BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJAAN PENGECORAN LOGAM DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia yang terampil harus berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan tenaga yang berlebih karena adanya hubungan dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dan mengatur hak-hak serta

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman, nyaman dan selamat. Pekerja yang merasa aman, nyaman dan selamat saat bekerja di tempat kerja akan mendorong tercapainya hasil kerja yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak aman, nyaman dan selamat saat bekerja di tempat kerja. Menurut Suma mur (1996), banyak faktor yang berpengaruh dalam setiap kejadian kecelakaan kerja. Beberapa diantaranya yaitu faktor manusia, peralatan pendukung keselamatan dan juga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di dalam organisasi. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, telah diatur di dalamnya mengenai kewajiban bagi setiap tempat kerja untuk menerapkan SMK3, termasuk peraturan mengenai implementasi Alat Pelindung Diri (APD). Terkait implementasi APD banyak aspek yang berpengaruh diantaranya faktor manusia, kondisi atau spesifikasi APD dan kenyamanan penggunaan APD. Penggunaan APD yang tepat dapat mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan secara signifikan. Hal tersebut dapat

dicapai jika APD yang dipergunakan didesain berdasarkan studi tentang ergonomi dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era globalisasi saat ini tidak saja dialami oleh negara industri tetapi juga oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya 2012, ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Depkes, 2014). Keberhasilan dalam penerapan K3 di suatu perusahaan dapat dilihat dari kasus - kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka - angka yang harus diberikan perhatian serius untuk pekerja Indonesia. Data kecelakaan kerja di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7-8 juta menujukan 100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan hilang hari kerja setiap tahunya. Kerugian rata - rata Rp. 100-200 milyar per tahunnya dan korban meninggal per tahunnya rata - rata antara 1500-2000 orang, penelitian kasus untuk tahun 2000 akibat kecelakaan kerja 70 juta hari kerja atau 500 juta jam kerja hilang. Peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi selain kecelakaan kerja berat terdapat juga kecelakaan kerja ringan atau hampir kecelakaan (Suma mur, 2009). Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja mempunyai banyak penyebab yang saling berkaitan serta dapat menyebabkan kematian, cacat dan 2

PAK. Berdasarkan tipe kecelakaan keja di Indonesia menurut Provinsi Triwulan IV 2014, Provinsi Jawa Tengah terjadi kecelakan kerja sebanyak 3.080 kasus dengan jumlah korban 3.107 jiwa dan PAK sebanyak 12 kasus (Pusdatinaker, 2014). Industri pengecoran logam yang terletak di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merupakan salah satu contoh proses industrialisasi. Secara umum industri industri tersebut merupakan industri berskala kecil dan menengah dengan perkembangannya yang telah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper terdiri dari 237 unit industri, sedangkan yang sudah bergabung dalam Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan (KPUP) Batur Jaya Ceper sebanyak 217 perusahaan pengecoran logam baik yang berskala kecil, menengah dan besar. Banyaknya perusahaan industri pengecoran logam di daerah tersebut, maka dapat membuka lapangan pekerjaan dan menampung tenaga kerja yang banyak (Prayudi, 2003). CV. Manunggal Baja Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang berada di daerah Ceper, perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi pengecoran logam yang memiliki beberapa bagian di dalamnya yaitu kantor, gudang penyimpanan bahan (pasir besi atau gram) dan obat (silicon dan mangan steel), tempat proses peleburan logam, tempat proses pencetakan logam, tempat hasil barang setengah jadi dan ruang penyimpanan APD, sedangkan alat yang digunakan untuk proses peleburan yaitu tungku peleburan 3

