III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

II. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

III. BAIIAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. sistem olah tanah dengan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sungkup, polibag, karet gelang, cawan petri, jarum ose, bor gabus, mikropipet, bunsen, erlenmeyer, autoklaf, panci, kompor gas, alat tulis, cangkul, sprayer, tali plastik, gelas ukur, ground cloth (kain hampar), pitfall trap, timbangan elektrik, botol film, mikroskop, kaca pembesar (lup), meteran, dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu media SDA (Sabouroud Dextrose Agar), beras, isolat jamur B. bassiana, aqua destilata steril, tissue, alkohol 70%, dan pupuk kandang.

14 3.3 Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui virulensi dari beberapa isolat jamur B. bassiana terhadap kutudaun. Isolat yang digunakan pada uji pendahuluan ini yaitu isolat jamur yang berasal dari Tegineneng, Sumber Jaya dan Trimurjo. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan setangkai tanaman kedelai terserang kutudaun pada toples yang ditutup kain kasa. Setiap perlakuan memiliki tiga ulangan. Selanjutnya disemprotkan masing-masing isolat dan diamati dari 1 7 hsa (hari setelah aplikasi) dan dihitung persentase kematian kutudaun. Parameter yang diamati yaitu jumlah dan waktu kematian kutudaun terinfeksi jamur B. bassiana. Hasil pengujian isolat yang paling efektif digunakan pada percobaan di lapang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh jamur B. bassiana isolat Tegineneng memiliki tingkat virulensi lebih tinggi dibandingkan isolat Sumber Jaya dan Trimurjo. 3.4 Metode Penelitian Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang dilakukan pada plot-plot percobaan yang masing-masing berukuran 1 m x 2 m. Terdapat enam (6) perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel 1). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

15 Tabel 1. Perlakuan Frekuensi Aplikasi B. bassiana terhadap hama A. glycines. Perlakuan F 0 F 1 F 2 F 3 F 4 F 5 Keterangan tanpa aplikasi 1 kali aplikasi B. bassiana pada 2 MST 2 kali aplikasi B. bassiana pada 2 dan 3 MST 3 kali aplikasi B. bassiana pada 2, 3, dan 4 MST 4 kali aplikasi B. bassiana pada 2, 3, 4, dan 5 MST 5 kali aplikasi B. bassiana pada 2, 3, 4, 5 dan 6 MST 3.5 Persiapan Penelitian 3.5.1 Pembuatan Media Sabouroud Dextrose Agar (SDA) Pembuatan media ini digunakan dengan mencampur bahan-bahan 40 g dextrose, 15 g agar, 5 g kasein, 10 g pepton, dalam 1 l air destilata. Bahan-bahan yang telah tercampur tersebut dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer kemudian ditutup dengan alumunium foil, dikencangkan dengan karet gelang, dan dibungkus plastik tahan panas. Erlenmeyer berisi media di sterilisasi dengan autoklaf selama 2 jam. Kemudian media tersebut diangkat dan didiamkan hingga agak dingin. Akhirnya, media yang telah siap pakai dituangkan ke masing-masing cawan petri dalam ruangan steril (laminar air flow). 3.5.2 Penyiapan Isolat B. bassiana Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, maka isolat jamur B. bassiana yang digunakan dilapang adalah isolat jamur B. bassiana yang berasal dari Tegineneng. Isolat tersebut di isolasi untuk mempertahankan isolat murni. Isolasi dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

