siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN FUNGSI KOGNITIF PADA ANAK TK DI KECAMATAN PINOGALUMAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN DI DESA LINAWAN KECAMATAN PINOLOSIAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual. Aziz Alimul (dalam Erwan: 2005). Definisi anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. I.I. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

TERAPI BERMAIN: ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari bayi hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, 2008). Derajat

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media audio visual merupakan salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

Upaya Meningkatkan Konsep Bilangan Melalui Puzzle Angka Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Ari Prabawati Susanto 1, Evy Fitria 2

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serta biasanya sudah mulai mengikuti program presschool (Dewi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk. spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

Makalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah peniru yang sangat hebat. Mereka seperti kertas kosong yang siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang akan merasakannya. Sama halnya dengan membiasakan mereka berbuat baik maka ia akan meniru perilaku baik yang ia terima, begitu pun sebaliknya hal-hal buruk yang sering dilihatnya akan di ingat dan dibiasakan dalam perilaku seharihari (Pito. 2012:1). Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Filda dan Maya (2012:19) Setiap tahapan perkembangan anak merupakan masa yang sangat penting. Namun, setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Seorang anak membutuhkan pengalaman dan melakukan penemuan sendiri untuk mengoptimalkan momen pembelajarannya. Tumbuh kembang anak berlangsung dengan teratur, Karena setiap organ tubuh anak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan kecepatan yang tidak sama pada setiap tahapan usianya. Berbeda dengan pertumbuhan otaknya, yang berlangsung paling cepat dibanding organ lainnya ditubuh anak. Otak tumbuh dengan sangat cepat hanya pada usia dini terutama dibawah usia 6 tahun, setelah itu otak akan tumbuh melambat sampai seumur hidup anak. Menurut DEPKES RI (2006), bahwa 0,4 juta (16%) balita indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik kasar dan halus, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Syaiful, 2012). Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang 1

Mongondow Utara (2014) sebesar 1.647 (62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan (Dinkes, 2014). Kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasi, dan mengategorikan informasi-informasi yang diperolehnya dari pancaindra. Kemampuan ini selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berpikir logis (Ariyanti, 2006:20) Pada dasarnya pengembangan kemampuan kognitif pada anak usia dini ditujukan agar anak usia dini dapat mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya melalui alat indera dan otaknya untuk mendapatkan berbagai pengetahuan. Aspek kognitif mencakup daya ingat, daya tangkap, kemampuan memahami suatu informasi, pengetahuan yang dikuasai individu, daya nalar, daya analisis, daya imajinasi, dan data cipta atau kreativitas. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dapat dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan bermain, menempatkan anak sebagai pembelajar, mendorong anak untuk belajar secara aktif dan spontan, mendidik anak sesuai dengan DAP, dan mengapresiasi hasil belajar setiap anak. Salah satu cara meningkatkan kemampuan kognitif adalah dengan cara bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Melalui kegiatan bermain anak dapat belajar berbagai pengetahuan dan konsep dasar, bahkan pengetahuan dan konsep dasar tersebut akan sangat lebih mudah dikuasai oleh anak dengan kegiatan bermain tersebut (Wiyani, 2014:84) Banyak permainan edukatif yang dapat dikembangkan untuk anak usia dini, Jenis-jenis alat permainan edukatif menurut Pito (2012) yaitu Plastisin, 2

Pensil warna, Puzzle/bongkar pasang, menggambar, menggunting, melipat, menyusun bangunan/balok, menyusun bentuk huruf dan angka. Namun jenis permainan yang akan digunakan sebagai subjek penelitian ini yaitu jenis permainan puzzle. Permainan puzzle merupakan jenis permainan dimana anak diminta untuk melatih pola pikir untuk menyusun potongan-potongan menjadi satu kesatuan yang mempunyai bentuk yang utuh. Melalui permainan puzzle, anak diharapkan dapat merangsang dan melatih sistem berpikir mereka dalam hal memecahkan suatu masalah melalui media permainan. Menurut Wahyuni & Maureen (dalam Astuti, 2014:4) juga berpendapat bahwa media puzzle adalah media visual dua dimensi yang mempunyai kemampuan untuk menyampaikan informasi secara visual tentang segala sesuatu sebagai pindahan dari wujud yang sebenarnya. Dengan kata lain, puzzle merupakan media bermain anak yang dapat dimanfaatkan untuk melihat sekaligus mengukur kecerdasan anak terhadap pola pikir dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan kemampuan kognitif maka tehnik bermain puzzle salah satu solusinya. Karena dunia anak adalah dunia bermain, dan karena itu pula seharusnya mereka diarahkan pada permainan-permainan yang tidak hanya merangsang perkembangan fisik tapi otak. Bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Pito, 2012:2) Hal ini di dukung oleh Soetjiningsih (dalam Rolina, 2014 : 6) yang mengatakan bahwa media permainan dapat mengoptimalkan perkembangan anak 3

