DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

MODEL PENGEMBANGAN SARANA PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

ANALISIS UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

WALIKOTA PROBOLINGGO

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

LAPORAN PELAKSANAAN BINA KOMUNIKASI, PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA ( BKPBI) DI SLB B DENA UPAKARA WONOSOBO

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan inklusi, yaitu Peraturan Gubernur No. 116 tahun 2007 saja, masih belum

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

PEDOMAN UMUM PEREKRUTAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

Transkripsi:

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM JAKARTA, 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi i Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Ruang Lingkup... D. Hasil yang diharapkan... Bab II : PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu... B. Tempat... C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan... D. Daftar Peserta... E. Fasilitator... F. Strategi Kegiatan... Bab III : HASIL KEGIATAN A. Catatan pada Pembukaan/Notulen... B. Hasil yang diperoleh... C. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan... i

D. Analisis Pre dan Pos Tes... Bab IV : PENUTUP... Bab V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... B. Rekomendasi... LAMPIRAN: 1. Hasil-hasil workshop (Silabus-RPP)... 2. Data Sekolah... 3. Hasil tanggapan pelanggan... ii

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PROGRAM KHUSUS ANAK BERKELAINAN PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada Pasal 5 Ayat (2) bahwa Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, dan Pasal 32 Ayat (1) bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 15 menjelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Sementara dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan perubahannya yang diatur dalam Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menyebutkan bahwa (1) satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Balitbang bersama unit utama terkait dan (2) Balitbang mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif. Salah satu tugas 1

Pusat Kurikulum adalah melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan. Di antaranya adalah pengembangan bahan ajar pendidikan khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Pengembangan modelmodel kurikulum dan bahan ajar ini dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas penerapan kurikulum dan bahan ajar yang digunakan. Dengan demikian, model kurikulum, silabus dan bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai (1) acuan atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya. Dalam rangka pengembangan bahan ajar untuk pendidikan khusus ini perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari penyusunan desain kegiatan, penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar, review model bahan ajar, penyusunan instrumen penilaian, ujicoba model bahan ajar, penelaahan dan perbaikan model bahan ajar, serta diakhiri dengan penyusunan laporan. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2010 akan dikembangkan model bahan ajar program khusus anak berkelainan yang difokuskan untuk satuan pendidikan khusus lainnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Gambaran Umum Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan perubahannya yang diatur dalam Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menyebutkan bahwa (1) satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Balitbang bersama unit utama terkait dan (2) Balitbang mengembangkan dan engujicobakan model-model kurikulum inovatif. Di dalam PP No. 19 tahun 2005 disebutkan model kurikulum tersebut meliputi (1) model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori standar;, yaitu sekolah-sekolah yang belum memenuhi kriteria dalam Standar Nasional Pendidikan; (2) model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/ MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori mandiri, yaitu sekolah-sekolah yang telah memenuhi atau 2

hampir memenuhi kriteria dalam Standar Nasional Pendidikan; dan (3) model-model kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pengembangan model-model kurikulum dan bahan ajar ini dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas penerapan kurikulum dan bahan ajar yang digunakan sehingga diharapkan dapat mendukung renstra Depdiknas bidang penelitian dan pengembangan pendidikan dalam upaya penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar beserta sarana pendukung pembelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan meliputi seluruh mata-mata pelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti yang diatur Standar Isi. Dengan demikian, model bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai (1) acuan atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya a. Keterkaitan Program dengan Kegiatan Program penelitian dan pengembangan pendidikan dalam bidang kurikulum adalah melaksanakan penyusunan bahan kebijakan bagi pengembangan standar isi dan standar proses, pengembangan kurikulum, serta sarana dan prasarana pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan nonformal, dan pendidikan khusus. Dalam rincian tugasnya, Pusat Kurikulum : (1) melaksanakan penyusunan pedoman pelaksanaan pengembangan kurikulum, (2) melaksanakan pengembangan kurikulum dan sarana dan prasarana pembelajaran, (3) melaksanakan pengembangan model kurikulum dan pembelajaran, (4) melaksanakan pengembangan model sarana dan prasarana pembelajaran, serta (5) melaksanakan pengembangan model layanan bimbingan dan konseling serta pengembangan model layanan pendidikan lainnya Kegiatan pengembangan sarana pembelajaran yang berupa model bahan ajar merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum yang hasilnya digunakan sebagai acuan satuan pendidikan dalam mengembangkan atau menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran secara berkelanjutan, aktual, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. 3

