KARAKTERISASI DUA PULUH PADI (Oryza sativa. L.) LOKAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting karena menghasilkan beras yang menjadi sumber bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Lampiran I. Lay Out Peneltian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 2 SEPTEMBER 2015 ISSN

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

II. TINJAUAN PUSTAKA

Keywords : color of black rice, local variety, Sleman, Bantul, Magelang

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

TINJUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI PASMA NUTFAH PADI BERAS MERAH DI KABUPATEN SOLOK DAN KABUPATEN SOLOK SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

STADIA PERTUMBUHAN TETUA PADI HIBRIDA UNTUK SINKRONISASI PEMBUNGAAN DAN DALAM RANGKA MEMAKSIMUMKAN PRODUKSI BENIH HIBRIDA MAPAN P 02

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

KAJIAN MORFOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIBOGO HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 3

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Sumber : Nurman S.P. (

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Vegetalika (4): 55-70

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

KEKERABATAN KULTIVAR PADI LOKAL JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI DAN MORFOLOGI

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

Hampir seluruh penelitian yang menyangkut perakitan varietas unggul

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

Transkripsi:

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 29 KARAKTERISASI DUA PULUH PADI (Oryza sativa. L.) LOKAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA CHARACTERIZATION OF TWENTY LOCAL RICE (Oryza Sativa L.) IN YOGYAKARTA SPECIAL REGION Adik Supriyanti 1, Supriyanta 2, Kristamtini 3 INTISARI Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman penting karena merupakan sumber makanan pokok untuk sebagian besar manusia. Kualitas dan kuantitas hasil tanaman padi penting untuk terus ditingkatkan demi memenuhi kebutuhan pangan. Proses pemuliaan tanaman memerlukan informasi dari tetua yang akan digunakan. Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui deskripsi atau karakter yang dimiliki oleh suatu tanaman. Informasi keragaman genetik diperlukan dalam proses pemuliaan tanaman. Informasi tentang karakter suatu tanaman sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki serta menghilangkan karakter yang tidak diinginkan dengan tujuan perbaikan varietas. Di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak kultivar padi lokal yang perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui karakter dan potensi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter morfologi dua puluh kultivar padi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kultivar- kultivar tersebut diidentifikasi berdasar sifat morfologinya. Karakter yang diamati yaitu tinggi tanaman, warna telinga daun, bentuk dan warna lidah daun, warna helaian daun, warna pelepah daun, warna ruas dan buku batang, sudut batang, tinggi batang, tipe malai, keluarnya malai, cabang malai sekunder, warna kepala putik, jumlah dan berat gabah isi per malai, fertilitas gabah, kerontokan, bentuk dan warna gabah, bobot 100 butir dan bentuk dan warna beras. Data hasil pengamatan karakter morfologi dianalisis gerombol meggunakan SAS sehingga diperoleh dendogram. Berdasarkan hasil analisis, umur tanaman dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama (116-120 hari) yaitu Andel hitam 1, Sentani, Cempo merah, Mariti merah, Hitam mujiono, Merah pepen, Segreng, da Andel merah. Kelompok kedua (121-130 hari) yaitu Rojolele, Mandala, Rojolele Gebyok, Jepang, Padi hitam batul da Mentik wangi. Kelompok ketiga (131-140 hari) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Mutiara, Hoing batag biru, Sedani dan Cempo kenaga. Dari hasil analisis Bobot gabah isi per rumpun didapatkan 4 kelompok. Kelompok pertama yaitu ( 50 gram per rumpun) yaitu Hitam Mujiono, Mandala, Sentani, Cempo kenanga, Mariti merah, Andel Hitam 1, dan Sedani. Kelompok kedua (51-60 gram per rumpun) yaitu Merah pepen, Rojolele gebyok, Padi hitam Bantul, Andel merah, Jepang, Mentik Wangi dan Ho-ing batang biru. Kelompok ketiga (61-90 gram per rumpun) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Rojolele, Segreng dan Cempo merah. Kelompok keempat (> 90 gram per rumpun) yaitu Mutiara. Kata kunci: Oryza sativa, karakterisasi, padi lokal, kultivar, karakter morfologi. 1) 2) 3) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Peneliti BPTP Yogyakarta

