BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu merupakan harapan dan dambaan seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

Sistem Pendidikan Nasional

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu. komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

KATA PENGANTAR. menengah.

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu lembaga tidak langsung menghasilkan

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

RENCANA STRATEGIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan harapan dan dambaan seluruh masyarakat serta target dari pemerintah Republik Indonesia sebagai wahana untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga memiliki daya guna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta daya saing yang tinggi di era global. Menurut Baswedan (2009): saingan pelajar di Indonesia yang sebenarnya bukan pelajar yang studi di Indonesia, tapi pelajar Indonesia yang studi di luar negeri. Mereka nantinya akan berkompetisi di tanah air pasca kepulangannya. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan yang ada di dalam negeri harus memacu diri semaksimal mungkin agar kualitas lulusannya tidak jauh ketinggalan, bahkan bisa setara dan mengungguli out-puts dari luar negeri. Dalam kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sedangkan menurut survei Political and Economic 1

2 Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Sedangkan kualitas pendidikan Indonesia ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Khusus kualitas guru (2002-2003) data guru yang layak mengajar, untuk SD hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,09% (swasta), untuk SMA 65, 29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Data Trend in Mathematic and Science Study 2003/2004 mencatat bahwa siswa Indonesia (SD) hanya berada di rangking ke 35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematikan dan rangking 37 dari 44 negera dalam hal prestasi sains. Dalam skala internasional menurut Bank Dunia, Study IFA di Asia Timur menunjukkan ketrampilan membaca siswa kelas IV SD Indonesia berada pada tingkat rendah apabila dibandingkan dengan Negara lain yaitu Hongkong

3 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%, sedangkan Indonesia berada pada posisi 51,7%. Data-data tersebut di atas menunjukkan terdapat masalah dalam sistem pendidikan Indonesia, pertama: masalah mendasar yakni kekeliruan paadigma yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem pendidikan, kedua: masalah-masalah lain, yaitu berbagai problem yang berkaitan dengan aspek praktis/teknis penyelenggraraan pendidikan, misalnya: biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, rendahnya kesejahteraan guru dan sebagainya (Subandi, 2009;90). Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka sangat perlu dilakukan pembenahan kegiatan pendidikan di berbagai bidang, diantaranya dengan pemberlakukan peraturan perundangan pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.... dengan berbagai aturan pengawal penyelenggaraan pendidikan maka kualitas produk pendidikan akan memiliki standar mutu tertentu dan dapat bersaing dengan lulusan pendidikan lain (Harsono, 2008:1). Selanjutnya menurut Tilaar (2006:75):... dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar yang perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan fisible mengenai tujuan pendidikan. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan, pemerintah Republik Indonesia telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang dalam bab II pasal 3

4 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diperlukan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III pasal 4, sebagai berikut: (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa; (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, yaitu pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan; pendidikan multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup; (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat; (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses

5 pembelajaran; (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat; (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Terkait dengan peserta didik, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional juga menyebutkan tentang hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana yang tertuang dalam bab V pasal 12: hak peserta didik tersebut meliputi: (1) mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; (2) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (3) mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; (4) mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; (5) pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; (6) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan, sedangkan kewajiban bagi peserta didik meliputi: (1) menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; (2) ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Agar kegiatan penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan dengan mutu yang terstandar, maka pemerintah Republik Indonesia menetapkan pedoman standar mutu pendidikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tujuan ditetapkannnya standar nasional pendidikan tertuang dalam bab II pasal 4: standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. salah satu perubahan mendasar dalam bidang pendidikan nasional adalah lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Asmani, 2011:63). Untuk mencapai kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang terstandar diperlukan langkah-langkah perbaikan secara kongkrit dan operasional dan terus menerus serta berkelanjutan. Sedangkan dalam upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu memerlukan strategi dan kerjasama serta bimbingan dari berbagai pihak terkait dengan didukung oleh kebijakan yang tepat, baik ditingkat pusat maupun daerah. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik, bahkan menurut Pressman & Wildavsky dalam Sutton & Levinson: bahwa hari ini pendidikan adalah pusat wilayah kebijakan publik. Kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik,dalam makalah akhir ini adalah kebijakan sebagai keputusan tetap dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka 6

yang mematuhi keputusan tersebut. Konsistensi ditinjau berdasarkan hirarki kebijakan. kebijakan berdasarkan hirarki terdiri dari: (1) policy level, (2) organization level, dan (3) operational level. Dalam sistem negara demokrasi seperti di Indonesia, kebijakan pada policy level adalah TAP MPR Nomor IV Tahun 1999 dan undang-undang yang direpresentasikan oleh MPR RI dan DPR RI; pada organization level yaitu Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres) dan Keputusan Menteri (Kepmen), direpresentasikan oleh Presiden Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia; dan pada operational level yaitu peraturan pelaksanaan direpresentasikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kementerian Pendidikan Nasional (Emzir, 2010:8). Menurut Juran, bahwa dalam upaya peningkatan mutu diperlukan tiga elemen, yaitu: (1) quality planing; (2) quality qontrol; dan (3) quality improvement. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan implementasi dari upaya pemerintah dalam peningkatan mutu sebagaimana yang dijelaskan pada bab II pasal 3 bahwa: Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional secara bertahap, terencana, dan terukur, maka harus dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi sebagaimana yang tertuang dalam bab XVI Undang-undang 7

8 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk menilai kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, maka pemerintah melakukan akreditasi sesuai amanat bab XVI bagian kedua pasal 60 tentang Akreditasi. Untuk melaksanakan akreditasi, pemerintah menetapkan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 29 Tahun 2005. BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Untuk mendapatkan hasil akreditasi yang maksimal sebagai bagian dari indikator keberhasilan pencapaian standar nasional pendidikan, maka sekolah dituntut untuk melakukan pemberdayaan dalam berbagai bidang guna meningkatkan produktivitas yang bermuara pada kualitas pelayanan. faktor-faktor dalam meningkatkan produktivitas kerja meliputi perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan, filsafat organisasi, dan pemberdayaan sumber daya manusia (Siagian, 2002:13). Sekolah sebagai sebuah organisasi harus melakukan pemberdayaan yang efektif. pemberdayaan yang efektif yang dikomunikasikan pada seluruh organisasi akan meningkatkan produktivitas pekerja, mengembangkan sikap dan tanggungjawab serta pendelegasian otoritas yang lebih besar pada bawahan (Sutrisno, 2010:61).

Menurut Cheng (1996): bahwa sekolah dikatakan efektif jika mempunyai kapasitas untuk memaksimalkan pencapaian tujuan-tujuan dan fungsi-fungsi sekolah (Raihani, 2010:8). Edmonds (1983), seperti dikutip dalam Richards (1991), menyatakan bahwa sekolah yang efektif dapat dinilai dari perubahan-perubahan dalam karakteristik organisasional sekolahnya, yang mencakup fokus pada pendidikan dasar, kepemimpinan instruksional, ekspektasi-ekspektasi akademik yang tinggi, ketertiban, dan suasana sekolah yang positif. Era globalisasi memunculkan banyak implikasi, termasuk diantaranya adalah di dalam dunia pendidikan Indonesia. Menurut Tilaar (2006): Globalisasi yang sedang dan akan dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia semakin lama semakin intens, maka pertanyaan yang segera muncul adalah bagaimanakah mengelola sistem pendidikan nasional agar dapat sejalan dengan dinamika global yang sedang dan akan terjadi? Sudah kita lihat pula bahwa proses globalisasi di dalam dunia terbuka tidak memungkinkan lagi hidupnya suatu organisasi yang mempertahankan status quo. Tidak ada jalan lain, setiap organisasi harus berubah dan dinamis, agar output yang dihasilkan oleh organisasi tersebut semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Apabila organisasi tersebut termasuk organisasi pendidikan, tetap mempertahankan status quo, maka hasilnya ialah manusia dan masyarakat Indonesia yang tidak dapat survive di dalam dunia yang kompetitif. (Asmani, 2011:16). SMK Negeri 3 Pati merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional dalam menyelenggarakan proses pendidikan tentunya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam upaya pencapaian strandar nasional pendidikan sebagai standar pelayanan minimal secara nasional perwujudan dari penjaminan mutu pendidikan. Sebagai gambaran awal tentang kondisi SMK Negeri 3 Pati dari sudut pandang hasil akreditasi dapat dipaparkan hasil akreditasi yang telah 9

