MODEL BERPIKIR INDUKTIF:ANALISIS PROSES KOGNITIF DALAM MODEL BERPIKIR INDUKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL BERPIKIR INDUKTIF DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS III NEGERI 04 NGRINGO TAHUN 2015/2016

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

3/30/2010 Rustaman file 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian Buku Teks (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 50. Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. tentang Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TAKSONOMI BLOOM-REVISI. Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB III METODE PENELITIAN

PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

Pengembangan tahap awal instrumen tes berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill - hots) mata pelajaran fisika

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang harus ia lakukan. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia,berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN. Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

ANALISIS UJI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA MAN 2 MADIUN KELAS XI IPA 2 DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERMODINAMIKA. Prodi Pendidikan Fisika FPMIPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

Transkripsi:

MODEL BERPIKIR INDUKTIF:ANALISIS PROSES KOGNITIF DALAM MODEL BERPIKIR INDUKTIF Winahyu Arif Wicaksono, Moh Salimi, Imam Suyanto Universitas Sebelas Maret arifwinahyu@students.uns.ac.id Abstrak Model berpikir induktif adalah model yang dikembangkan dari strategy belajar yang diterapkan Hilda Taba yaitu menarik kesimplan dari suatu masalah atau data yang diperoleh (mengamati dan mencoba suatu proses kemudian menarik kesimpulan). Kajian ini membahas tentang konsep dasar dari model berpikir induktif dan proses kognitif yang termuat dalam model berpikir induktif. Kajian ini dimaksud untuk membantu memberikan gambaran tentang model berpikir induktif dan proses kognitif yang termuat di dalamnya sebagai alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan wasasan dan kapasitas intelektual siswa. Kajian ini bedasarkan pustaka rujukan dan pengalaman penulis dalam mengamati penerapan model berpikir di SDN 04 Ngringo di kabupaten Karanganyar. Hasil kajian yang di peroleh berupa: (1). Konsep dasar dari model berpikir induktif adalah mengumpulkan data, mengolah data, dan menguji kebenaran data; (2) Tahap pembentukan proses memuat proses kognitif mengingat dan memahami, tahap interpretasi data memuat proses kognitif memahami dan menganalisis, tahap aplikasi prinsip memuat proses kognitif memahami dan mengevaluasi. (3) pada model berpikir induktif terdapat langkah yang menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam rangka mencapai proses kognitif dibawahnya. Kata Kunci: model berpikir induktif, proses kognitif PENDAHULUAN Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang penuh dengan persaingan bila bangsa indonesia tidak memiliki pemikiran yang kritis dalam melihat dan memanfaatkan peluang yang muncul maka akan tertinggal dengan bangsa-bangsa lain di ASEAN. Untuk menghadapi MEA dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan setiap warga negara. Untuk meningkatkan dan memperluas wawasan cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan terutama dengan melakukan inovasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. 193

