnya, konsentrasi pengemudi berkurang," ujar Dirlantas Polda Metro, Kombes Pol Royke Lumowa 1. Perkembangan lalu-lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif bagi kehidupan masyarakat. Lalu lintas dan pemakai jalan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan pengguna jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur. Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek pengaturan pengendalian, dan pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas jalan. Sebagaimana diketahui sejumlah kendaraan yang beredar dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini nampak juga membawa pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan 1 http://www.sby.dnet.net.id/dnews/maret-2011/article-kecelakaan-di-jalan-akibat-ponsel-makin-meningkat-20.html, diakses pada 17 oktober 2012

kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, kerusakan kendaraan, rancangan kendaraan cacat pengemudi, rancangan jalan, dan kurang mematuhinya rambu-rambu lalu lintas. Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan handphone di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Salah satu provider GSM terbesar di Indonesia mengklaim memiliki pelanggan mencapai 65 juta orang pada akhir tahun 2008 (sekitar 30% jumlah penduduk Indonesia) meningkat hampir 400% dibandingkan jumlah tahun 2004 (16,3juta) dan ini meningkat lebih dari 1500% dibandingkan data tahun 1999 (1 juta pelanggan) 2. Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan dari perkembangan teknologi modern dan hal ini menunjukan bahwa masyarakat indonesia yang konsumtif juga mempengaruhi jumlah kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan telepon genggam saat berkendara. Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Tifatul Sembiring memimpin apel siaga bersama sejumlah operator dan media massa di halaman kantor Kemenkominfo. Dalam apel, Menkominfo mensosialisasikan larangan penggunaan telepon seluler saat berkendara 3. Pada saat ini banyak kita jumpai di jalan orang yang menggunakan telepon genggam sambil mengemudi baik berbicara ataupun mengirim pesan singkat. Tidak hanya pengemudi kendaraan roda empat tapi roda dua juga banyak kita lihat melakukan hal yang sama di jalan. Jika melihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku maka hal tersebut telah melanggar Undang- 2 http://ml.scribd.com/doc/46582979/handphone-dan-mengemudi diakses 04 september 2012 3 http://www.metrotvnews.com/read/ newsvideo/2012/08/06/156778/kominfo-sosialisasikan-larangan- PenggunaanHP -Saat-Berkendara/6 diakses 04 september 2012

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 283 yang menentukan setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Selain itu, data yang diperoleh dari Polresta Bandar Lampung terdapat 2 kasus kecelakaan selama bulan september 2012 yang terjadi akibat pengemudi yang menggunakan telepon genggam saat berkendaraan di jalan raya 4. Melihat fakta yang terjadi di Indonesia banyak pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat mengemudikan kendaraan sambil menelpon maupun mengirimkan pesan singkat. Hampir semua kalangan melakukannya dari orang tua hingga anak muda. Sehingga dalam hal ini peran serta pihak aparat penegak hukum untuk mensosialisasikan dan melakukan penindakan terhadap pengemudi yang menggunakan telepon genggam saat berkendaraan sangat penting, agar masyarakat luas dapat mengetahui secara pasti peraturan tersebut telah berlaku dan memiliki sangsi yang tegas bagi yang melanggarnya. Menurut data dari kepolisian pada mudik tahun 2011 penggunaan telepon genggam saat berkendara menyumbang 2% dari total kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data diatas, angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi yang dikarenakan pengemudi menggunakan telepon genggam saat mengemudi baik pengemudi roda 2 maupun roda 4. Sehingga perlu dikaji bagaimana penegakan hukum terhadap pengemudi yang menyalahgunakan 4 Berdasarkan wawancara dengan Bamin Laka Polresta Bandar Lampung

telepon genggam saat berkendaraan berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu Pasal 283 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menentukan setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Berdasarkan ketentuan dan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa mengenai penggunaan telepon genggam saat berkendara sangat berbahaya bagi pengemudi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Upaya Penanggulangan Pengemudi yang Menyalahgunakan Telepon Genggam saat Berkendaraan. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan 1) Bagaimanakah upaya penanggulangan pengemudi yang menggunakan telepon genggam saat berkendaraan? 2) Apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan terhadap pengemudi yang menyalahgunakan telepon genggam saat berkendaraan? 2. Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah sesuai dengan yang penulis maksud, maka sangat penting dijelaskan terlebih dahulu batasan-batasan atau ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu hukum pidana khususnya pada upaya penanggulangan

pengemudi yang menyalahgunakan telepon genggam saat berkendaraan di Polresta Bandar Lampung. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui upaya penanggulangan pengemudi yang menyalahgunakan telepon genggam saat mengemudi kendaraan. b. Untuk mengetahui faktor penghambat penegakan hukum terhadap pengemudi yang menyalahgunakan telepon genggam saat berkendaraan. 2. Kegunaan penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian penulisan ini adalah : a. Secara Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada kalangan akademisi, kalangan yang menggeluti bidang hukum serta masyarakat luas bahwa dalam pelaksanaan atau penerapan suatu peraturan perlu adanya koordinasi dari semua pihak tidak hanya dari kepolisian saja tetapi juga dari seluruh masyarakat guna terpenuhinya masyarakat yang sejahtera. b. Secara Praktis Diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dalam penerapan atau penegakan hukum terhadap peraturan yang berlaku di masyarakat. Sehingga pihak terkait dapat secara penuh melakukan penerapan peraturan tersebut di masyarakat.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual 1. Kerangka Teoretis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berguna untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi social yang dianggap relevan oleh peneliti 5. Mengingat penting dan strategisnya peranan lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu-lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu dalam rangka pembangunan hukum nasional serta untuk lebih memantapkan perwujudan kepastian hukum, maka lalu-lintas dan angkutan jalan di tanah air diatur dalam suatu undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU Lalu Lintas). Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu melalui jalur penal dan melalui jalur non penal 6. a. Sarana Penal Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi. b. Sarana Non Penal Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka 5 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Pers. Jakarta. Hal. 124 6 Barda Nawawi Arief. 2004. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung. Hal. 5

tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimaksukkan kedalamnya, sebab pemberian pidana juga dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana. Menurut Soerjono Soekanto ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakan hukum, lima faktor tersebut adalah 7 : 1. Faktor Undang-Undang Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya Undangundang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain : a. Undang-undang tidak berlaku surut. b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula. c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatannya sama. d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan Undang-undang yang berlaku terdahulu. e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. 2. Faktor Penegak Hukum Negara hukum yang hanya dikonstruksikan sebagai bangunan hukum perlu dijadikan lebih lengkap dan utuh, dalam hal perlu dijadikannya memiliki struktur politik pula. Hukum hanya merupakan sebuah teks mati jika tidak ada lembaga yang menegakkannya. Oleh karena itu, 7 Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali. Jakarta hal. 4

dibentuklah penegak hukum yang bertugaskan untuk menerapkan hukum. Dalam pelaksanaannya, hukum dapat dipaksakan daya berlakunya oleh aparatur negara untuk menciptakan masyarakat yang damai, tertib dan adil. Terhadap perilaku manusia, hukum menuntut manusia supaya melakukan perbuatan yang lahir, sehingga manusia terikat pada norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat negara. 3. Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakkan Hukum Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor tidak lagi dilakukan perseorangan, melainkan melibatkan orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional maupun internasional. Ada bebrapa kendala dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, salah satunya adalah keterbatasan dan operasional dalam melaksanakan penyidikan. 4. Faktor Masyarakat Upaya pembangunan tatanan hukum paling tidak didasarkan atas tiga alasan, pertama sebagai pelayan bagi masyarakat, karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa berkembang. Kedua, sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Ketiga, karena secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja efektif, sering dimanipulasi, bahkan jadi alat bagi penimbunan kekuasaan. Masyarakat merupakan poin penting dari penanggulangan pencurian kendaraan bermotor. Hukum mengikat bukan karena negara menghendakinya, melainkan karena merupakan perumusan dari kesadaran hukum masyarakat.

Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu, hal ini sesuai dengan pendapat Stammler yang menyatakan bahwa law clearly is volition sehingga penerapan hukum terindikasi dari kemauan masyarakat untuk melaksanakannya. Dapat dikatakan budaya hukum akan mempengaruhi penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap suatu peraturan hukum. Hal ini penting diperhatikan karena suatu peraturan hukum tanpa dukungan dari masyarakat, dapat berakibat tidak berwibawanya peraturan hukum tersebut. 5. Faktor Kebudayaan Kebudayaan/sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah : a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman. b. Nilai jasmani/kebendaan dari nilai rohani/keakhlakan. c. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebauran/inovatisme. 2. Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan atau diteliti 8. a. Penegakan hukum ialah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka usaha pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, baik yang bersifat penindakan secara teknis maupun administratif yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum, sehingga dapat tercipta 8 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal 32

suasana aman, damai dan tertib demi untuk pemantapan kepastian hukum dalam masyarakat 9. b. Sanksi Pidana adalah Suatu penghukuman dalam perkara pidana yang biasanya berupa nestapa atau penderitaan karena seseorang telah melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan rumusan delik 10. c. Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kepolisian Negara merupakan alat negara yang terutama bertugas memelihara keamanan dalam negeri atau kepolisian adalah segala hal ikhwa yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 butir 1). d. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor (Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahu n 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi Pasal 1 butir 12). e. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai sanksi (ancaman) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut 11. E. Sistematika Penulisan Sistematika ini memuat uraian keseluruhan yang akan disajikan dengan tujuan 9 Suharto Hari. 2002. Menata Materi UU Kepolisian. Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Jakarta. Hal. 49 10 Sudarto, 1981. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung. Hal. 72 11 Moeljatno. 1993. asas-asas hukum pidana, Bintang Indonesia, Jakarta. Hal 54

untuk mempermudah pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikan sistematika sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Merupakan bab yang menguraikan latar belakang, masalah dan ruang lingkup tujuan dan kegunaan, kerangka teoretis dan konseptual, serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab pengantar yang menguraikan tentang pengertian-pengertian umum dari pokok bahasan yang memuat tinjauan mengenai penegakan hukum, faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, pengertian dan peranan polri dalam penegakan hukum. III. METODE PENELITIAN Merupakan bab yang membahas tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data yang di dapat. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan penjelasan dan pembahasan yang mengemukakan hasil penelitian mengenai penegakan hukum terhadap pengemudi yang menggunakan telepon genggam saat berkendaraan. V. PENUTUP Merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan kemudian memberikan beberapa saran yang dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan.