BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

SEMINAR NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

Komitmen itu diperbaharui

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

KOMUNITAS KAMPUNG GUDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses 26 februari 2016, Pukul WIB.

Komunitas IBRA : Profil singkat. Profil Komunitas IBRA : Latar Belakang Kegiatan

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

penelitian 2010

Perencanaan Partisipatif di Kawasan Jatinangor: Advokasi bersama Warga. Teti A Argo Kamis, 17 Maret 2016 ITB Kampus Jatinangor

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

Sulatri, Trik Kelompok Masyarakat Sipil Tetap Eksis Mewarnai Kebijakan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

Shared Resources Joint Solutions

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 18 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak itu yayasan/universitas menjadi pemilik lahan secara sah. Sebelum proses peralihan lahan, yayasan mengajukan persyaratan agar permasalahan dengan masyarakat sekitar yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan jalan lingkungan yang melintas di lahan tersebut diselesaikan oleh pemilik pertama dengan unsur kelurahan setempat. Proses negosiasi dengan masyarakat Sukaharja pada tahun 2005 berlangsung beberapa bulan, karena masyarakat keberatan dan menolak rencana yayasan untuk menutup jalan dan mengalihkannya ke bagian selatan lahan dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Selain itu rencana penutupan jalan tersebut secara fisik telah memecah RW 03 menjadi dua bagian dan secara tidak langsung memutus hubungan sosial dan menghambat berbagai aktivitas masyarakat. Namun, proses negosiasi ini akhirnya melahirkan kesepakatan yang melibatkan masyarakat satu RT (RT 07 RW 03 yang secara fisik jalan tersebut berada di wilayah teritorinya) yang menyatakan tidak keberatan pengalihan jalan dengan menerima konpensasi. Kesepakatan itu membuat konflik di antara masyarakat Sukaharja sehingga muncul saling ketidakpercayaan antarmasyarakat dan pengurus formal (Ketua RW, Ketua RT dan beberapa tokoh masyarakat). Konflik berlangsung terus dan kondisinya makin tidak kondusif setelah pihak yayasan mulai membenteng secara permanen dengan tembok setinggi 2,5 meter sekeliling lahan sampai menutup jalan lintas lapangan. Tuduhan sebagian besar masyarakat di luar RT 07 yang membuat kesepakatan sebagai penjual jalan, penghianat, menyebabkan pertentangan/pertengkaran dan saling curiga yang berkepanjangan. Reaksi masyarakat makin meluas tidak saja di Sukaharja, tetapi reaksi masyarakat Babakan Baru terutama RW 16 karena dampak yang ditimbulkan oleh Pendidikan Teknik Sipil, 2007 7

penutupan jalan tersebut dirasakan sangat memberatkan. Misalnya mereka yang berangkat kerja dengan berjalan kaki, anak-anak berangkat dan pulang sekolah dan mengaji, ibu-ibu yang berangkat ke pasar pada waktu subuh, pengangkutan sampah ke TPS yang terhambat, dan warung-warung kecil yang terpaksa tutup. Jalan ini sudah puluhan tahun berfungsi sebagai jalur transportasi yang mempermudah berbagai aktivitas masyarakat, serta sebagai ruang publik yang berperan dalam mengikat hubungan sosial dan emosional antarwarga. Sehingga peniadaan jalan yang tidak memperhitungkan dampak sosial, ekonomi, keamanan dan psikologis masyarakat ini menumbuhkan konflik dan rasa permusuhan di kalangan masyarakat terhadap yayasan. B. Gerakan Kemasyarakatan Sejak penutupan jalan tersebut pada bulan Pebruari 2006, dimulailah satu proses litigasi oleh beberapa perwakilan masyarakat yang tergabung dalam Tim Usulan Jalan 1 dengan melakukan dialog dan negosiasi baik melalui Muspika setempat (Lurah dan Camat), dialog juga dilakukan dengan bertemu langsung dengan pihak yayasan dan universitas. Proses ini berlangsung sampai awal bulan April dengan harapan dapat selesai melalui kesepakatan dan kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga lingkungan dan saling berbagi antar masyarakat kampung dengan masyarakat kampus tanpa melibatkan pihak luar. Namun, tidak adanya hasil yang dicapai menyebabkan keresahan dan konstelasi konflik makin tinggi. Masyarakat yang beragam persepsi dan sikapnya dalam penyelesaian kasus ini makin mengarah pada perpecahan kelompok-kelompok masyarakat. Tim dan masyarakat melanjutkan proses ke tingkat DPRD Kota dan Walikota untuk memfasilitasi penyelesaian. Keterbukaan akses informasi dan masyarakat yang kritis, memungkinkan masyarakat untuk melakukan advokasi secara partisipatif. Dengan pendekatan ini, masyarakat diajak untuk mengenali berbagai peraturan daerah (Perda), terutama Perda 1 Tim ini dibentuk oleh Forum RW Kelurahan Sukapada yang berfungsi sebagai perwakilan masyarakat untuk melakukan proses negosiasi dalam penyelesaian konflik dengan yayasan/universitas. Anggota Tim terdiri dari ibu-ibu (kaum perempuan) perwakilan dari tiap-tiap RW (RW 03, RW 08 dan RW 16). Pendidikan Teknik Sipil, 2007 8