16 Universitas Lampung dengan menggunakan media SDA (Sabouroud Dextrose Agar) kemudian dilakukan inkubasi selama 30 hari. 3.5.3 Perbanyakan B. bassiana menggunakan media beras Beras yang telah disiapkan dicuci sampai bersih, kemudian disiram dengan air mendidih. Setelah itu, beras dikukus hingga setengah matang (±15 menit), kemudian diangkat dan dikering anginkan. Setelah dingin, beras sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam plastik tahan panas. Beras tersebut disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120 0 C, tekanan 1 atm. Setelah diautoklaf, beras tersebut diangkat dan dikeringanginkan. Kemudian B. bassiana diinokulasi dan diinkubasi selama 2-3 minggu. 3.5.4 Pembuatan Formulasi Kering B. bassiana Pembuatan formulasi kering dilakukan dengan mengeringkan B. bassiana yang tumbuh pada media beras. Pengeringan dilakukan di dalam lemari pendingin selama 12 hari. Kemudian beras dihaluskan dengan cara diblender dan diayak sehingga menjadi tepung biomassa spora. Setelah itu tepung biomassa spora dicampur dengan bahan pembawa, seperti kaolin, zeolit, dan tepung jagung, yang telah disterilisasi terlebih dahulu. Komposisi tepung biomassa spora dan bahan pembawa tersebut adalah: 40 g tepung biomassa spora, 20 g kaolin, 20 g zeolit, dan 20 g tepung jagung untuk menghasilkan formulasi kering sebanyak 100 g. Pembuatan formulasi kering ini mengacu pada Punomo dkk. (2012).

17 3.5.5 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Plot Lahan yang digunakan berada di Laboratorium Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lahan diolah agar tanah menjadi gembur dan bersih dari sisa- sisa akar. Kemudian dibuat tiga blok percobaan. Masing-masing plot berukuran 1 m x 2 m dengan jarak antarplot 0,5 m (Gambar 1). Pada setiap plot percobaan terdapat 3 tanaman sampel yang ditentukan secara acak. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 1-2 hari. 15 m Gambar 1. Tata Letak Plot Percobaan pengaruh frekuensi aplikasi B. bassiana; F 0 : Kontrol; F 1 : 1 kali aplikasi B. bassiana pd 2MST; F 2 : 2 kali aplikasi B. bassiana pd 2 & 3 MST; F 3 : 3 kali aplikasi B. bassiana pd 2, 3, & 4 MST; F 4 : 4 kali aplikasi B. bassiana pd 2, 3, 4, & 5MST; F 5 : 5 kali aplikasi B. bassiana pd 2,3,4,5 dan 6 MST.

18 3.5.6 Penanaman Kedelai Penanaman dilakukan sekitar 1-2 hari setelah pengolahan tanah. Benih kedelai yang digunakan adalah varietas Dering. Penanaman benih dilakukan dengan cara tugalan, yaitu dengan membuat lubang tugal sedalam 3-4 cm lalu dimasukkan benih kedelai ke dalam tiap lubang tanaman, kemudian tutup dengan tanah halus dan tipis. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 cm x 30 cm. 3.5.7 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman berupa pemupukan, penyulaman, penyiraman, dan penyiangan gulma. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencampur rata pupuk bersama tanah sewaktu akan tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan sebanyak 75 kg untuk lahan seluas 150 m 2. Penyulaman dilakukan 5-6 hari setelah tanam apabila benih yang tidak tumbuh mencapai 10%. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap sore, sedangkan penyiangan gulma dilakukan setiap minggunya. 3.6 Pelaksanaan Penelitian Aplikasi B. bassiana Aplikasi B. bassiana dilakukan pada sore hari sesuai dengan perlakuan. Banyaknya B. bassiana yang diaplikasikan (konsentrasi) adalah dengan menyuspensikan 20 gram formualsi kering dengan air menjadi 1 liter suspensi. Volume semprot suspensi B. bassiana yang diaplikasikan adalah 70 ml/rumpun.