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 30 ABSTRACT Rice (Oryza sativa L.) is an important staple food for human. The characters of rice need to improve qualitatively and quantitatively through plant breeding in order to fulfill the food needs. This characterization aims to determine the characters of a plant. The information of genetic germplasm is needed for plant breeding. The information of a plant is needed to exploit its potential and eliminate unwanted characters. There are a lot of local rice cultivars that need to be identified in Yogyakarta Special Region. This research aims to determine the morphological characters of twenty local rice cultivars in Yogyakarta Special Region. Cultivars were identified based on the observation of morphological characters include plant height, the color of uricle, the shape and color of ligula, the color of leaf blade, the color leaf sheath, the color of steam, angle stem, stem height, panicle type, panicle branch, the color of stigma, fertility of dehall rice, loss of dehall rice, the shape and color of dehall rice, weight of 100 dehall rice and the shape and the color of rice. The observation data was analyzed by hierarchical cluster. The result of cluster analysis based on harvesting time can be divided into three groups, the first group (116-120 days), namely Andel hitam 1, Sentani, Cempo merah, Mariti merah, Hitam mujiono, Merah pepen, Segreng, and Andel merah. The second group (121-130 days), namely Rojolele, Mandala, Rojolele Gebyok, Jepang, Padi hitam bantul, and Mentik wangi, and the third group (131-140 days), namely Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Mutiara, Hoing batang biru, Sedani dan Cempo kenanga. The results of analysis based on filled grain weights per clump can be divided into 4 groups. The first group ( 50 grams per clump), namely Hitam mujiono, Mandala, Sentani, Cempo kenanga, Mariti merah, Andel hitam 1, and Sedani. The second group (51-60 grams per clump), namely Merah pepen, Rojolele Gebyok, Padi hitam bantul, Andel merah, Jepang, Mentik wangi, and Ho-ing batang biru. The third group (61-90 grams per clump), namely Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Rojolele, Segreng, and Cempo merah. The fourth group (> 90 grams per clump) is mutiara. Keywords: Oryza sativa, characterization, local rice, cultivars, morphological characters. PENDAHULUAN Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting karena menghasilkan beras yang menjadi sumber bahan makanan pokok, seperti di Indonesia padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Konsumsi beras di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 139 kg/ kapita/ tahun dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton (BPS, 2011). Penggunaan varietas baru pada pertanian komersial menggantikan kultivar tradisional mengakibatkan berkurangnya keragaman genetik kultivar lokal, sehingga informasi penting seperti produksi hasil berbagai kultivar juga

