BAB I PENDAHULUAN. membangun masyarakat yang adil dan makmur sebagai yang kita cita-citakan. Untuk tercapainya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness of

BAB I PENDAHULUAN. secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia di dalam bumi ini. Salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya ditulis UUD 1945), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. b) Mengatur dan mengawasi menggunakan dan pemanfaatan,

BAB I PENDAHULUAN. kas daerah, baik melalui sumber daya alam maupun dari sumber lainnya, dalam hal sumber

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun merupakan landasan pemerintah dalam mengatur kegiatannya dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

PENGELOLAAN OBJEK WISATA PANTAI CAROCOK PAINAN OLEH PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena tanah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah-tengah perkembangan dunia usaha saat ini, tepatnya yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan

BAB I. mensejahterakan kesejahteraan bangsa. Dalam Pasal 34 Undang Undang. Dasar 1945 Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan Yuridis adalah pendekatan masalah yang dilakukan dengan cara melihat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

BAB III METODE PENELITIAN. hukum seperti peraturan perundang-undangan, serta buku-buku. Pemberian Izin Usaha Pengeluaran hewan ternak.

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: PANDU PERDANA PUTRA BP

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. pemilikan tanah sebgai sebesar besarnnya untuk kemakmuran rakyat. 1. menetapkan kemajuan yang sudah dicapai. 2

2 Ruang Wilayah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang menjadi pedoman dalam pemanfaa

BAB I PENDAHULUAN. yang dijamin secara eksplisit dalam konstitusi.pasal 28H ayat (1) U ndang Undang Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekenomiannya, dimana Indonesia masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur sebagai yang kita cita-citakan. Untuk tercapainya cita-cita Negara tersebut, di bidang agraria perlu adanya suatu perencanaan (planing) mengenai peruntukan, penggunaan, dan persediaan bumi, air, ruang angkasa, untuk berbagai kehidupan rakyat dan Negara. Konstitusi Negara Indonesia tepatnya Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah memuat pengaturan mengenai kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara Republik Indonesia serta orientasi dalam penggunaan atau pemanfaatannya sebagai wujud dari hak penguasaan Negara Republik Indonesia yang kemudian diamanatkan untuk diatur lebih lanjut oleh Undang-undang. Bahwa penguasaan negara terhadap kekayaan alam tidaklah dalam artian di miliki oleh Negara. Pengertian dikuasai oleh negara di dalam Pasal 33 ayat (3) haruslah mencakup makna penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan yang dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid), dan tindakan

pengurusan (bestuurdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (babersdaad), dan pengawasan (toezichtoudensdaad) untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Sebagai wujud dari amanat UUD 1945 tersebut, kemudian lahir Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA). Di dalam Pasal 1 ayat (2) menyebutkan: seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah Bumi, air,dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional. Pasal 1 Ayat 2 UUPA yaitu meliputi bumi, air, dan ruanga angkasa serta kekayaan yang terkandung di dalamnya lebih lanjut jenis-jenis sumber agraria juga merupakan ruang lingkup agraria adalah sebagai berikut : 2 1. Tanah atau permukaan bumi. Jenis sumber agraria ini adalah modal alami utama dalam kegiatan pertanian dan peternakan. 2. Perairan. Jenis sumber agraria ini adalah modal lain utama dalam kegiatan perikanan dan pemanfaatan sumber daya air lainnya. 3. Hutan. Jenis sumber agraria ini secara historis adalah modal alami utama dalam kegiatan ekonomi komunitas-komunitas perhutanan, yang hidup dari pemanfaatan beragam hasil hutan menurut kearifan lokal. 4. Bahan tambang. Jenis sumber agraria ini meliputi ragam bahan tambang/ mineral yang terkandung di dalam tubuh bumi (dibawah permukaan laut) seperti minyak, gas, emas, bijih besi, timah, intan, batu-batu mulia, fosfat, pasir, batu, dan lain-lain. 1 Ahcmad Sodiki, Politik Hukum Agraria, Jakarta :Konstitusi Press, 2013, hlm. 138. 2 Yance Arizona, Konstitusioanalisme Agraria, Yogyakarta:STPN Press, 2014. Hlm. 3