Pengembangan model ini perlu dilakukan sehingga satuan pendidikan dapat menerapkan dan menjalankan secara efektif dan efisien kurikulum sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. 2. Kegiatan yang Dilaksanakan (Hasil yang Diharapkan) a. Uraian Kegiatan dan keluaran Kegiatan pengembangan model bahan ajar merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi Pusat Kurikulum dalam Penyiapan bahan kebijakan bagi pengembangan standar isi dan standar proses, Pengembangan model dan inovasi kurikulum, Pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran, Pelayanan profesional pengembangan kurikulum, silabus dan pembelajaran, serta Pemantauan penerapan Standar Isi dan Standar Proses, dan Pelaksanaan ketatausahaan Pusat. Keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya model bahan ajar yang dapat diadopsi, diadaptasi, ataupun inovasi oleh satuan pendidikan dalam mengembangkan bahan ajar mandiri yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, situasi dan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan atau daerah setempat. b. Indikator Kinerja Keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya model bahan ajar. Pemilihan jenis bahan ajar ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman materi, ciri khas materi pelajaran, kerumitan dalam pemilihan strategi pembelajaran, karakter siswa, kondisi sarama dan prasarana pembelajaran yang tersedia. Sehingga bahan ajar yang dihasilkan: (1) fleksibel dan handal untuk diterapkan pada satuan pendidikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi, (2) mudah untuk diadopsi atau diadaptasi oleh satuan pendidikan, (3) memberi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih elaboratif, inovatif dan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran. c. Batasan Kegiatan Kegiatan pengembangan model bahan ajar ini dilakukan mulai bulan Januari dan paling lambat bulan Desember 2010 dengan keluaran berupa naskah model bahan ajar. Langkah kegiatan untuk menghasilkan naskah ini adalah: Penyusunan desain untuk mengarahkan kegiatan, Penyusunan kerangka dan Pengembangan model, 4

Review Model yang melibatkan berbagai pihak lain, Penyusunan Instrumen Penilaian, Ujicoba model kurikulum untuk memvalidasi naskah model, Penelaahan dan Perbaikan model dan Penyusunan Laporan 3. Maksud dan Tujuan a. Maksud Kegiatan Kegiatan ini dilakukan agar pengembangan dan penerapan kurikulum/pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien melalui penyediaan model bahan ajar dan diharapkan dapat membantu guru/pendidik dalam mengembangkan bahan ajar dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik, daerah dan satuan pendidikan masing-masing. b. Tujuan Kegiatan Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membantu dan meningkatkan kemampuan profesional tenaga pendidik dan kependidikan dalam mengembangkan bahan ajar dan dapat diimplementasikan secara efisien dan efektif oleh satuan pendidikan. Dengan tersedianya model ini, dapat dijadikan acuan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang lebih sesuai kebutuhan, lebih inovatif dan lebih efektif untuk diimplemetasikan dalam kegiatan pembelajaran. 4. Ruang Lingkup Lingkup kegiatan pengembangan bahan ajar program khusus anak berkelainan ini difokuskan pada aspek-aspek yang terkait dengan kekhususan bagi peserta didik SLB. Aspek-aspek tersebut mencakup: 1. Keluasan Substansi Mencakup Bina Komunikasi, persepsi bunyi dan Irama yaitu: a. Komunikasi Lisan (oral-aural), meliputi: 1) Oral: Program pra wicara Program pembentukan fonem Program perbaikan fonem Program penyadaran 5