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 31 menghilang. Peningkatan keragaman genetik merupakan hal yang penting karena dapat meningkatkan kesempatan untuk pengembangan spesies lebih lanjut, karena itu untuk mengatasi hilangnya keragaman genetik perlu adanya suatu metode yang tepat agar tidak terjadi kehilangan maupun penurunan keragaman genetik pada tanaman. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan pengumpulan plasma nutfah dan data koleksi (Situmeang, 2013). Karakterisasi yaitu proses pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui karakter yang dimiliki suatu tanaman. Pendataan tentang kultivar tersebut sangat penting untuk mendapatkan berbagai informasi sehingga perlu dilakukannya karakterisasi agar diketahui deskripsi tentang kultivar tersebut. Deskripsi tentang suatu kultivar dapat mempermudah untuk mengetahui informasi apabila suatu kultivar tersebut akan digunakan sebagai sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan lapangan mulai bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta. Bahan yang digunakan yaitu 20 kultivar padi lokal yang merupakan koleksi dari BPTP Yogyakarta, plastik, kertas label, kertas buram, tanah, dan pupuk. Alat yang digunakan adalah cangkul, alat tulis, kamera, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, busur, kaca pembesar, gembor untuk menyiram, dan pot (ember). Kultivar yag digunakan yaitu Hitam mujiono (HM), Segreng (SG), Rojolele genjah (RLG), Sedani (SD), Rojolele (RL), Mariti merah (MM), Mandala (MD), Jepang (JP), Merah pepen (MP), Ho-ing batag biru (HBB), Ho-ig inbuh (HI), Padi hitam batul (PHB), Mutiara (MT), Metik wangi (MW), Cempo merah (CM), Andel hitam 1 (AH1), Rojolele gebyok (RGB), Cempo kenanga (CK), Sentani (ST), Andel merah (AM). Tatalaksana penelitiannya yaitu Pemilihan benih, benih yang dipilih adalah 20 benih bernas. Perendaman benih, benih direndam selama 24 jam. Perlakuan benih, benih diperlakuka dengan direndam meggunakan air hangat (40-50 0 C) selama 15 menit. Pemeraman benih, benih diperam selama 20 jam. Persemaian, benih disemai di bak perkecambahan di dalam sungkup. Persiapan