Lingkup agraria pada hakikatnya sama dengan lingkup wilayah dan ruang, yaitu wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. 3 Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam, salah satunya adalah energi panas bumi. Energi panas bumi adalah energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi menjelaskan bahwa panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, sekitar 40% cadangan panas bumi dunia terletak di bawah tanah indonesia, maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi panas bumi terbesar di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan. Namun sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya menggunakan 4-5% dari kapasitasnya. 4 Di dalam Undang-undang Panas Bumi Pasal 9 terdapat dua cara pemanfaatan panas bumi yaitu pemanfaatan langsung dan pemanfaatan tidak langsung. Pemanfaatan langsung panas bumi adalah kegiatan pengusahaan panas bumi secara langsung tanpa melakukan proses pengubahan energi panas dan/atau fluida menjadi jenis energi lain untuk keperluan nonkelistrikan. Pemanfaatan langsung panas bumi ini dapat digunakan untuk kegiatan wisata, agrobisnis, industri, dan kegiatan lain yang menggunakan panas bumi untuk pemanfaatan langsung. 3 Ibid, Hal. 8 4 http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-bumi/item268 di akses tanggal 23 Maret 2016 pukul 11.08 WIB.

Sektor pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang penting di tengah meningkatnya segala aktifitas dan kesibukan yang mengiringi masyarakat. Sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan bahwa kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Di dalam Pasal 19 Undang-undang Kepariwisataan menjelaskan bahwa: Ayat (1) setiap orang berhak : a. Memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata b. Melakukan usaha wisata c. Menjadi pekerja/buruh pariwisata/ dan atau d. Berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan Ayat (2) setiap orang dan atau/ masyarakat di dalam dan sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas : a. Menjadi pekerja/buruh b. Konsinyasi dan/atau c. Pengelolaan. Seperti yang terdapat di Kabupaten Solok, dimana terdapat potensi panas bumi. Kementrian Energi Sumber Daya Mineral menganalisa terdapat potensi panas bumi sebesar 193 MWe di daerah penghasil beras itu. Diantara potensi panas bumi itu, terdapat di sejumlah lokasi,

seperti Surian sebanyak 75 MWe, kawasan Sumani sebesar 52 MWe, dan Gunung Talang sebesar 66 MWe. 5 Salah satu kegiatan pemanfaatan langsung panas bumi adalah kegiatan wisata seperti yang dijelaskan dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Panas Bumi. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Pasal 1 ayat (6) Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Derah Kabupaten Solok Tahun 2013-2025, bahwa Pariwisata berbasis budaya selanjutnya disebut pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah yang berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya baik yang bersifat berwujud (tangible) dan bersifat tidak berwujud (intangible). Sejalan dengan perkembangan pariwisata di zaman ini semakin pesat dan beragamnya kebutuhan masyarakat terhadap pariwisata. Sumber panas bumi yang salah satunya yaitu air panas yang terdapat di Kabupaten Solok ini kemudian dikembangakan menjadi tempat wisata pemandian air panas, seperti yang terdapat di Jorong aia angek, Nagari Koto Gadang Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. Sumber air panas ini diketahui sudah ada yang sejak lama yang bersumber langsung dari Gunung Talang yang masih aktif. Yang kemudian dikelola oleh salah satu warga sejak tahun 2009 sampai sekarang. Sebagai usaha yang bergerak di bidang pariwisata pemilik atau pengelola usaha harus memenuhi terlebih dahulu dokumendokumen perizinan yang menjadi persyaratan kegiatan usaha tersebut. Misalnya izin pemanfaatan langsung panas bumi untuk kegiatan wisata melihat usaha yang dikelola merupakan 5 Panas Bumi Gunung Talang-Bukit Kili disosialisasikan berpotensi menjadi sumber energi terbarukan http://tingkapone.com/baca.php?id=414 di akses pada tanggal 19 Mei 2016, Pukul 10.32 WIB.