Program pembinaan 2) Aural: Deteksi bunyi Diskriminasi bunyi Identifikasi bunyi Pemahaman bunyi b. Komunikasi manual 2. Keluasan Materi Materi Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan Irama mencakup: a. Bina Wicara b. Bina Persepsi Bunyi dan Irama c. Bina Komunikasi Manual Berkaitan dengan luasnya cakupan lingkup aspek-aspek pada program khusus bagi anak berkelainan ini sangat luas, maka sebagai catatan dalam pengembangan model bahan ajar program khusus anak berkelainan khususnya untuk anak Tnarungu pada tahun 2010 ini akan difokuskan pada aspek pengembangan bina komunikasi. Sedangkan untuk aspek persepsi bunyi dan irama akan dikembangkan lebih lanjut pada tahun berikutnya. 5. Indikator Keluaran, volume dan satuan ukur a. Indikator keluaran Indikator keluaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan tim satuan pendidikan dalam pengembangan bahan ajar dan silabus, terjalinnya koordinasi dan kerjasama pengembang kurikulum pusat dan satuan pendidikan, dan meningkatnya kemampuan satuan pendidikan dalam mengembangkan bahan ajar secara mandiri, yang selanjutnya berdampak langsung dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk mencapai keluaran kegiatan ini diperlukan desain sebagai panduan dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar, Penyusunan kerangka dan Pengembangan naskah awal model berdasarkan desain dan hasil kajian/analisis konsep, Review Model yang melibatkan berbagai unsur seperti nara sumber dan praktisi, penyusunan instrumen penilaian untuk menilai kelayakan dan keandalan 6

model bahan ajar yang telah disusun, Ujicoba model dinilai dan diterapkan kesesuaiannya oleh satuan pendidikan dengan berbagai karakteristik siswa, budaya, kondisi sosial ekonomi, kondisi geografis dan demografis, Penelaahan dan Perbaikan model berdasarkan hasil review dan ujicoba serta penyusunan laporan. Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan efektif, maka rincian keluaran dari kegiatan ini adalah satu naskah desain, satu naskah kerangka dan draft model bahan ajar, satu draft penyempurnaan oleh berbagai nara sumber dan praktisi, satu naskah instrumen penilaian bahan ajar, hasil analisis ujicoba model, satu model bahan ajar final, serta satu laporan pelaksanaan kegiatan. b. Volume dan satuan ukur Kegiatan ini akan menghasilkan satu naskah model bahan ajar suatu bahan kajian/mata pelajaran pada satuan pendidikan setingkat PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus atau pendidikan kejuruan, yang sesuai Standar Nasional Pendidikan dan fleksibel untuk diadopsi, diadaptasi atau menjadi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar mandiri sesuai kondisi dan kebutuhan. 7

Bab II KAJIAN TEORI a. Dasar Hukum 1. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 3. Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 4. Peraturan Presiden No. 18 tahun 2007 tentang Rencana Kerja Pemerintah 5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 7. Peraturan Mendiknas No. 32 tahun 2005 tentang Renstra Depdiknas tahun 2005 2009 8. Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 9. Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 10. Peraturan Mendiknas No. 24 tahnun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 tahun 2007 11. Peraturan Mendiknas No. 40 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas 12. Peraturan Mendiknas No. 37 tahun 2007 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di lingkungan Balitbang Depdiknas 13. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP b. Landasan Teoritis Pendidikan bagi peserta didik tunarungu dikembangkan dengan basis kompetensi penguasaan bahasa dan komunikasi, hal ini akan mendasari peserta didik tunarungu 8