tentang pengairan dan sempadan sungai serta Rencana Umum Tata Ruang Kota yang secara langsung berhubungan dengan kasus tersebut. Ini dapat terjadi karena persoalan penutupan jalan ini berpengaruh terhadap kepentingan dan hajat hidup masyarakat sehari-hari. Pengetahuan masyarakat tentang aturan inilah yang menjadi modal untuk melakukan diskusi, pembahasan, dialog, merencanakan tindakan sampai pada bentukbentuk tindakan yang harus diambil. Penguatan gerakan masyarakat dilakukan dengan mengkonsolidasikan berbagai komponen masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pimpinan formal dari masing-masing RW untuk mensosialisasikan substansi dan tujuan perjuangan untuk mengembalikan fungsi jalan yang dapat dipergunakan masyarakat luas. Pertemuanpertemuan, audiensi dengan DPRD, Walikota dan Dinas terkait dilakukan oleh masyarakat dengan membagi tugas dan tanggungjawab masing-masing. Proses yang berlangsung lebih dari empat bulan, makin memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan akses jalan kembali karena institusi formal baik legislatif maupun eksekutif kota memberikan penguatan yang mengarah pada penegakan aturan (Perda) dan pertimbangan kepentingan masyarakat banyak. Dan pada akhirnya, bulan Juni 2006 benteng yang menutup jalan lingkungan tersebut dibuka kembali dan berfungsi sebagai fasilitas sosial yang dapat dipergunakan masyarakat umum. C. Beberapa Metode Pemecahan Masalah 1. Model Pendampingan Masyarakat dalam Penyelesaian Masalah Jalan Lingkungan Model pendampingan kepada masyarakat ditujukan sebagai upaya mengembangkan program edukasi kepada masyarakat melalui pola-pola yang lebih berorientasikan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki responsifitas dan tangungjawab yang tinggi terhadap lingkungannya. Keterlibatan Pendidikan Teknik Sipil, 2007 9

