BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB III PENUTUP. khususnya Unit B/Subdit III/Tipidter/Dit Reskrimsus. Berbagai upaya telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (IPTEK) saat ini, berpengaruh besar dalam perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat pada hukum (respect of law) dapat terwujud apabila pelaksanaan penegakan hukum dilakukan dengan tegas, konsisten dan tidak diskriminatif terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran hukum. Berbicara mengenai hukum selalu berkaitan dengan masalah penegakan hukum dalam pengertian luas yang juga merupakan penegakan keadilan. 1 Apabila dikonkretkan lagi, akan terarah pada aparat penegak hukum, yaitu mereka yang secara langsung terlibat dalam memperjuangkan penegakan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan merupakan serangkaian proses yang panjang dan dapat melibatkan berbagai kewenangan instansi/aparat penegak hukum. Tujuan hukum tersebut mempunyai tiga unsur, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. 2 Polisi merupakan salah satu aparat penegak hukum dalam sistem peradilan pidana yang diberi tugas dan wewenang oleh undang-undang untuk memelihara keamanan dan ketertiban di dalam suatu negara. Berdasarkan kewenangan tersebut, polisi dapat melakukan penangkapan dan penahanan 1 Bambang Purnomo, 1998, Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty, Yogyakarta,. hlm. 88. 2 Soedikno Mertokusumo, 1998, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,. hlm. 14. 1

2 terhadap orang yang dicurigai telah melakukan tindakan kejahatan berdasarkan bukti-bukti dan aturan hukum yang telah ditetapkan. Polisi juga diberi kewenangan untuk meminta keterangan kepada setiap warga masyarakat yang mengetahui jalannya suatu peristiwa kejahatan untuk dijadikan saksi yang diperlukan dalam proses pemeriksaan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, polisi mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut polisi harus siap untuk menghadapi segala bentuk tindak kejahatan yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat. Bentuk kejahatan yang dihadapi polisi bukan kejahatan konvensional saja, tetapi bentuk kejahatan baru yang terlahir seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Pekembangan IPTEK pada saat ini membantu kehidupan manusia hampir di dalam segala bidang. Teknologi konvensional mulai ditinggalkan dan manusia beralih menggunakan teknologi baru yang lebih praktis, mudah, dan tidak banyak membutuhkan waktu dalam penggunaannya. Perkembangan IPTEK banyak memberi kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam melakukan berbagai kegiatan. Teknologi informasi adalah satu contoh dari perkembangan IPTEK. Teknologi informasi memegang peran yang penting, baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Teknologi informasi

3 diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negaranegara di dunia, namun dibalik kemudahan tersebut banyak pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan kemudahan ini untuk melakukan kejahatan. Salah satu contoh kejahatan yang timbul karena perkembangan IPTEK adalah kejahatan-kejahatan yang berbasis teknologi informasi. Kejahatan di bidang teknologi informasi merupakan kejahatan yang tidak mudah dalam pengungkapannya. Dalam kejahatan tersebut pelaku dapat dengan mudah mengubah segala sesuatu yang berhubungan dengan diri pelakunya, seperti identitas dan alamat. Hal ini terbukti dari banyaknya pelaku kejahatan di bidang teknologi informasi yang tidak tertangkap dan kembali mengulangi perbuatannya. Teknologi informasi membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian, pencemaran nama baik, pornografi, perjudian, penipuan hingga tindak pidana terorisme kini dapat dilakukan dengan mudah. Jenis kejahatan tersebut dapat dilakukan secara online oleh individu maupun kelompok dengan resiko tertangkap yang sangat kecil dengan akibat kerugian yang lebih besar baik untuk masyarakat maupun negara. 3 Pesatnya perkembangan di bidang teknologi informasi saat ini merupakan dampak dari semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan informasi itu sendiri. Dekatnya hubungan antara informasi dan teknologi 3 Petrus Reinhard Golose, Makalah pada Seminar Nasional yang diselenggarakan di Menara Sjafruddin Prawiranegara Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, tentang Perkembangan Cybercrime Dan Upaya Penanganannya Di Indonesia Oleh Polri., Jakarta, 10 Agustus 2006., hlm. 2.

4 jaringan komunikasi telah menghasilkan dunia maya yang sangat luas yang biasa disebut dengan teknologi cyber space. Teknologi ini berisikan kumpulan informasi yang dapat di akses oleh semua orang dalam bentuk jaringanjaringan komputer yang disebut internet. 4 Sebagai salah satu aparat penegak hukum dalam sistem peradilan pidana yang diberi wewenang oleh undang-undang, polisi harus siap menghadapi jenis kejahatan di bidang teknologi informasi. Polisi berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap peristiwa kejahatan di bidang teknologi informasi. Pasal 42 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menegaskan bahwa penyidikan terhadap tindak pidana di bidang teknologi informasi dilakukan berdasarkan ketentuan dalam hukum acara pidana. Menurut Pasal 1 butir 1 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menegaskan penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Kejahatan yang berbasis teknologi informasi banyak terjadi di Indonesia, bahkan website milik POLRI pernah dirusak oleh pelaku kejahatan ini. Staf Ahli Kapolri, Brigjen Anton Tabah mengatakan bahwa kasus cyber crime di Indonesia adalah nomor satu di dunia. 5 Hal ini dikarenakan para 4 Teguh Arifiadi, Cyber; Tantangan Bagi Perkembangan Hukum di Indonesia, http://teguharifiyadi.blogspot.com/2008/04/cyberlaw-tantangan-bagi-perkembangan.html, diakses pada tanggal 29 Maret 2012 Pukul 00.20 WIB. 5 Mr Coppas, Cyber Crime Indonesia Nomor Satu Dunia, http://www.mrcoppas.com/2011/10/cyber-crime-indonesia-nomor-satu-di.html, diakses pada tanggal 18 Februari 2012. Pukul 23.00 WIB.