Banyak fakta di lapangan yang masih menunjukkan bahwa pembelajaran hanya terlihat sebagai suatu kegiatan yang monoton dan prosedural, yaitu guru menerangkan materi, memberi contoh, menugaskan siswa untuk mengerjakan latihan soal, mengecek jawaban siswa secara sepintas, selanjutnya membahas pemecahan soal yang kemudian dicontoh oleh siswa. Aspek esensial dari pembelajaran, yaitu proses berpikir siswa, seolah-olah diabaikan. Model peembelajaran seperti ini umumnya menekankan satu jenis proses kognitif yakni mengingat dan kurang memperhatikan proses kognitif yang lebih kompleks. Dampak dari kondisi ini mengakibatkan banyak siswa yang tidak dapat memahami konsep-konsep dan memperoleh informasi dari konsep yang telah mereka bentuk. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang memuat proses kognitif yang lebih kompleks agar siswa dapat mengembangkan wawasan dan kapasitas intelektual yang mereka miliki sejak lahir. Kajian ini membahas tentang konsep dasar dari model berpikir induktif dan proses kognitif yang termuat dalam model berpikir induktif. Kajian ini dimaksud untuk membantu memberikan gambaran tentang model berpikir induktif dan proses kognitif yang termuat di dalamnya sebagai alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan wasasan dan kapasitas intelektual siswa. PEMBAHASAN 1. Model Berpikir Induktif Model berpikir induktif merupakan penyesuaian dari kajian Hilda Taba. Taba (Joyce, dkk. 2009) mengembangkan model pemelajaran induktif melalui strategi yang didesain untuk membangun proses induktif serta membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mengkategorikan dan menangani informasi. Model berpikir induktif dirancang untuk melatih siswa dalam membentuk konsep dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Selain itu model ini juga membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti katakata, dan sifat pengetahuan (Joyce, dkk. 2009:115). Jadi pada dasarnya model berpikir induktif dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif yaitu menarik kesimplan dari suatu masalah atau data yang diperoleh (mengamati dan mencoba suatu proses kemudian menarik kesimpulan). Kelebihan dan Kekurangan Model Berpikir Induktif Warimun (Fikri,2014:18) mengemukakan kelebihan yang dimiliki oleh model berpikir induktif adalah (1) mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (2) menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan, (3) mengerjakan siswa berpikir, (4) melatih siswa belajar bekerja sistematis, dan (5) memotivasi siswa dalam kegiatan belajar. Kekurangan model berpikir induktif adalah: membutuhkan banyak waktu, (2) sukar menentukan pendapat yang sama, (3) tingkat keefektifan model pembelajaran induktif tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dan (4) guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. 194

Langkah Model Berpikir Induktif Dalam mengembangkan model berpikir induktif, Hilda Taba (Joyce dkk, 2009: 116) membagi struktur model berpikir induktif menjadi tiga tahap di mana disetiap tahap terdapat tiga fase yang kemudian menjadi langkah dari model berpikir induktif yakni Tahap satu: Pembentukan Konsep, meliputi: (1) mengkalkulasi dan membuat daftar, (2) mengelompokkan, dan (3) membuat label dan kategori. Tahap dua: Interpretasi Data, meliputi: (1) mengidentifikasi hubungan-hubungan yang penting, (2) mengeksplorasi hubungan-hubungan, dan (3) membuat dugaan. Tahap tiga: Aplikasi Prinsip, meliputi: (1) memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing, dan menghipotesis, (2) menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis, dan (3) menguji kebenaran (verifikasi) prediksi. Penerapan Penerapan model berpikir induktif adalah mengembangkan kapasitas berpikir. Dalam model ini, siswa dituntut untuk mencerna dan memproses berbagai informasi, mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolahnya menjadi konsep-konsep, kemudian belajar memainkan konsep-konsep tersebut. model ini cenderung bersifat koopratif tetapi guru tetap memberikan instruksi dan pengawasan terhadap setiap langkah kegiatan. Peran guru dalam model ini adalah mempersiapkan tugas kognitif dan instruksi yang tepat. Selain itu dalam penerapan model berpikir induktif tugas yang tak kalah penting bagi guru adalah mengawasi bagaimana siswa membentuk informasi/konsep,memberikan bimbingan melalui pertanyaan-pertanyaan yang relevan, dan membuat perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan tugas kognitif dan aktifitas belajar yang tepat. 2. Proses Kognitif Proses kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Tingkatan proses kognitif dalam taksonomi Bloom yakni: (1) pengetahuan; (2) pemahaman; (3) penerapan; (4) analisis; (5) sintesis; dan (6) evaluasi. Revisi mengenai tingkatan proses kognitif dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson yaitu dengan merubah kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Proses kognitif dalam taksonomi Bloom edisi revisi menjadi: C.1. Mengingat (Remember) Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan jangka panjang, baik itu pengetahuan baru maupun pengetahuan yang telah lampau. Mengingat meliputi (1) mengenali, berkaitan dengan mengambil pengetahuan yang telah dimiliki dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan pengetahuan yang barusaja diterima. Dalam mengenali siswa mencari apakah pengetahuan baru yang didapatnya memiliki kesesuaian dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya; (2) mengingat kembali adalah proses kognitif mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang secara cepat dan tepat. Misalnya mengingat tanggal lahir seseorang. 195