secara langsung dan bersama-sama masyarakat menghadapi dan menyelesaikan masalah, merupakan program pengabdian yang sangat efektif. Karena selain memberikan manfaat kepada masyarakat di satu sisi, pola semacam ini juga secara akademis merupakan implementasi nilai-nilai keilmuan. Beberapa kasus menunjukkan, banyak persoalan yang dihadapi masyarakat pinggiran yang secara sosial, ekonomi dan pendidikan masih rendah tidak dapat diselesaikan dengan tuntas bahkan seringkali menyisakan persoalan lain yang makin memposisikan masyarakat pada situasi yang tidak menguntungkan. Pola-pola lama yang dilakukan para penguasa atau pengusaha yang berorientasi pada keuntungan pribadi, masih banyak terjadi pada kasus-kasus perebutan lahan di perkotaan. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang hak-hak warga negara, lemahnya posisi tawar serta mudahnya masyarakat terpecah-pecah merupakan faktor lain yang memperburuk situasi konflik. 2. Model Perencanaan dan Perancangan Jalan Lingkungan Di tengah arus global dan kultur masyarakat perkotaan yang individualistis, kampung kota tetap menjadi bagian terbesar yang mengisi kehidupan kota-kota di Indonesia. Masyarakat transisi yang seringkali termarginalkan dari kehidupan formal-modern elit kota, berada pada tekanan perubahan kultur yang serba tanggung. Di satu sisi, kemiskinan, pola hidup masyarakat kampung masih menyisakan ciri-ciri tradisionalitas dalam membangun kebersamaan, relasi antarindividu serta kesepakatan-kesepakatan sosial kemasyarakatan. Tapi di sisi lain, tekanan kehidupan kota yang sibuk dan tak peduli pada lingkungan ini menyebabkan persaingan, kecurigaan, dan segala bentuk gaya hidup yang berorientasi pada pemuasan kepentingan individu. Dua pola inilah yang membentuk karakter khas masyarakat kampung kota, yang sebenarnya merupakan potensi komunitas yang harus tetap dibangun. Pola pembentukan jalan/gang pada komunitas masyarakat kampung kota memiliki kekhasan tersendiri, ada kesepakatan tidak tertulis pada komunitas tersebut untuk membangun bersama ruang publik. Tidak tersentuhnya jaringan Pendidikan Teknik Sipil, 2007 10

infrastruktur kota secara formal, membuat masyarakat terbiasa untuk membangun secara mandiri (alamiah) lingkungan mereka meskipun tidak tertata dan memadai secara maksimal. Setiap kali ada pengembangan di satu titik permukiman akan berlanjut ke titik permukiman lainnya dengan membangun secara bersama-sama jalan baru yang dapat menyatukan titik-titik permukiman tersebut. Dengan demikian, bukanlah hal yang sulit untuk melibatkan masyarakat dalam merencanakan, merancang sampai pada proses pembangunan jalan sesuai dengan kebutuhan. 3. Model Pendampingan Masyarakat dalam Mengorganisasikan Kegiatan Pembangunan Di masyarakat kampung kota, kegiatan pembangunan lingkungan yang dilaksanakan merupakan program yang relatif sudah berjalan melalui organisasi RT dan RW maupun lurah setempat. Namun dalam beberapa hal yang menyangkut organisasi masih perlu penataan. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan masyarakat dapat terorganisir dengan baik dan berkelanjutan. Artinya, dengan pendampingan profesional, kegiatan masyarakat diharapkan lebih terarah dan terpadu. 4. Model Pelaksanakan Proses Pembangunan Jalan Lingkungan Model yang dikembangkan merupakan penerapan proses pembangunan yang berbasiskan masyarakat setempat, mulai dari pemberdayaan sumber dana lokal sampai pada sumber daya manusia yang melaksanakan pembangunannya. Penggalian dan penguatan cara-cara tradisional seperti iuran/rembugan dana, kerja bakti (gotong royong)serta rembugan warga untuk memusyawarahkan berbagai kegiatan masih tetap menjadi model yang paling efektif diterapkan. Pendidikan Teknik Sipil, 2007 11

Model ini bukanlah hal yang asing bagi masyarakat di daerah pinggiran (kampung kota), karena kegiatan-kegiatan pembangunan fisik sudah terbiasa dilakukan secara swadaya dan bersama-sama. Sehingga pelaksanaan model seperti ini tidak akan mendapatkan kendala yang berati. 5. Model Tindak Lanjut Tercapainya target program pada suatu kasus studi belum dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan program dalam kerangka yang lebih luas. Begitu banyak persoalan yang dihadapi masyarakat baik sosial kemasyarakatan maupun masalah fisik lingkungan yang belum tersentuh. Pada program jangka panjang yang dirancang oleh tim pengabdian pada masyarakat di Kelurahan Sukapada Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung, diterapkan model tindak lanjut yang berkesinambungan. Setelah program di RW 03, program selanjutnya akan dilaksanakan di RW 16. Fokus pembangunan fisik masih berkaitan dengan pemanfaatan dan mengoptimalkan daerah bantaran Sungai Cihalarang yang dapat berfungsi sebagai jalan lingkungan dan jalur hijau. Pendidikan Teknik Sipil, 2007 12