dapat disesuaikan dengan usiannya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk perkembangan fisik - motorik (motorik kasar dan motorik halus), bahasa, kognitif dan sosial. Disamping dapat meningkatkan perkembangan anak, media permainan juga diharapkan dapat mendidik guna meningkatkan kemampuan dasar anak dalam hal belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dalanggo (2014) dengan judul Efektivitas Metode Bermain terhadap Kemampuan Dasar (Kognitif dan Psikomotor) Anak usia Prasekolah (2-5 tahun). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa efektivitas metode bermain dapat mengembangkan kemampuan dasar kognitif anak. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4 Mei 2015 bahwa di pendidikan TK Sabilil Huda Desa Tontulou utara Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa dari 18 anak. Umur 4 tahun sebanyak 5 anak, umur 5 tahun sebanyak 5 anak, dan umur 6 tahun sebanyak 8 anak. Dari 18 anak tersebut sedikitnya masih terdapat anak yang mengalami masalah pada perkembangan kognitifnya, di mana anak sulit dalam mengenali bentuk dan warna. Permasalahan ini menurut dugaan peneliti disebabkan oleh kurang kreatifnya guru dalam proses pembelajaran dan tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan profesi pendidikannya. Dalam permasalahan ini masih terdapat anak yang belum dapat mengenali bentuk yaitu ada 15 anak namun anak lain masih bisa mengenali sebagian warna, dan 3 anak lainnya sudah bisa mengenali bentuk dan warna. Ini juga dapat dilihat pada lembar penilaian siswa khususnya indikator kognitif pada 4

konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, masih banyak siswa yang mendapatkan bintang (*) yang artinya belum berkembang dan bintang (**) yang artinya mulai berkembang. Selanjutnya Hasil observasi yang dilakukan di TK Nusa Indah yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol, pada TK tersebut belum pernah di berikan permainan puzzle. dan masih menggunakan metode pembelajaran langsung. maka peneliti akan menjadikan TK Nusa Indah sebagai Kelompok Kontrol. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan formulasi judul Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Fungsi Kognitif Pada Anak TK di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah masalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (2014) sebesar 1.647 (62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan. 2. Berdasarkan hasil observasi, dari 18 siswa di TK Sabililhuda ada 15 anak namun anak lain masih bisa mengenali sebagian warna, dan 3 anak lainnya sudah bisa mengenali bentuk dan warna. 5

1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti lebih menitikberatkan pada perkembangan fungsi kognitif anak TK khususnya pada konsep bentuk, warna, dan ukuran. Sehingga dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak TK? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain puzzle tehadap perkembangn fungsi kognitif anak di TK Sabilil Huda Desa Tontulow Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mendeteksi perkembangan fungsi kognitif anak sebelum dilakukan perlakuan (pretest) pada anak di TK Sabilil huda dan TK Nusa Indah Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. 2. Untuk mendeteksi perkembangan fungsi kognitif anak sesudah dilakukan perlakuan (posttest) pada anak di TK Sabililhuda dan TK Nusa Indah Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang tidak diberikan perlakuan. 3. Untuk menganalisis pengaruh permainan puzzle terhadap perkembangan fungsi kognitif anak di TK Sabilil Huda. 6

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan, khususnya mata kuliah keperawatan anak bahwa dengan cara bermain juga dapat meningkatkan perkembangan fungsi kognitif anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi peneliti selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada keluarga untuk tidak melarang anak untuk bermain. Khususnya bagi sekolah dan tenaga pengajar sebagai masukan dalam pembelajaran dengan cara bermain untuk meningkatkan perkembangan fungsi kognitif anak. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dengan memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh bermain puzzle ini dalam perkembangan fungsi kognitif anak usia prasekolah. 7