C.2. Memahami (Understand) Memahami berarti mengkonstruksi sebuah konsep/pengetahuan dari berbagai sumber seperti lisan, gambar dan tulisan kemudian menghubungkan pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari tersebut dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka miliki. Siswa dikatakan mampu memahami jika mereka dapat menarik makna dari suatu pesan atau petunjuk dalam soal yang dihadapinya. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori memahami meliputi proses menginterpretasikan, mencontohkan, Mengklasifikasikan, merangkum, menduga, membandingkan, menjelaskan. C.3. Menerapkan (Apply) menerapkan merujuk pada proses kognitif menjalankan atau mengimplementasikan suatu prosedur untuk menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur dan mengimplemen-tasikan. Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif dalam menyelesaikan masalah di mana siswa sudah mengetahui permasalahannya dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa yang harus dilakukan. Siswa masuk tahap mengimplementasikan apabila siswa memilih dan mengguna-kan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui sehingga perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. C.4. Menganalisis (Analyze) Menganalisis merupakan usaha memecah materi menjadi konsep/informasi kecil kemudian menentukan bagaimana hubungan antar konsep/informasi dan hubungannya dengan materi. Kegiatan menganalisis sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif membedakan, proses mengorganisasi, dan proses menghubungkan. C.5. Mengevaluasi (Evaluate) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Kriteria atau standar dapat ditentukan sendiri oleh siswa maupun guru. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika keputusan yang diambil disadarkan pada prosedur dan standar yang jelas maka siswa sedang melakukan evaluasi, namun jika keputusan yang diambil didasarkan atas pengetahuan subjektif siswa maka tidak dapat digolongkan dalam kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek mengarah pada pengujian sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis yaitu dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian. 196

C.6. Menciptakan (Create) Menciptakan mengarah pada proses kognitif untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi. Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 3. Proses Kognitif dalam Model Berpikir Induktif Tahap Pembentukan Konsep Pada tahap ini siswa didorong untuk mengelompokan data dan melakukan aktifitas belajar yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memproses informasi. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan proses kognitif dalam tahap pembentukan konsep: Langkah Model Aktifitas Belajar Proses Kognitif mengkalkulasi dan membuat daftar mengelompokkan membuat label dan kategori Siswa mengidentifikasi objek di sekitar dalam rangka mengumpulkan data (sesuai dengan apa yang mereka lihat, dengar atau baca.) Siswa mencoba megklasifikasikan data yang didapat berdasarkan karakteristik umum atau persamaannya. Siswa membuat nama/ melabeli klasifikasi yang telah mereka buat sesuai dengan karakteristik tertentu. Mengidentifikasi objek Mengingat (C1) Mengklasifikasikan data Melabeli (generalisasi) data Dari tabel diatas dapat ditarik simpulan bahwa pada tahap pembentukan konsep memuat kegiatan mengumpulkan data yang relevan untuk diproses padah tahap selanjutnya. Proses kognitif yang muncul pada tahap pembentukan konsep adalah mengingat (C1) dan Memahami (C2) Tahap Interpretasi Data Pada tahap ini siswa didorong melakukan aktifitas belajar untuk mengembangkan pemahamannya (hubungan antar data/kategori yang telah mereka buat sebelumnya). Berikut ini adalah tabel yang menunjukan proses kognitif dalam tahap interpretasi data: Langkah Model Aktifitas Belajar Proses Kognitif mengidentifikasi hubungan-hubungan yang penting mencri tau hubunga antar data dan memilih kategori yang dianggap penting dan relevan dengan materi. Menentukan hubungan 197

