Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. sempatberhenti sampai sekitar dua tahun awal kemerdekaan. Dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini akan menjelaskan menggenai metode penelitian yang diigunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Interpersonal Communication Skill

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

Ketegaran Mental (Mental Toughness) Oleh: Agus Supriyanto

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. maanfaat yang diperoleh langsung dari aktivitas olahraga tersebut baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat menguasai unsur teknik dasar dalam permainannya. Unsur teknik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belanda pada awal abad 20. Sebelum PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu, karena

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI SEPAK BOLA SEKOLAH MENENAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 RAMBATAN KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. dunia Internasional. Nama-nama besar telah lahir seperti Ferry Soneville,

Transkripsi:

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan emosi Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan bahwa seorang pemain yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik, tetapi tidak memberikan kesempatan melatih proses berpikir akan berakibat kegiatan yang bersifat intelektual menjadi tidak berkembang. Oleh karena itu kecerdasan dalam pencapaian prestasi olahraga sangat berperan penting. Menurut Salovey dan Mayer (1990, dalam Sulivan, 2006), kecerdasan emosional merupakan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memantau dan membedakan perasaan seseorang dengan orang lain, serta menggunakan informasi tersebut untuk membimbing pemikiran seseorang dan tindakannya. Dari pemikiran Salovey dan Mayer (1990) tersebut, Goleman (1995, dalam Sulivan, 2006) menambahkan bahwa emosi memainkan peran utama dalam cara pengambilan keputusan. Dapat pula diartikan bahwa kita memiliki dua pikiran, satu untuk berpikir dan satu untuk merasakan. Menurut Mayer dan Caruso (2002, dalam Sulivan, 2006), mendefinisikan kecerdasan emosional terbagi menjadi dua sisi, sisi yang pertama sebagai kapasitas untuk memahami dan menjelaskan emosi dan di sisi yang kedua yaitu kecerdasan emosi untuk meningkatkan pemikiran. 6

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan individu dalam memantau dan mengetahui perasaan sendiri dan orang lain. Pengetahuan ini membimbing seseorang untuk berpikir dan bertindak. 2.1.1 Dimensi Kemampuan personal (personal competence) Dalam Kecerdasan Emosi Pada awalnya Goleman menjelaskan ada dua puluh lima kemampuan (competence) dalam kecerdasan emosi, kemudian kemampuan (competence) tersebut diperbaharui menjadi lima kemampuan (competence), yaitu: kesadaran diri, peraturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Dari lima kemampuan (competence) tersebut Goleman menyempurnakannya kembali menjadi dua kemampuan (competence) yaitu kemampuan personal (personal competence) dan sosial. Melanjutkan dari penjelasan di atas, kemampuan personal (personal competence) adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi dalam diri sendiri, yang terdiri dari tiga dimensi yaitu kesadaran diri, peraturan diri, dan motivasi. Sedangkan kemampuan (competence) sosial adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi diri sendiri dengan orang lain, yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi empati, dan keterampilan sosial (Goleman, 2001). Menurut Goleman (2003, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan bahwa seseorang yang cerdas dalam emosinya adalah seseorang yang dapat mengaplikasikan ciri kecerdasan emosional dalam dirinya. Ciri kecerdasan ini meliputi memotivasi diri, ketahanan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan menjaga suasana hati. Peneliti mengambil aspek kemampuan personal (personal competence) dikarenakan kemampuan (competence) sosial merupakan bagian pendukung dari kemampuan personal (personal competence) (Goleman, 2001). Kemampuan