dilaksanakan pada tahun 2006 berdasarkan keputusan dari Badan Akreditasi Sekolah Tingkat Provinsi Jawa Tengah Nomor : 018/BASPROP/TU/I/2006 tanggal 28 Januari 2006 sebagai berikut: (1) Kompetensi Keahlian Tata Boga: Terakreditasi B dengan skor nilai 80,160; (2) Kompetensi Keahlian Tata Busana: Terakreditasi A dengan skor nilai 85,660; (3) Kompetensi Keahlian Tata Kecantikan: Terakreditasi B dengan skor nilai 81,760; (4) Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan: Terakreditasi B dengan skor nilai 82,160. Selanjutnya hasil akreditasi yang dilakukan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: (1) Kompetensi Keahlian Tata Boga mendapat hasil: Terakreditasi A dengan skor nilai 90; (2) Kompetensi Keahlian Tata Busana mendapat hasil: Terakreditasi A dengan skor nilai 89; (3) Kompetensi Keahlian Tata Kecantikan Kulit mendapat hasil: Terakreditasi A dengan skor nilai 91; (4) Kompetensi Keahlian Tata Kecantikan Rambut mendapat hasil: Terakreditasi A dengan skor nilai 90; (5) Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan mendapat hasil: Terakreditasi A dengan skor nilai 88. Tabel 1.1 Hasil Akreditasi SMK Negeri 3 Pati Hasil Akreditasi Kompetensi Keahlian Tahun 2006 Tahun 2010 Tata Boga B A Tata Busana A A Tata Kecantikan B - Tata Kecantikan Kulit - A Tata Kecantikan Rambut - A Akomodasi Perhotelan B A 10

11 Melalui gambaran awal tersebut sangat menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang Pemberdayaan Sekolah dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan dengan Studi Situs SMK Negeri 3 Pati, disebabkan adanya perkembangan yang cukup signifikan dalam hasil akreditasi yang merupakan indikator dari pengelolaan organisasi sekolah yang baik dan berkualitas. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka fokus penelitian yang diambil adalah: Bagaimana karakteristik pemberdayaan sekolah dalam pencapaian standar nasional pendidikan? Adapun sub fokus penelitian berdasarkan fokus penelitian, meliputi : 1. Bagaimana karakteristik administrasi sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan? 2. Bagaimana karakteristik hubungan kerja kepala sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan? 3. Bagaimana karakteristik pengembangan fasilitas sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan? C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang Pemberdayaan Sekolah dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk:

12 1. Mendeskripsikan tentang karakteristik administrasi sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan; 2. Mendeskripsikan tentang karakteristik hubungan kerja kepala sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan; 3. Mendeskripsikan tentang karakteristik pengembangan fasilitas sekolah dalam mencapai standar nasional pendidikan. D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah adanya kajian ilmiah terkait dengan upaya-upaya nyata yang dilakukan oleh SMK Negeri 3 Pati dalam mencapai standar nasional pendidikan sebagai bagian dari penjaminan mutu layanan pendidikan. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pati sebagai masukan dalam penentuan kebijakan tentang pengembangan sekolah berdasarkan standar nasional pendidikan; 2. Bagi Komite Sekolah sebagai pertimbangan dalam pengembangan sekolah berdasarkan standar nasional pendidikan; 3. Bagi Kepala SMK Negeri 3 Pati sebagai pedoman dalam upaya mencapai standar nasional pendidikan yang semakin optimal; 4. Bagi Peneliti sebagai pengembangan pengetahuan dalam rangka peningkatan profesionalisme sebagai pendidik.

13 E. Daftar Istilah 1. Pemberdayaan adalah cara atau proses membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. 2. Sekolah adalah sebuah tempat untuk mengajar dan belajar, tempat untuk memberi dan menerima pendidikan formal. 3. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. 4. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) adalah jenis sekolah pada jenjang sekolah menengah tingkat atas. 5. SMK Negeri 3 Pati adalah salah satu sekolah menengah kejuruan negeri yang beralamat di Jalan Kolonel Sunandar Nomor 108 Pati.