agar mampu mengikuti proses pembelajaran dan dapat mencerap bidang-bidang pembelajaran yang ada dalam kurikulum. Kondisi demikian dimungkinkan bila peserta didik tunarungu memiliki kecukupan bahasa dan keterampilan berkomunikasi. Komunikasi dimaksud mencakup komunikasi verbal dan non verbal, baik ekspresif maupun reseptif. Untuk itu pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama diperlukan dalam pendidikan anak tunarungu. Pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) telah dimasukkan ke dalam kurikulum Satuan Pendidikan Khusus untuk peserta didik tunarungu sejak tahun 1984 sebagai program khusus yang wajib diikuti oleh peserta didik dari taman kanak-kanak luar biasa sampai dengan sekolah menengah pertama luar biasa. Bahkan jika ada Satuan Pendidikan Khusus yang telah menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini, BKPBI harus segera dilaksanakan juga. Gagasan pemanfaatan sisa pendengaran melalui BKPBI ini, dilandasi oleh pandangan para ahli pendidikan luar biasa yang mengemukakan pendapat, bahwa "Penyelenggaraan pelayanan pendidikan untuk peserta didik berkelainan tidak boleh menitikberatkan pada ketidakmampuannya, tetapi harus memperhitungkan kemampuan yang masih mungkin dikembangkan." Pernyataan dimaksud menekankan adanya kemampuan menghayati bunyi atau kemampuan memanfaatkan sisa pendengaran yang masih dimilikinya dengan menggunakan alat bantu mendengar (ABM) atau tanpa ABM. Pengembangan pembelajaran BKPBI untuk peserta didik tunarungu di sekolah sangat diperlukan, terutama terkait dengan beberapa pemikiran, yaitu : 1. Peserta didik yang tergolong kurang pendengaran, indera pendengarannya sangat mungkin dikembangkan, untuk membantu menangkap pembicaraan di lingkungannya. Sedangkan untuk peserta didik tunarungu yang tergolong berat hingga total, bukan pendengarannya yang berperan penting, tetapi perasaan vibrasinya akan mampu menangkap getaran-getaran di dalam rongga-rongga tubuhnya dan kemudian menghantarkannya ke pusat pendengaran di otak. 2. Dari berbagai macam kegiatan manusia, "wicara" ternyata paling berirama, dan paling diwarnai oleh nada-nada, atau mengandung lagu. Musik dan bahasa memiliki banyak sekali kesamaan. Oleh karena irama dapat dilatih tanpa menggunakan pendengaran, maka pelajaran BPBI dan Irama tidak mustahil diberikan juga pada peserta didik tunarungu yang tergolong berat hingga total sekalipun, sekurang-kurangnya pada tahap deteksi hingga diskriminasi bunyi. 9

3. Dengan mengikuti program khusus BKPBI secara intensif, terprogram dan berkesinambungan, peserta didik tunarungu yang tergolong ringan dan berat dimungkinkan mampu berbicara secara berirama. Hal ini penting sekali artinya sebab irama bahasa akan menunjang daya ingatan anak, selanjutnya daya ingatan akan besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan bahasanya, dan akhirnya kemampuan berbahasa peserta didik akan membantu pula dalam memperoleh pengetahuan umum lainnya. Pengertian (IDEA): Memiliki gangguan pendengaran baik yang pemanen maupun tidak permanen. Tingkat Gangguan (IDEA): 1. Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB) 2. Gangguan pendengaran ringan (41-55 db) 3. Gangguan pendengaran sedang (56-70dB) 4. Gangguan pendengaran berat (71dB-90dB) 5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91 db) Karakteristik: 1. Tidak menyadari adanya bunyi jika tidak melihat ke sumber suara atau tidak ada getaran 2. Terlihat mendekatkan telinga pada sumber bunyi 3. Telinga mengeluarkan cairan 4. Berbicara keras dan tidak jelas 5. Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat 6. Cenderung menggunakan mimik atau gerakan (tangan dan tubuh) untuk berkomunikasi 7. Cenderung pemata (mendapatkan informasi dengan melihat langsung) Cara membantu: 1. Gunakan gambar dalam memperkenalkan kata/konsep baru 2. Bicara berhadapan agar gerak bibir dan mimik terlihat 3. Bicara pelan dengan artikulasi yang jelas 10

4. Gunakan pena dan kertas 5. Untuk berkomunikasi, gunakan komunikasi/ kontak non verbal dan gunakan bahasa isyarat 11

Bab III METODOLOGI 1. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Cara Pelaksanaan Kegiatan a. Metode Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk workshop meliputi pengkajian konsep/pustaka dan kebutuhan kegiatan, ekspose/pemaparan, diskusi fokus, kerja individu, dan kerja kelompok, serta praktek langsung pengembangan bahan ajar dalam bentuk pembelajaran dan penilaian. b. Tahapan pelaksanaan Untuk mencapai keluaran dan indikator keluaran seperti yang diharapkan, secara rinci, kegatan ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut: (1) Penyusunan desain Kegiatan Kegiatan ini mencakup rancangan kegiatan, identifikasi berbagai karakteristik satuan pendidikan, peserta didik, dan daerahnya berdasarkan status sosial ekonomi, kemampuan dan potensinya, kebutuhan dan ciri-ciri atau karakteristik khas lainnya, untuk menetapkan fokus bahan ajar dan jumlah sasaran kegiatan. Melibatkan tim kegiatan, peserta dan nara sumber profesional untuk membantu menghasilkan desain operasional dan sesuai fokus kegiatan untuk mendapatkan model bahan ajar yang ideal sesuai kondisi, potensi, kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan Dalam desain juga diidentifikasi praktik penerapan sebenarnya pada tingkat satuan pendidikan sehingga dapat diperoleh data dan informasi kelebihan, kekurangan, permasalahan penggunaan dan pengembangan bahan ajar atau peluang yang dapat dimanfaatkan satuan pendidikan. (2) Penyusunan Kerangka dan Pengembangan Model Bahan Ajar 12

Kegiatan menyusun kerangka model yang berupa sistematika atau silabi naskah model, silabus mata pelajaran atau bahan ajar, diperlukan pada setiap tahap awal pengembangan model, yang juga digunakan sebagai panduan dalam menyelesaikan model.pengembangan model merupakan tahapan utama dalam penyusunan model bahan ajar atau pengembangan sarana pendukung pembelajaran yang diperlukan secara keseluruhan. Kualitas dan volume dalam kegiatan ini ditentukan oleh kuantitas dan kedalaman beban kompetensi dalam Standar Isi dan SKL. Kegiatan diselenggarakan melibatkan tim kegiatan dan nara sumber. Hasil kegiatan berupa naskah model bahan ajar. (3) Review Model Bahan Ajar Draft awal naskah perlu direview kembali untuk dikaji, ditelaah dan disempurnakan agar lebih sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan karakteristiknya. Kegiatan ini melibatkan tim kegiatan, peserta dan nara sumber (4) Penyusunan Instrumen Penilaian Model bahan ajar merupakan model yang akan dijadikan acuan satuan pendidikan (sekolah) dalam menyusun kurikulum, silabus dan sarana pembelajaran dan juga mungkin akan diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan. Sehingga model ini harus memenuhi kualitas dan fleksibel digunakan sebagai referensi oleh satuan pendidikan yang beragam kondisi, kebutuhan dan karakteristiknya secara meluas. Model ini perlu dikaji, diuji kelayakannya oleh berbagai stakeholder, terutama yang akan menggunakan model ini. Untuk itu perlu dikembangkan instrumen penilaian atau instrumen pengkajian untuk dikaji berbagai pihak agar sesuai dengan karakteristik setiap model kurikulum, silabus mata pelajaran atau sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan. (5) Ujicoba Model Bahan Ajar Model bahan ajar merupakan model yang akan dijadikan acuan satuan pendidikan (sekolah) dalam melaksanakan pembelajaran sehingga memungkinkan 13

untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan. Sehingga model ini harus memenuhi kualitas dan fleksibel digunakan sebagai referensi oleh satuan pendidikan yang beragam kondisi, kebutuhan dan karakteristiknya secara meluas. Model ini perlu dikaji, diuji kelayakannya oleh berbagai stakeholder, terutama yang akan menggunakan model ini. Untuk itu perlu dikaji dan diujicoba sesuai dengan karakteristik setiap model kurikulum, silabus mata pelajaran atau sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan. Langkah ujicoba model diperlukan untuk mendapatkan data, informasi dan masukan mengenai kelayakan model. Masukan hendaknya mewakili sebagian besar pengguna yang akan menggunakan model ini dari segi kondisi budaya, sosial ekonomi sekolah dan daerah, kebutuhan maupun ciri khas setiap sekolah. Ujicoba model di selenggarakan di daerah yang mewakili berbagai unsur pengguna bahan ajar, kondisi daerah, dan karakteristik lainnya. Hasil langkah kegiatan ini berupa masukan-masukan yang berkenaan dengan kelayakan implementasi model. (6) Penelaahan dan Perbaikan model Bahan Ajar Hasil pengembangan model tentu perlu telaah secara kualitatif maupun kuantitatif. Fokus penelaahan ditekankan, terutama untuk mendapatkan data penyempurnaan model agar lebih praktis, layak digunakan sebagai referensi bagi satuan pendidikan. Revisi model dilakukan untuk mengakomodasi masukanmasukan dari stakeholder dengan menggunakan kriteria yang dihasilkan berdasarkan analisis hasil pengembangan model. Kegiatan diselenggarakan dengan melibatkan peserta setempat, tim kegiatan dan nara sumber. Hasil langkah kegiatan ini berupa Naskal model yang sudah ditelaah dan diperbaiki sehingga layak untuk didiseminasikan dan diimplementasikan. (7) Penyusunan Laporan Laporan pengembangan model mencakup deskripsi dari tahap identifikasi sampai diperoleh model yang telah disempurnakan. Hasil langkah kegiatan ini berupa naskah laporan penyusunan model bahan ajar beserta lampirannya. 14

2. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Penyusunan desain, Penyusunan instrumen penilaian dan Penyusunan Laporan dilaksanakan di kantor. Kegiatan Penyusunan kerangka dan Pengembangan model, Review Model, Penelaahan dan Perbaikan model dilaksanakan di Bogor berupa konsinyering, workshop, dan praktek penerapan model. Kegiatan Ujicoba model dilakukan di provinsi/kabupaten/kota. Setiap tahapan langkah model selalu diakhiri dengan analisis oleh tim kegiatan sebagai bahan untuk memasuki tahapan berikutnya. Hal ini dilakukan agar lebih fokus, menggunakan waktu secara maksimal, hasilnya andal dan diterapkan langsung di daerah. 3. Pelaksana dan Penanggung Jawab a. Pelaksana Kegiatan pada setiap langkah kegiatan adalah sebagai berikut. 1) Penyusunan desain melibatkan peserta dan nara sumber 2) Penyusunan kerangka dan Pengembangan model Bahan Ajar melibatkan peserta dan narasumber 3) Review Model Bahan Ajar melibatkan peserta dan nara sumber 4) Penyusunan Instrumen Penilaian melibatkan peserta dan narasumber 5) Ujicoba model Bahan Ajar melibatkan tim Pusat dan peserta daerah 6) Penelaahan dan Perbaikan model Bahan Ajar melibatkan peserta dan nara sumber 7) Penyusunan laporan dilaksanakan oleh tim kegiatan b. Penanggung Jawab adalah Kepala Pusat Kurikulum c. Penerima manfaat Penerima manfaat dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah: 1) meningkatnya kemampuan profesional pengembang kurikulum Pusat dalam pengembangan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran 2) meningkatnya kemampuan profesional pengembang kurikulum satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan dalam pengembangan sarana dan 15

prasarana pendukung pembelajaran sehingga dapat mengembangkan bahan ajar secara mandiri dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan serta sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. 3) Orangtua dan stakeholders pendidikan yang terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi hasil belajar siswa sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. d. Unsur atau instansi yang terlibat 1) Pusat Kurikulum 2) Perguruan Tinggi 3) Direktorat 4) Satuan pendidikan 5) Unsur lain terkait 4. Jadwal Kegiatan a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 8 bulan mulai Februari s.d September 2010 b. Matriks pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut. NO KEGIATAN 1 Penyusunan desain 2 Penyusunan Kerangka dan Pengembangan model 3 Review model 4 Penyusunan Instrumen Penilaian 5 Ujicoba Model 6 Penelaahan dan Perbaikan Model 7 Penyusunan Laporan BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 16

5. Biaya Total biaya untuk kegiatan pengembangan model bahan ajar satuan pendidikan dengan hasil 1 naskah model bahan ajar untuk satuan pendidikan sesuai RAB terlampir. 17