(competence) sosial adalah bagian kecerdasan emosional yang berhubungan dengan dunia luar individu. Bila individu tidak dapat atau belum menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya, maka individu tersebut tidak dapat melakukan kegiatan diluar atau berhubungan dengan orang lain dengan baik. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Goleman (2001) bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan manajemen diri pribadi seperti kontrol impuls dan kecerdasan sosial sebagai hubungan keterampilan. Hal ini didukung oleh Gardner (dalam Goleman, 2007) mengatakan nama lain dari kecerdasan emosional adalah kecerdasan intrapersonal dan interpersonal atau kecerdasan pribadi. Kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu (Salovey dalam Goleman, 2007). Kemampuan personal (personal competence) dibagi menjadi dua yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Berikut adalah penjelasan dari kemampuan personal (personal competence) : a. Kesadaran diri (Self awareness) Menurut Goleman (2001) kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri. Lebih lanjut Goleman menjelaskan bahwa kesadaran diri adalah kemampuan untuk merasakan, mengartikulasi, dan merefleksikan keadaan emosional seseorang. Menurut Goleman (2001) ada tiga dimensi dari kemampuan (competence) kesadaran diri yaitu : 1. Kesadaran emosional diri (Emotional self awareness). Kesadaran emosional diri yaitu mencerminkan pentingnya mengenali perasaan sendiri dan bagaimana mereka mempengaruhi performa atlet. Pada tingkat lain, kesadaran emosional diri adalah kunci untuk menyadari kekuatan dan kelemahan sendiri (Goleman, 2001).

2. Penilaian diri yang akurat (Accurate self assessment). Orang-orang dengan penilaian diri yang akurat mampu mengenali kekuatan dan kelemahan, mencari umpan balik dan belajar dari kesalahan, mengetahui bagaimana cara mengembangkan diri dan kapan harus bekerja sama dengan orang lain yang dapat mengimbangi kekurangan mereka (Goleman, 2001). 3. Kepercayaan diri (Self confidence). Kepercayaan disini adalah keyakinan seseorang bahwa dia mampu melakukan tugas (Goleman, 2001). Dampak positif dari kepercayaan diri pada suatu penampilan telah ditunjukkan dalam berbagai studi. Menurut Saks (1995) tingkat dari kepercayaan diri itu sebenarnya adalah faktor terkuat yang dapat memprediksi dari suatu performa dibandingkan tingkat keahlian atau pelatihan sebelumnya (Goleman, 2001). b. Manajemen diri (Self management) Menurut Goleman (2001) manajemen diri adalah kemampuan untuk mengatur distress (stres yang negatif seperti kecemasan dan kemarahan) serta untuk menghambat tekanan emosi. Menurut Goleman (2001) ada enam dimensi dari kemampuan (competence) manajemen diri yaitu :

1. Kendali emosi diri (Emotional self control). Ditandai dengan tidak terpengaruh ke dalam situasi yang menekan, dapat mengatasi orang yang kasar tanpa membalas (Goleman, 2001). 2. Dapat dipercaya (Trustworthiness). Dapat dipercaya adalah membiarkan orang-orang tahu bahwa nilainilai dan prinsip-prinsip, niat dan perasaan, serta bertindak dengan cara yang konsisten dengan hal-hal tersebut. Individu yang dapat dipercaya akan berterus terang tentang kesalahannya sendiri dan juga mampu menghadapi kesalahan orang lain. 3. Bersikap berhati-hati (Conscientiousness). Ciri-ciri individu yang memiliki sikap berhati-hati adalah cermat, disiplin diri, teliti dan tanggung jawab (Goleman, 2001). 4. Adaptasi (Adaptability). Ciri-ciri individu yang memiliki adaptasi adalah terbuka kepada informasi baru dan dapat melepaskan asumsi yang lama sehingga dapat beradaptasi dengan pekerjaannya. Selain itu individu dengan adaptasi juga tetap nyaman dengan kecemasan yang sering menyertai ketidakpastian dan dapat berpikir kreatif serta menampilkan ide baru untuk mencapai hasil (Goleman 2001). 5. Dorongan berprestasi (Achievement drive). Dorongan berprestasi adalah kerja keras yang optimis untuk terus menerus meningkatkan performa (Goleman 2001). Individu yang menampilkan dorongan berprestasi mampu mengambil banyak resiko serta mendukung penemuan baru dalam organisasi barunya serta dapat menentukan tujuan yang menantang.