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 32 media tanam, media menggunakan tanah sawah dan pupuk kandang dengan perbandigan 1:3. Pindah tanam, dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah semai. Perawatan: Penyiraman pegendalian gulma, pemupukan (dilakukan sesuai kebutuhan), Penyulaman (dilakukan sampai umur 1 minggu setelah tanam), Pemasangan jarring (dilakukan saat malai mulai muncul). Panen,dilakukan saat tanaman mulai menguning dan kering. Karakter yang diamati: tinggi tanaman, warna lidah daun dan bentuk lidah daun, warna leher daun, warna telinga daun, warna helaian daun, warna pelepah daun, Kemampuan beranak, permukaan daun, sudut daun bendera, warna kepala putik, umur berbunga, Panjang daun, lebar daun, jumlah anakan, keluarnya malai, warna buku batang, sudut batang, warna ruas batang, bulu ujung gabah, warna bulu ujung gabah, panjang bulu, tinggi tanaman generatif, panjang malai, tipe malai, cabang malai sekunder, panjang batang, kerontokan, jumlah dan berat gabah isi per malai, fertilitas gabah, umur tanaman, panjang dan lebar gabah, bentuk gabah, warna gabah, panjang dan lebar beras pecah kulit, bentuk beras pecah kulit, warna beras, bobot 100 butir. Karakter- karakter tersebut dapat diamati pada beberapa fase pertumbuhan tanaman padi (Komnas plasma nutfah., 2003): Tabel 2. Waktu Pengamatan Fase Pertumbuhan Karakter yang Diamati Perkecambahan : Tidak ada pengamatan Bibit : Tinggi tanaman Anakan : warna lidah daun bentuk lidah daun Pemanjangan batang : warna leher daun, warna telinga daun, warna helaian daun Bunting : Warna pelepah daun Keluarnya malai : Kemampuan beranak, permukaan daun, sudut daun bendera, Pembungaan : warna kepala putik, umur berbunga Gabah matang susu : Panjang daun, lebar daun, jumlah anakan, Gabah 1/2 matang : Keluarnya malai, warna buku batang, sudut batang, warna ruas batang, bulu ujung gabah, warna bulu ujung gabah, panjang bulu Gabah matang penuh : Tinggi tanaman generatif, Panjang malai, tipe malai, cabang malai sekunder Panjang batang, Kerontokan, jumlah dan berat gabah isi per malai, fertilitas gabah, umur tanaman, panjang dan lebar gabah, bentuk gabah, warna gabah, panjang dan lebar beras pecah kulit, bentuk beras pecah kulit, warna beras, bobot 100 butir.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 33 Keterangan (Sudarmo, 1991) : 1. Perkecambahan: dari perkecambahan sampai timbulnya daun pertama, biasanya memakan waktu sekitar 3 hari. 2. Bibit: stadia ini lepas dari terbentuknya daun pertama sampai terbentuk anakan pertama, lamanya sekitar 3 minggu, atau sampai pada umur 24 hari. 3. Anakan: ketika jumlah anakan semakin bertambah sampai batas maksimum, lamanya sampai 2 minggu, atau saat padi berumur 40 hari. 4. Pemanjangan batang: lamanya sekitar 10 hari, yaitu sampai terbentuknya bulir, saat padi berumur 52 hari. 5. Bunting: stadia saat mulai terbentuknya bulir dan perkembangan bulir, lamanya sekitar 24 hari, saat padi sampai berumur 72 hari. 6. Keluarnya malai (Heading): Ditandai dengan munculnya malai dari pelepah daun bendera. Terjadi selama 10-14 hari. Fase ini diartikan sama dengan pembungaan ditinjau dari segi hari kalender karena setelah malai muncul langsung terjadi pembungaan. 7. Pembungaan: lamanya 10 hari, saat mulai muncul bunga, polinasi, dan fertilisasi. 8. Fase matang susu: stadia biji berisi cairan menyerupai susu, bulir kelihatan berwarna hijau, lamanya sekitar 2 minggu, yaitu padi berumur 94 hari. 9. Fase pengisian/ gabah ½ matang: ketika biji yang lembek mulai mengeras dan berwarna kuning, sehingga seluruh pertanaman kelihatan kekuningkuningan. Lama stadia ini sekitar 2 minggu, saat tanaman berumur 102 hari. 10. Pematangan/ gabah matang penuh: biji berukuran sempurna, keras dan berwarna kuning, bulir mulai merunduk, lama stadia ini sekitar 2 minggu, sampai padi berumur 116 hari. Analisis gerombol (cluster hierarchical) dilakukan terhadap data hasil pengamatan dengan bantuan software SAS versi 9.1. Data yang didapatkan dari pengamatan distandarisasi terlebih dahulu karena satuan data tidak sama. Rumus yang digunakan adalah =STANDARDIZE (x, mean, standard_dev). Dari hasil analisis akan didapatkan dendogram yang dapat membantu dalam pengelompokan berdasarkan karakter yang diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis bagian vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman, warna leher daun, warna telinga daun, warna helaian daun, warna lidah daun, bentuk lidah daun, warna pelepah daun, permukaan daun, sudut daun bendera, tinggi batang, warna ruas batang, warna buku batang, panjang daun, lebar daun, sudut batang, jumlah anakan dan kemampuan beranak dibuat dalam sebuah dendogram (Gambar 1). Dari hasil analisis data bagian vegetatif tanaman dua puluh padi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibagi menjadi tiga