mengeksplorasi hubungan-hubungan membuat dugaan siswa menganalisis bagaimana hubungan tersebut tersebut dapat terjadi Siswa membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang telah didapat. Menganalisis hubungan Menganalisis (C4) Membuat kesimpulan Dari tabel diatas dapat ditarik simpulan bahwa aktifitas dalam tahap interpretasi data adalah mengolah data melalui kegiatan memproses, memanipulasi dan menafsirkan data yang telah dikumpulkan pada tahap pembentukan konsep. Proses kognitif yang muncul pada tahap ini adalah, dan Menganalisis (C4). kegiatan menganalisis pada langkah kedua dilakukan dalam rangka membuat dugaan sehingga dapat disimpulkan bahwa menganalisis (C4) dilakukan dalam rangka memahami (C2). Dari temuan tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa proses kognitif yang lebih tinggi dimungkinkan dapat digunakan sebagai jalan untuk mencapai proses kognitif dibawahnya. Tahap Aplikasi Prinsip Pada tahap ini siswa didorong untuk dapat menjelaskan dugaan dan menguji dugaan/ informasi yang mereka peroleh. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan proses kognitif dalam tahap Aplikasi prinsip: Langkah Model Aktifitas Belajar Proses Kognitif memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing, dan menghipotesis Siswa melakukan prediksi permasalahan yang mungkin timpuldari simpulan yang dibuat kemudian memperbaiki dugaan dan membuat prediksi yang lebih relevan dengan materi Melakukan prediksi menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis menguji kebenaran (verifikasi) prediksi Siswa mencari argument dan contoh relevan yang dapat menguatkan atau melemahkan prediksi yang telah mereka buat. Siswa dan guru melakukan verifikasi dari prediksi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Menjelaskan, mencari argument dan contoh Melakukan verifikasi Mengevaluasi (C5) Dari tabel diatas dapat ditarik simpulan bahwa aktifitas dalam tahap aplikasi prinsip adalah menguji kebenaran data melalui kegiatan mencari contoh relevan dan argumen serta verifikasi data. Proses kognitif yang termuat pada tahap ini adalah dan Mengevaluasi (C5). 198

SIMPULAN Beberapa simpulan yang didapat dari kajian ini adalah (1). Konsep dasar dari model berpikir induktif adalah mengumpulkan data, mengolah data, dan menguji kebenaran data; (2) Tahap pembentukan proses memuat proses kognitif mengingat dan memahami, tahap interpretasi data memuat proses kognitif memahami dan menganalisis, tahap aplikasi prinsip memuat proses kognitif memahami dan mengevaluasi. (3) pada model berpikir induktif terdapat langkah yang menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi untuk mencapai proses kognitif dibawahnya. DAFTAR PUSTAKA Anderson W, David R. K. (2015). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fikri P M. (2014). Pengaruh Model Belajar Berpikir Induktif Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Giani, dkk (2015). Analisis Tingkat Kognitif Soal-Soal Buku Teks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi Bloom dalam Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 9 No. 2 Tahun 2016. Diperoleh tangga 20 Juni 2016, dari http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/ jpm/article/view/2125/993. Gunawan,Imam dan Anggraini R. P. (2012). Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Dalam Jurnal Premiere Educandum Vol. 2 No. 2 Tahun 2012. Madiun: IKIP PGRI Madiun Joyce B, Marsha W dan Emily C. (2009). Model Of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Siddiqul, M H. (2013). Inductive Thinking Model of Teaching: Increase Capacity to Hendle Information. Paripex-Indian Journal of Research Volume:2 Issue:3 Maret 2013 hal 71-73. Diperoleh pada 29 Januari 2016, dari http://worldwidejournals. com/paripex/articles. php?val=odyx&b1=101&k=26 Wicaksono,Winahyu A. (2016). Penerapan Model Berpikir Induktif dengan Media Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas III Negeri 04 Ngringo Tahun 2015/2016 dalam Jurnal Kalam Cendekia PGSD Kebumen Vol. 4 No. 5. 1 Tahun 2016. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Widodo, A. (2015). Taksonomi Tujuan Pembelajaran dalam Didaktis. 4(2),61-69. Bandung: FPMIPA-Universitas Pendidikan Indonesia Yusmiono, A B. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Inductive Thinking Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP Negeri 47 Palembang dalam Proceding Seminar Pendidikan Nasional Peluang dan Tantangan Dunia Pendidikan dalam ERA Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Palembang: Universitas PGRI Palembang 199