19 Metode aplikasi dilakukan dengan penyemprotan menggunakan sprayer. Penyemprotan dilakukan sedemikian rupa agar tanaman dapat diaplikasikan secara merata. Lama waktu semprot yang digunakan pada saat pengaplikasian di lapang adalah 20 ml/detik, sehingga setiap rumpunnya disemprot selama 3,5 detik. Lama waktu semprot diperoleh dari kalibrasi yang dilakukan sebelumnya. Perlakuan F0 atau kontrol dilakukan aplikasi tanpa B. bassiana. Perlakuan F1 dilakukan aplikasi B. bassiana sebanyak 1 kali pada 2 MST (minggu setelah tanam) saja. Perlakuan F2 dilakukan aplikasi B. bassiana sebanyak 2 kali pada 2 dan 3 MST. Perlakuan F3 dilakukan aplikasi B. bassiana sebanyak 3 kali pada 2, 3, dan 4 MST. Perlakuan F4 dilakukan aplikasi B. bassiana sebanyak 4 kali pada 2, 3, 4, dan 5 MST. Sedangkan perlakuan F5 dilakukan aplikasi B. bassiana sebanyak 5 kali pada 2, 3, 4, 5, dan 6 MST. 3.7 Teknik Pengamatan dan Pengumpulan Data Pada setiap plot percobaan ditentukan secara acak tiga (3) rumpun tanaman yang terserang kutu daun sebagai sampel pengamatan kemudian ditandai sebagai tanaman sampel (terok). Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pengamatan secara langsung, teknik ground cloth, dan teknik pitfall trap.

20 3.7.1 Data Utama 3.7.1.1 Pengamatan mortalitas kutu Aphis glycines secara langsung dan dengan teknik ground cloth Pengamatan mortalitas kutu dilakukan dengan dua metode, yaitu pengamatan secara langsung dan dengan teknik kain hampar. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan mengamati kutu A. glycines mati terinfeksi jamur B. bassiana yang menempel pada bagian batang ataupun pada daun tanaman kedelai. Kain hampar (ground cloth) yang digunakan berukuran 30 cm x 30 cm. Sebelum aplikasi, kain hampar diletakkan di tanah pada tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga 7 hari setelah aplikasi. Kain hampar diperiksa untuk dihitung jumlah kutu A. glycines yang terinfeksi dan dilakukan identifikasi di Laboratorium Hama Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.7.1.2 Pengamatan populasi Aphis glycines Pengamatan populasi kutu A. glycines secara langsung dilakukan dengan cara menghitung seluruh populasi kutu A. glycines di semua bagian tanaman kedelai. Populasi kutu A. glycines menggunakan kaca pembesar (lup) dan hand colony counter untuk mempermudah pengamatan.

21 3.7.1.3 Pengamatan organisme non-target Pengamatan organisme nontarget dilakukan dengan teknik pitfall trap. Pitfall trap terbuat dari gelas plastik berdiameter 7cm dan tingginya 10cm yang diletakkan di dalam sebuah lubang pada tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pitfall trap diletakkan dengan bagian permukaan atas setara dengan permukaan tanah. Pitfall trap tersebut diisi dengan air sabun konsentrasi 5%. Untuk menghindari air masuk, bagian atas pitfall trap dinaungi oleh plastik mika yang disangga oleh kayu sepanjang 15cm. Pemasangan pitfall trap dilakukan setelah aplikasi. Pada masing-masing plot percobaan dipasang 2 pitfall trap. Pitfall trap dipasang selama 24 jam dan dilakukan hingga 7 hari setelah aplikasi. Untuk pengamatan, pitfall trap diambil dan dibawa ke Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung untuk penghitungan dan identifikasi organisme yang terjebak di dalam pitfall trap. 3.7.2 Data Penunjang Data penunjang yang digunakan yaitu pengamatan pertumbuhan tanaman. Pengamatan dilakukan mulai 2MST. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Untuk 4-6 MST dihitung dan diamati juga jumlah bunga, jumlah polong, dan berat polong. Pada proses pasca panen dilakukan penimbangan berat basah brangkasan tanaman dan polong. Penimbangan polong yang berisi dipisahkan dengan polong hampa dan dihitung jumlahnya. Setelah itu

22 brangkasan tanaman dan polong di oven selama 48 jam pada suhu 50 o C. Brangkasan tanaman dan polong kering dilakukan penimbangan kembali. 3.8 Analisis Data Semua data utama yang meliputi mortalitas, populasi kutudaun (Aphis glycines) serta organisme nontarget dan data penunjang yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, serta jumlah polong diuji dengan sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5% dengan menggunakan perangkat pengolah data Statistik 8.