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 34 kelompok pada jarak 6. Kelompok pertama yaitu kultivar Rojolele Genjah, kultivar Ho-ing Inbuh, kultivar Rojolele, kultivar Sedani, kultivar Mutiara, kultivar Mandala, kultivar Jepang, kultivar Mentik Wangi, kultivar Rojolele Gebyok, kultivar Padi Hitam Bantul, kultivar Cempo Kenanga, kultivar Merah Pepen, kultivar Cempo Merah, kultivar Andel Merah, kultivar Sentani, kultivar Mariti Merah, dan kultivar Segreng. Kelompok dua yaitu kultivar Andel Hitam 1 dan kultivar Hitam Mujiono. Kelompok ketiga yaitu kultivar Ho-ing Batang Biru. Gambar 1. Hasil analisis bagian vegetatif Berdasarkan tinggi tanaman, 20 kultivar yang diamati dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sedang (100-130 cm) dan tinggi (> 130 cm). Rojolele gebyok, Cempo kenanga, Rojolele genjah, Hitam mujiono, Ho-ing batang biru, Mutiara dan Cempo merah termasuk tipe tinggi, sedangkan tipe sedang yaitu Mariti merah, Segreng, Merah pepen, Ho-ig Inbuh, Metik wangi, Rojolele, Jepang, Andel hitam 1, Andel merah, Sentani, Sedani, Mandala dan Padi hitam Bantul.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 35 Tabel 1. Tinggi tanaman generatif, umur tanaman, umur berbunga, dan warna kepala putik. Nama Kultivar Tinggi Tanaman Generatif (cm) Umur Tanaman (hss) Umur Berbunga (hss) Warna Kepala Putik Rojo Lele Gebyok 141,50 123 88 Putih Cempo Kenanga 163,33 138 103 Putih Mariti Merah 117,67 118 83 Ungu Segreng 116,67 120 85 Ungu Rojolele Genjah 139,83 134 99 Putih Hitam Mujiono 148,83 118 83 Putih Merah Pepen 111,00 120 85 Ungu Ho-Ing Batang Biru 160,67 134 99 Ungu Ho-Ing Inbuh 119,83 134 99 Putih Mentik Wangi 119,83 123 88 Putih Rojolele 119,50 128 93 Putih Mutiara 132,00 134 99 Putih Jepang 118,50 123 88 Putih Cempo Merah 135,83 116 81 Ungu Andel Hitam 1 116,00 116 81 Putih Andel Merah 119,67 120 85 Ungu Sentani 122,50 116 81 Putih Sedani 122,00 136 101 Putih Mandala 115,50 123 88 Putih Padi Hitam Bantul 115,33 123 88 Putih Umur berbunga dan umur tanaman dihitung dari semai. Umur berbunga dihitung saat 80% tanaman sampel sudah menghasilkan malai-malainya sudah keluar. Kultivar yang memiliki umur berbunga pendek yaitu Cempo merah, Andel hitam 1 dan Sentani, sedangkan yang terpanjang yaitu Cempo Kenanga. Umur tanaman atau umur panen bisa diperkirakan sejak tanaman berbunga. Biasanya padi dapat dipanen 35 hari setelah berbunga. Umur panen merupakan salah satu karakter yang diperhitungkan oleh petani. Umur yang pendek lebih disukai karena panen bisa lebih cepat, dengan panen yang lebih cepat periode panen juga dapat ditingkatkan. Dari 20 kultivar yang diamati Andel hitam 1, Sentani dan Cempo merah memiliki umur panen pendek yaitu 116 hari sedangkan yang memiliki umur panen paling panjang adalah Cempo kenanga 138 hari.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 36 Gambar 2. Umur Tanaman Hasil analisis gerombol untuk umur tanaman dibuat dendogram (Gambar 2). Umur tanaman dapat dibagi menjadi 3 kelompok pada jarak 6, kelompok pertama (116-120 hari) yaitu Andel hitam 1, Sentani, Cempo merah, Mariti merah, Hitam mujiono, Merah pepen, Segreng, dan Andel merah. Kelompok kedua (121-130 hari) yaitu Rojolele, Mandala, Rojolele Gebyok, Jepang, Padi hitam bantul, dan Mentik wangi, Kelompok ketiga (131-140 hari) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Mutiara, Hoing batang biru, Sedani dan Cempo kenanga. Bobot gabah isi per malai dan jumlah gabah isi per malai dapat digunakan untuk memperkirakan berat gabah yang dihasilkan. Apabila bobot gabah isi per malai semakin tinggi maka semakin bagus karena gabah yang dihasilkan juga semakin banyak. Dari 20 kultivar yang diamati yang memiliki bobot gabah isi per malai paling rendah Sedani, sedangkan Mutiara memiliki bobot gabah isi permalai tinggi. Penimbangan berat gabah seharusnya dilakukan pada kondisi gabah kering simpan yaitu gabah dengan kadar air 13 %. Pada penelitian ini pengukuran kadar air tidak dilakukan. Berikut ini merupakan hasil pengamatan bobot dan jumlah gabah isi per malai dan bobot gabah isi per rumpun:

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 37 Tabel 2. Bobot gabah isi per malai, Jumlah gabah isi permalai dan bobot gabah isi per rumpun. Nama Kultivar Bobot Gabah Bobot gabah isi Jumlah Gabah Isi Per Malai per rumpun Isi Per Malai (gram) (gram) Rojo Lele Gebyok 2,79 121 56,72 Cempo kenanga 3,58 168 46,28 Mariti Merah 3,76 159 43,24 Segreng 3,26 145 67,91 Rojolele Genjah 3,53 150 72,37 Hitam Mujiono 3,01 123 50,18 Merah Pepen 3,01 125 56,58 Ho-Ing Batang Biru 2,82 125 60,07 Ho-Ing Inbuh 3,25 126 75,82 Mentik Wangi 3,18 111 63,06 Rojolele 3,65 137 67,57 Mutiara 4,73 224 93,79 Jepang 3,09 116 63,35 Cempo Merah 3,58 141 81,16 Andel Hitam 1 2,80 110 43,88 Andel Merah 2,74 115 57,07 Sentani 3,83 145 48,14 Sedani 2,43 93 38,88 Mandala 2,57 104 51,84 Padi Hitam Bantul 3,77 131 56,55 Bobot gabah isi per rumpun tidak dilakukan pengamatan secara langsung. Bobot ini diperoleh dengan mengalikan jumlah anakan dan bobot gabah isi per malai. Bobot ini dapat untuk memperkirakan hasil yang bisa didapatkan. Bobot gabah isi per rumpu tertinggi yaitu mutiara 93,79 gram dan yang teredah yaitu Sedani 38,88 gram. Hasil analisis gerombol untuk berat gabah isi per rumpun dibuat dendogram (Gambar 3). Bobot gabah isi perumpun dapat digunakan untuk mengetahui perkiraan hasil yang bisa didapatkan dalam satuan luas. Hasil panen dari padi sangat diperhitungkan dalam pemilihan kultivar yang akan digunakan sebagai bahan tanam. Kultivar dengan hasil yang tinggi akan banyak dipilih oleh petani karena semakin tinggi hasil suatu kultivar akan semakin menguntungkan bagi petani. Dari dendogram 3 didapatkan 4 kelompok pada jarak 12,5. Kelompok pertama yaitu ( 50 gram per rumpun) Hitam mujiono, Mandala, Sentani, Cempo kenanga, Mariti merah, Andel hitam 1, dan Sedani. Kelompok kedua (51-60 gram per rumpun) Merah pepen, Rojolele Gebyok, Padi hitam