5 hacker di Indonesia semakin banyak dan semakin pintar dalam melakukan aksinya. Masalah cyber crime mayoritas terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Kepolisian Negara Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dan penanganan terhadap kejahatan di bidang teknologi informasi. Upaya yang telah dilakukan seperti melaksanakan penyelidikan dan penyidikan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan teknologi informasi, teknologi komputer, teknologi komunikasi, teknologi elektronika, dan teknologi penyiaran serta penyelenggaraan fungsi laboratorium komputer forensik dalam rangka memberikan dukungan teknis proses penyidikan kejahatan dunia maya. Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana teknologi informasi tersebut ditangani oleh satu unit khusus di Badan Reserse Kriminal (BARESKRIM) MABES POLRI yaitu Direktorat II Ekonomi dan Khusus Unit V IT dan cyber crime dan juga unit penanggulangan cyber crime di beberapa Kepolisian Daerah (Polda). Beberapa Kepolisian daerah seperti Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan DIY telah membentuk suatu unit khusus di bidang teknologi informasi. Pembentukan unit tersebut bertujuan untuk melakukan penanggulangan dan penanganan kejahatan teknologi informasi. Pembentukan unit-unit tersebut diharapkan dapat menanggulangi tindak pidana yang berbasis teknologi informasi di daerah Provinsi. Di wilayah hukum Polda DIY, kejahatan di bidang teknologi informasi ditangani oleh Unit B, Sub Dit III/Tipidter, Dit Reskrimsus. Unit B

6 dikhususkan untuk menangani kejahatan-kejahatan di luar KUHP, seperti migas, lingkungan hidup, kesehatan, ketenagakerjaan, dan juga kejahatan di bidang teknologi informasi. Pembentukan Unit B/Subdit III/Tipidter, Dit Reskrimsus merupakan bentuk pelaksanaan tugas utama Polri khususnya Polda DIY dalam melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta penegakan hukum. Sebelum Unit B/Subdit III/Tipidter, Dit Reskrimsus, Polda DIY dibentuk, kejahatan yang berbasis teknologi informasi ditangani oleh Unit Jatanras, Dit Reskrimum, Polda DIY. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti tentang eksistensi unit cyber crime Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana berbasis teknologi informasi yang dirumuskan kedalam beberapa rumusan masalah. B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis, maka rumusan permasalahan di dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi sebelum Unit B/Subdit III/Tipidter, Dit Reskrimsus terbentuk di Polda DIY? 2. Bagaimana penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi setelah Unit B/Subdit III/Tipidter, Dit Reskrimsus terbentuk di Polda DIY?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan yang di capai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi sebelum terbentuknya Unit B/Subdit III/Tipidter di Polda DIY. 2. Untuk mengetahui Bagaimana penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi setelah Unit B/Subdit III/Tipidter terbentuk di Polda DIY. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum khususnya ilmu hukum pidana yang berkaitan dengan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran kepada aparat penegak hukum, khususnya Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kinerja Unit B/Subdit III/Tipidter Polda DIY serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

8 E. Keaslian Penelitian Skripsi ini bukan merupakan hasil dari plagiasi karya penulis lain. Menurut sepengetahuan penulis, judul dan rumusan masalah mengenai Eksistensi Unit Cyber Crime Kepolisian Daerah DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Yang Berbasis Teknologi Informasi belum pernah diteliti. Apabila di kemudian hari ditemukan karya lain yang sejenis, maka penelitian ini merupakan pelengkap dari hasil penelitian sebelumnya. Jika penelitian hukum ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku. Sepanjang pengetahuan penulis, berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan judul dengan judul penelitian ini, antara lain : 1. Skripsi dengan judul Upaya POLRI Dalam Penegakan Hukum Terhadap Perkara Cyber Crime Di Wilayah Polda DIY, karya Yudhi Priyo Amboro mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, nomor mahasiswa 6241/HK. Rumusan masalah di dalam skripsi tersebut yaitu bagaimana upaya POLRI khususnya di wilayah hukum Polda DIY dalam penegakan hukum terhadap perkara cyber crime, mengingat belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang cyber crime?. 2. Skripsi dengan judul Penerapan Hukum Terhadap Pelaku Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum Pidana, karya Lucia Sekarlintang mahasiswa