Optimisme adalah salah satu kunci keberhasilan dari prestasi karena dapat menentukan reaksi seseorang terhadap peristiwa atau keadaan yang tidak menguntungkan (Schulman, 1995 dalam Goleman, 2001). 6. Inisiatif (Initiative). Inisiatif yaitu bertindak sebelum dipaksa untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini berarti mengambil tindakan antisipatif untuk menghindari masalah sebelum terjadi atau mengambil keuntungan dari peluang sebelum terlihat orang lain (Goleman 2001). Individu yang kurang insiatif cenderung lebih reaktif daripada proaktif. 2.2 Prestasi Prestasi sendiri memiliki beberapa pengertian diantaranya hasil yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan. Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional bab I ketentuan umum pasal 1 yaitu prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga. Sedangkan menurut Djamarah (2002) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individu maupun kelompok. 2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Atlet yang memiliki kemampuan personal (personal competencies) dalam kecerdasan emosi membuat mereka mampu mengatasi kecemasan dan ketegangan yang terjadi pada saat menghadapi pertandingan. Atlet juga mampu mengatasi tekanan yang dihadapi, baik saat latihan maupun pertandingan serta mampu mengendalikan diri saat gagal (Satiadarma, 2000).

Prestasi yang diraih oleh atlet merupakan buah dari penampilannya ketika bertanding dilapangan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atlet untuk mendapatkan sebuah prestasi. Menurut Gunarsa (2004) menjelaskan ada tiga faktor yang mempengaruhi penampilan seorang atlet yaitu : 1. Fisik Fisik terdiri stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Kekuatan fisik hanya dapat diperoleh melalui proses latihan yang baik, teratur, sistematis, terencana, sehingga dapat membentuk kondisi siap bertanding atau berpenampilan sebaik baiknya. Namun demikian, terdapat kondisi fisik yang berkaitan dengan bakat atau kondisi khusus yang ada, yang merupakan faktor bawaan sejak lahir atau faktor keturunan. Artinya, ada faktor yang dapat dikembangkan, tetapi tidak dapat melewati batas dari faktor keturunan sejak lahir. 2. Teknik Penampilan seorang atlet juga dipengaruhi oleh faktor keterampilan khusus yang dimiliki. Contohnya, seorang atlet lompat tinggi melakukan gerakan melompat yang merupakan rangkaian dari sejumlah teknik yang rumit. Mulai dari mengambil ancang-ancang, memperhatikan langkah mana yang perlu penekanan khusus, menyesuaikan kondisi tubuh saat menjejakan kaki sebagai tumpuan agar dapat melewati mistar, sampai pada teknik menggerakkan badan melewati mistar. Seluruh teknik ini banyak dipengaruhi oleh berbagai keterampilan dasar, baik yang diperoleh dari hasil belajar maupun bakat yang dimiliki. 3. Psikis (Mental) Sering kali, kemauan yang kuat saja masih belum dapat menjamin seorang atlet meraih prestasi yang baik. Hal ini harus disertai dengan berfungsinya

akal sebagai taktik dan strategi bermain untuk melakukan suatu pukulan menuju sasaran yang merupakan titik lemah lawan. Apa yang dipikirkan dan direncanakan atlet tidak selalu dapat ditampilkan olehnya. Hal ini umumnya disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan, misalnya ketakutan akan kalah, yang tentunya dapat berpengaruh negatif terhadap penampilannya sehingga akal yang sebenarnya sudah dimiliki tidak dapat diperlihatkan. Selain tiga faktor diatas, ada faktor lain juga yang mempengaruhi atlet dalam bertanding yaitu bakat. Menurut Gurnarsa (2008) salah satu faktor penting dalam pembentukan atlet andal adalah faktor bakat. Apabila seseorang memiliki bakat khusus maka harus ditentukan bagaimana bakat dapat dikembangkan sampai mencapai suatu prestasi tertentu. Menurut undang undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional bab VI Ruang Lingkup Olahraga pasal 20 yaitu setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi biasa disebut sebagai olahraga prestasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Adisasmito (2007) mengemukakan bahwa orang tua yang mempunyai anak yang berbakat dapat mendukung anak berprestasi dengan cara menfasilitasi bakat yang dimiliki anaknya. Bakat anak dapat difasilitasi dengan memberikan atau mencarikan pembinaan yang sesuai dengan bakatnya. Sikap orangtua juga dapat mempengaruhi perkembangan motivasi berprestasi anaknya. 2.3 Atlet Bulu Tangkis 2.3.1 Definisi Atlet Bulu Tangkis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), atlet adalah olahragawan terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