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 38 bantul, Andel merah, Jepang, Mentik wangi, dan Ho-ing batang biru. Kelompok ketiga (61-90 gram per rumpun) Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Rojolele, Segreng, dan Cempo merah. Kelompok keempat (> 90 gram per rumpun) yaitu mutiara. Mutiara memiliki jarak terpanjang dengan yang lainnya karena bobot gabah isi per rumpunnya tinggi. Gambar 3. Analisis Bobot gabah isi per rumpun Dari hasil analisis bagian generatif tanaman dua puluh kultivar lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pada jarak 7 (Gambar 4). Kelompok pertama kultivar Hitam mujiono, kultivar Andel hitam 1, kultivar Rojolele genjah, kultivar Rojolele, kultivar Mentik wangi, kultivar Ho-ing inbuh, kultivar jepang, kultivar Mariti merah, kultivar Ho-ing batang biru, kultivar Sentani, kultivar Padi hitam bantul, kultivar Merah pepen, kultivar Andel merah, kultivar Cempo merah, kultivar Segreng, dan kultivar Cempo Kenanga. Kelompok kedua yaitu kultivar Mandala, Sedani dan kultivar Rojolele gebyok. Kelompok ketiga yaitu kultivar Mutiara.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 39 Gambar 4. Analisis Bagian Generatif Gambar 5. Hasil analisis bagian vegetatif dan generatif Hasil karakterisasi bagian vegetatif dan generatif tanaman kemudian digabungkan dan dianalisis gerombol. Dendogram 5 merupakan hasil analisis gerombol gabungan antara hasil pengamatan bagian vegetatif dan generatif tanaman. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa Jepang dan mentik wangi memiliki kemiripan paling dekat. Ho-ing batang biru memiliki kemiripan paling jauh dengan yang lainnya (Gambar 5) karena memiliki sedikit karakter yang sama dengan kultivar lainnya. Kultivar ini memiliki beberapa kesamaan karakter dengan andel hitam 1 dan Hitam mujiono.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 40 Pengamatan morfologi yang dilakukan terhadap beberapa karakter padi baik bagian vegetatif maupun generatif tanaman dapat digunakan sebagai acuan pengelompokan kultivar-kultivar padi. Dari Gambar 5, dua puluh kultivar padi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai bahan percobaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pada jarak 10. Kelompok pertama yaitu kultivar Rojolele genjah, kultivar Rojolele, kultivar Mentik wangi, kultivar Jepang, kultivar Cempo Kenanga, kultivar Ho-ing inbuh, kultivar Sentani, kultivar Padi hitam bantul, kultivar Mariti merah, kultivar Merah pepen, kultivar Andel merah, kultivar Cempo merah, kultivar Segreng, kultivar Sedani, kultivar Mandala, kultivar Rojolele gebyok, dan kultivar Mutiara. Kelompok kedua yaitu kultivar Hitam mujiono dan kultivar Andel hitam 1. Kelompok ketiga yaitu kultivar Hoi-ing batang biru. Dari pengamatan karakter-karakter morfologi yang dilakukan dapat digunakan sebagai bahan deskripsi kultivar yang dapat digunakan sebagai sumber informasi. Adanya deskripsi kultivar dapat mempermudah apabila kultivar tersebut akan digunakan sebagai bahan penelitian. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis gerombol pada umur tanaman dua puluh padi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama (116-120 hari) yaitu Andel hitam 1, Sentani, Cempo merah, Mariti merah, Hitam mujiono, Merah pepen, Segreng, da Andel merah. Kelompok kedua (121-130 hari) yaitu Rojolele, Mandala, Rojolele Gebyok, Jepang, Padi hitam batul da Mentik wangi. Kelompok ketiga (131-140 hari) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Mutiara, Ho-ing batag biru, Sedani dan Cempo kenaga (Gambar 2). 2. Berdasarkan analisis gerombol pada berat gabah isi per rumpun dua puluh padi lokal yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama yaitu ( 50 gram per rumpun) yaitu Hitam Mujiono, Mandala, Sentani, Cempo kenanga, Mariti merah, Andel Hitam 1, dan Sedani. Kelompok kedua (51-60 gram per rumpun) yaitu Merah pepen, Rojolele gebyok, Padi hitam Bantul, Andel merah, Jepang, Mentik Wangi dan Ho-ing batang biru. Kelompok ketiga (61-90 gram per rumpun) yaitu Rojolele genjah, Ho-ing inbuh, Rojolele, Segreng dan Cempo merah. Kelompok keempat (> 90 gram per rumpun) yaitu Mutiara (Gambar 3).

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 29-41 41 3. Dari karakter-karakter morfologi yang diamati didapatkan deskripsi masingmasing kultivar. Daftar Pustaka BPS. 2011. Konsumsi Beras Masyarakat Indonesia. http://bps.tnmnpgn.go.id. 17 Oktober 2014. Komnas Plasma Nutfah. 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. Situmeang, H.D. 2013. Peran Plasma Nutfah sebagai Sumber Daya Genetik dalam Mendukung Program Pemuliaan Tanaman. Makalah Publikasi Hasil Penelitian BBPPTP (Balai Besar Perbeihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan). Medan. Sudarmo, S., 1991. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.