9 Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, nomor mahasiswa 02 05 07889. Rumusan masalah di dalam skripsi tersebut ada dua, yang pertama adalah bagaimanakah penerapan hukum terhadap pelaku cyber crime di tinjau dari perspektif hukum pidana? dan yang kedua adalah kendala apa saja yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelaku cyber crime?. 3. Skripsi dengan judul Upaya Kepolisian Dalam Menangani Tempat Kejadian Perkara Untuk Menemukan Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan, karya Abram Suseno mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, nomor mahasiswa 02 05 07869. Rumusan masalah dalam skripsi tersebut adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam menangani tempat kejadian perkara untuk menemukan pelaku tindak pidana pembunuhan? dan yang kedua adalah Kendala apa yang ditemui kepolisian dalam menangani tempat kejadian perkara untuk menemukan pelaku tindak pidana pembunuhan?. F. Batasan Konsep Dalam kaitannya dengan objek yang diteliti yang berjudul Eksistensi Unit Cyber Crime Kepolisian Daerah DIY Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Yang Berbasis Teknologi Informasi dapat diuraikan batasan konsep sebagai berikut: 1. Eksistensi menurut Kamus Ilmiah Populer adalah keberadaan, wujud (yang tampak), adanya suatu yang membedakan antara suatu benda dengan benda

10 yang lain. 6 Berdasarkan judul penulisan hukum ini, maka pengertian eksistensi adalah keberadaan Kepolisian Daerah DIY, menunjukkan peran, upaya, serta kendala dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi. 2. Unit cyber crime adalah suatu unit yang bertugas untuk mengadakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang berhubungan dengan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transaksi elektronik. 3. Penanggulangan adalah suatu tindakan represif dan preventif serta segala upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi atau meminimalisir suatu tindakan yang tidak dikehendaki. 4. Tindak pidana yang berbasis teknologi informasi adalah suatu kejahatan yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana dan sasaran dari kejahatan tersebut. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan melalui metode penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang berfokus pada norma hukum positif, dalam rangka meneliti konsistensi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan dengan kenyataannya. 6 Tim Prima Pena, 2006, Kamus Ilmiah Populer Cetakan Pertama, Gita Media Perss, Surabaya,. hlm. 103.

11 2. Sumber Data Di dalam penelitian hukum normatif data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum normatif dalam penulisan hukum ini meliputi : a. Bahan hukum primer dalam penelitian ini meliputi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Bahan hukum primer yang dipakai dalam penelitian ini yaitu : 1) Undang-Undang Dasar 1945 2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 4) Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Selain peraturan perundang-undangan di atas, bahan hukum primer juga diperoleh dari Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah b. Bahan hukum sekunder meliputi bahan yang diperoleh dari kepustakaan, dokumen, fakta hukum, hasil penelitian, internet. c. Bahan hukum tersier dalam penulisan hukum ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Ilmiah Populer, dan Kamus Oxford.

12 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara melakukan studi pustaka dengan mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan objek yang diteliti. b. Dalam penelitian hukum ini, penulis mengadakan wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian. Narasumber dalam penelitian ini adalah Bpk. Kompol Riyanto, SH., Kepala Unit B/Subdit III/Tipidter dan Bpk. AKP Doni Yulianto, ST., Perwira Unit B/Subdit III/Tipidter, Subdit III, Dit Reskrimsus, Polda DIY. 7. Metode Analisis Data Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan mengkaji data yang telah dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang diteliti dengan menggunakan ukuran kualitatif. Proses penalaran yang digunakan dalam menarik kesimpulan adalah metode berfikir deduktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu ketentuan yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus.

13 H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami penulisan ini maka sestematika penulisan hukum ini terdiri atas bab per bab yang saling berhubungan, yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Dalam BAB I Pendahuluan, penulis menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan mafaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian dan keaslian penelitian. BAB II : UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Dalam BAB II ini pembahasan terdiri dari sub bab pertama yang menguraikan tentang pengertian polisi, fungsi kepolisian, tugas dan wewenang kepolisian, dan selanjutnya dalam sub bab yang ke-dua menguraikan tentang pengertian teknologi informasi, jenis-jenis tindak pidana teknologi informasi. Dalam sub bab ke-tiga menguraikan tentang struktur organisasi Polda DIY, tinjauan tentang Unit B/Subdit III/Tipidter/Ditreskrimsus. Selanjutnya dalam penulisan ini menguraikan tentang Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi sebelum Bnit B terbentuk yang dibagi lagi menjadi tiga judul kecil yaitu upaya Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi

14 informasi, hambatan Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasi teknologi informasi, dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi. Selanjutnya dalam pembahasan Peran Polda DIY dalam penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi setelah Unit B terbentuk yang meliputi upaya, hambatan, dan cara mengatassi hambatan, serta menguraikan tentang kejahatan yang sedang dan telah ditangani Unit B/Subdit III/Tipidter. BAB III : PENUTUP Pada BAB III menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan materi penulisan.