logam listrik frekuensi rendah 50 Hz yang menggunakan proses induction system dengan kapasitas setiap satu kali peleburan sebanyak 500 Kg, waktu yang diperlukan 35 45 menit, suhu rata rata saat peleburan antara 5000 7000 C, memerlukan tegangan arus listrik sebesar 1 MW. Dalam satu hari dilakukan proses peleburan logam sebanyak 7 kali dengan bahan baku yang diperlukan untuk satu hari proses peleburan logam yaitu 3,5 ton pasir besi (gram). Alat pelindung diri merupakan salah satu upaya untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan penerapan APD di perusahaan tidak semata mata hanya digunakan oleh setiap pekerja saja karena setiap orang yang berkunjung ke dalam perusahaan juga perlu memakai APD. APD yang tersedia di CV. Manunggal Baja Sejahtera sudah dikatakan lengkap untuk setiap bagian bagian di dalam unit kerja produksi pengecoran logam. Beberapa jenis APD yang tersedia di perusahaan tersebut yaitu safety helmets berbahan fiberglass sebanyak 50 buah, tutup kepala sebanyak 41 buah, goggles sebanyak 41 buah, respirator sebanyak 41 buah, masker satu pack isi 50 buah per hari, sarung tangan berbahan karet sebanyak 6 pasang, sepatu berbahan karet sebanyak 6 pasang, sarung tangan berbahan kulit sebanyak 36 pasang, sepatu berbahan kulit sebanyak 36 pasang dan pakaian pelindung (apron) berbahan kulit sebanyak 41 buah. Jumlah APD yang tersedia sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan mencukupi untuk 40 orang pekerja pada unit kerja produksi pengecoran logam di perusahaan tersebut. 4

Ketersediaan APD yang lengkap di suatu perusahaan belum menjadi jaminan untuk setiap pekerja akan memakainya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang menjadi alasan pekerja untuk tidak memakai APD tersebut. Adapun faktor pendorong menurut Lewrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo (2007), yang dapat mempengaruhi penggunaan APD antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai nilai dan tradisi atau budaya. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti yaitu pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan APD dimana pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, jika pengetahuan pekerja tersebut baik maka perilaku penggunaan APD juga baik dan sebaliknya. Sedangkan sikap berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku, jika sikap pekerja baik (positif) maka, pengetahuan dan perilaku penggunaan APD juga baik (positif) dan sebaliknya. Berdasarkan penelitian Kusuma (2013), diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,007), dan diketahui bahwa ada hubungan antara sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,001). Penelitian Khamdani (2009), diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,001), dan diketahui bahwa ada hubungan antara sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,001). Penelitian Putra (2012), diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,465), Penelitian Sihombing (2014), diketahui bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan dengan penggunaan alat pelindung diri (p= 0,058). 5

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan dengan metode wawancara mengenai APD secara umum diperusahaan CV. Manunggal Baja Sejahtera di unit kerja produksi pengecoran logam terhadap 10 pekerja diperoleh hasil untuk variabel pengetahuan pekerja tentang pengunaan APD sebesar 30% baik dan 70% tidak baik. Sedangkan untuk variabel sikap pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri sebesar 40% positif dan 60% negatif. Alasan mengapa pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, karena merasa tidak nyaman, gatal - gatal, panas dan sudah lama terbiasa tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Sedangkan APD yang disediakan di perusahaan tersebut sudah cukup memadai untuk semua pekerja yang ada. Berdasarkan uraian di atas pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan APD sangat berperan dalam peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Data di atas menunjukkan masih kurangnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya untuk penggunaan APD. Oleh karena itu, mengingat pentingnya penggunaan APD saat bekerja ditempat kerja pada pekerja pengecoran logam maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Pengggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Unit Kerja Produksi Pengecoran Logam. 6

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pengggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pengggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam. b. Untuk mendeskripsikan pengetahuan pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam. c. Untuk mendeskripsikan sikap pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam. d. Untuk mendeskripsikan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam. e. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di pengecoran logam. f. Untuk menganalisis hubungan antara sikap dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di pengecoran logam. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pekerja Pengecoran Logam Meningkatkan pengetahuan dan sikap pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri serta memberikan masukan akibat yang bisa ditimbulkan apabila tidak menggunakan alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya potensi bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada saat berkerja di unit kerja produksi pengecoran logam. 2. Bagi Pemilik Perusahan Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat keselamatan pekerja saat bekerja ditempat kerja dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengecoran logam. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda untuk mengetahui faktor - faktor lain yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengecoran logam. 8