sumber daya alam. Kemudian izin mendirikan bangunan untuk penginapan, Izin Usaha Pedagangan, izin gangguan, dan lain-lain. Namun pada kenyaataannya wisata pemandian air panas Bukik Gadang ini belum memilki izin pemanfaatan langsung untuk kegiatan wisata dikarenakan di Kabupaten Solok sendiri belum mempunyai izin khusus yang mengatur pemanfaatan langsung panas bumi. Padahal di dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi Pasal 8 menyatakan bahwa kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah untuk membentuk Peraturan Perundangundangan daerah di bidang Panas Bumi untuk pemanfaatan langsung, pemberian izin pemanfaatan langsung pada wilayah yang menjadi kewenangannya, pembinaan dan pengawasan, pengelola data dan informasi geoglogi serta potensi panas bumi pada wilayah Kabupaten/Kota, serta inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangana bumi pada wilayah Kabupaten/Kota. Di dalam Undang-Undang Panas Bumi juga menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung wajib terlebih dahulu memiliki izin pemanfaatan langsung. Adanya instrumen perizinan dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan usaha, sedangkan tujuan pemberian izin usaha yaitu untuk melindungi kepentingan umum memberi kewenangan kepada Pemerintah memungut retribusi sebagai salah satu sumber Pendapat Asli Daerah (PAD). Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang izin pemanfaatan langsung panas bumi (air panas) untuk kegiatan usaha pariwisata dengan judul : IZIN PEMANFAATAN LANGSUNG PANAS BUMI (AIR PANAS BUKIK GADANG) NAGARI KOTO ANAU KECAMATAN LEMBANG JAYA UNTUK USAHA PARIWISATA KABUPATEN SOLOK.

B. Perumusan Masalah Beranjak dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun yang menjadi pemikiran penulis mengenai perumusan masalah yang perlu diteliti yaitu: 1. Mengapa izin pemanfaatan langsung panas bumi (air panas Bukik Gadang),Nagari Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya untuk usaha Pariwisata Kabupaten Solok tidak ada dan apa saja perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan langsung panas bumi? 2. Apa sajakah yang menjadi kendala dari izin pemanfaatan langsung panas bumi (air panas Bukik Gadang) Kecamatan Lembang Jaya untuk usaha Pariwisata Kabupaten Solok dan apa upaya penangulangannya? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan izin dari pemanfaatan langsung panas bumi (air panas Bukik Gadang) Kecamatan Lembang Jaya untuk usaha pariwisata di Kabupaten Solok dan perizin yang terkait dengan pemanfaatan langsung panas bumi. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala izin dari pemanfaatan langsung panas bumi (air panas) Bukik Gadang, Kecamatan Lembang Jaya untuk usaha pariwisata Kabupaten Solok. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Agar dapat melatih penulis dalam melakukan penelitian secara ilmiah dan terarah sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan serta melatih dan mempertajam analisa terhadap perkembangan hukum seiring dengan dinamika hukum yang selalu bersifat dinamis mengikuti perkembangan yang ada. b. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis terhadap rumusan masalah dalam penelitian sehingga dapat mengetahui bagaimana izin pemanfaatan langsung panas bumi (air panas) Bukik Gadang, Kecamatan Lembang Jaya untuk usaha pariwisata di Kabupaten Solok. 2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan dan dijadikan referensi dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan hukum dalam izin pemanfaatan sumber daya alam terutama dalam pemanfaatan langsung panas bumi terkhususnya dalam pengelolaan air panas untuk kegiatan pariwisata. E. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum, yaitu penelitian yang diterapkan atau diberlakukan khusus pada ilmu hukum. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok. Untuk memperoleh data yang maksimal dalam penelitian dan penulisan ini sehingga tercapai tujuan yang diharapkan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis sosiologis atau yuridis empiris (Sosio-legal research) yaitu penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent

variable) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial. 6 Penelitian hukum sosiologis memandang hukum sebagai fenomena sosial dengan pendekatan struktural dan umumnya terkuantifikasi. 7 Sebab, penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti kenyataan hukum yang ada didalam suatu masyarakat. 8 Yuridis dalam arti menganalisa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemanfaatan langsung panas bumi untuk kegiatan pariwisata. 2. Sifat dan Tipe Penelitian Dari sudut sifat, maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yang melukiskan tentang sesuatu hal dalam ruang dan waktu tertentu. Sedangkan tipe penelitian adalah penelitian preskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau merumuskan masalah sesuai dengan keadaan atau fakta yang ada. 3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung pada sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. 9 Dalam hal ini penulis melakukan penelitian ke lapangan dengan melakukan wawancara kepada sumber informasi dari pihak 133. 6 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,Jakarta, 2012, hlm. 7 Ibid, hlm. 167. 8 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 105. 9 Ibid, hlm. 106.

pemangku kepentingan (stake holders) terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Solok, Dinas Pariwisata Kabupaten Solok, pihak pengelola pemandian air panas bukik gadang, serta masyarakat yang berada di sekitar pemandian air panas tersebut. b. Data Sekunder Dalam mengumpulkan bahan penelitian, data sekunder dari penelitian ini terdiri : 1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan yurisprundesi yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer terdiri dari : a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. c) Undang-Undang No.21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi. d) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. e) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. f) Undang-Undang No. 03 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan. g) Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. h) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. i) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi dan Tatat Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. j) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

k) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetepan Izin Gangguang di Daerah. l) Permen Pariwisata No. 27 Tahun 2015 Tentang Standar Pengelolaan pemandian air panas. m) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 7 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Panas Bumi, n) Peraturan Daerah Solok No. 4 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Solok Tahun 2013-2025. o) Peraturan Bupati Solok No. 51 Tahun 2012 Tentang Pelimpahan Wewenang Perizinan dan Nonperizinan kepada Kepala KP3M Kabupaten Solok. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku yang menunjang penelitian, jurnal hukum, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian dan pendapat pakar hukum yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data-data tersebut penulis dapatkan dari: 1) Koleksi Pribadi 2) Perpustakaan Hukum Universitas Andalas 3) Perpusatakaan Universitas Andalas 4) Perpusatakaan Lembaga Advokasi Mahasiswa dan Pengkajian Kemasyarakatan 5) Perpustakaan online

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum), kamus bahasa indonesia dan ensiklopedia dan lain sebagainya. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden. 10 Wawancara dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung seperti melalui telepon, email, menulis surat dan lain-lain. Wawancara dilakukan dengan metode semi terstruktur yakni disamping menyusun daftar pertanyaan, penulis juga mengembangkan pertanyaan lain yang kemungkinan muncul pada saat wawancara berlangsung. Adapun yang menjadi informasi dalam penelitian ini adalah : i. Pihak Pengelola Pemandian Air Panas Bukik Gadang. ii. iii. iv. Pemerintah Daerah Kabupaten Solok Staf Bagian Hukum Sekretaris Daerah Kabupaten Solok Kepala Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal Kabupaten Solok b. Studi Pustaka 10 Amiruddin dan Zainal Asikin, Ibid, hlm. 82.

Studi Pustaka yaitu mengumpulkan, mempelajari dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta bahanbahan pustaka lainnya yang ada hubungan dengan penelitian ini. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap. 11 5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan dari lapangan dengan lengkap, maka tahap berikutnya adalah mengelola dan menganalisis data, yang pada pokonya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 12 1. Editing, yaitu pengeditan terhadap data-data yang telah dikumpulkan yang betujuan untuk memeriksa kekurangan yang mungkin ditemukan dan memperbaikinya. 2. Coding, setelah melakukan pengeditan, peneliti akan memberikan tandatanda atau kode-kode tertentu untuk menentukan data yang bersifat heterogen yang relevan dan benar-benar dibutuhkan. b. Analisis Data Semua data yang telah dikumpulkan yakni data primer dan data sekunder diolah secara kualitatif, yakni menghubungkan permasalahan yang dikemukakan dengan teori yang relevan sehingga diperoleh data deskriptif 11 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2003, hlm. 112. 12 Ibid., hlm. 125.

yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kalimat sebagai gambaran dari apa yang telah diteliti dan telah dibahas untuk mendapatkan kesimpulan.