Bulu tangkis adalah permainan yang dimainkan diatas sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang mempunyai panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m dengan dibatasi oleh jaring (net) setinggi 1,55 m dari lantai yang membagi bidang permainan yang sama luasnya. Permainan bulu tangkis bersifat individu seperti yang dikemukakan oleh Subarjah dan Hidayat (2007, dalam Hadiati, 2012) bahwa pada hakekatnya permainan bulu tangkis adalah permainan yang saling berhadapan satu lawan satu orang (tunggal) maupun dua orang lawan dua orang (ganda), dengan menggunakan raket dan kok (shuttlecock) sebagai alat permainan, dimainkan dengan melewati jaring agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal yang sama terhadap bidang permainan kita. Jadi atlet bulu tangkis adalah olahragawan yang mendalami bidang olahraga bulu tangkis, baik itu berlatih atau mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam lingkup antar klub (amatir dan profesional) daerah, maupun antar negara (internasional). Ada lima partai yang biasa dimainkan dalam pertandingan bulu tangkis, yaitu : 1. Tunggal putra yaitu satu orang laki laki melawan satu orang laki laki. 2. Tunggal putri yaitu satu orang perempuan melawan satu orang perempuan. 3. Ganda putra yaitu dua orang laki laki melawan dua orang laki laki. 4. Ganda putri yaitu dua orang perempan melawan dua orang perempan. 5. Ganda campuran yaitu satu orang laki laki dan perempuan melawan satu orang laki laki dan perempuan. Sementara sistem penghitungan poin mengacu pada peraturan IBF, di mana semua partai menggunakan sistem perhitungan poin yang sama yaitu dalam setiap set, setiap pemain harus berlomba mengumpulkan 21 angka dengan rally point. Rally point sendiri adalah sistem penghitungan yang langsung memberikan poin kepada pihak yang berhasil memasukkan kok (shuttlecock) ke dalam lapangan lawan atau lawan tidak berhasil mengembalikan bola pada tempatnya.

2.4 Kerangka Berpikir Kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan individu dalam memantau dan mengetahui perasaan sendiri dan orang lain. Pengetahuan ini membimbing seseorang untuk berpikir dan bertindak. Kecerdasan emosi terbagi menjadi dua kemampuan (competence) yaitu personal dan sosial. Kemampuan personal (personal competence) adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi dalam diri sendiri, yang dibagi menjadi dua yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Sedangkan kemampuan (competence) sosial adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi diri sendiri dengan orang lain, yang terdiri dari dua dimensi yaitu kesadaran sosial dan manajemen hubungan (Goleman, 2001). Untuk mendapatkan prestasi yang baik dan maksimal, seorang atlet harus memiliki dua dimensi yang ada didalam kemampuan personal (personal competence) yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri, seperti kemampuan untuk merasakan, mengartikulasi, dan merefleksikan keadaan emosional seseorang. Sedangkan manajemen diri adalah kemampuan untuk mengatur distress (stres yang negatif seperti kecemasan dan kemarahan) serta untuk menghambat tekanan emosi (Goleman, 2001). Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kecerdasan Emosi Sosial Personal Kesadaran Sosial Manajemen Hubungan Kesadaran Diri Manajemen Diri Prestasi