BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan software kamus tematik bergambar Untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

*Febriani Tabita Dara Ninggar **Masrul ***Marsia Sumule

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari kurikulum 1975 hingga kurikulum

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lulu Fatimah (Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNJ)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

PENGARUH METODE KUBACA DENGAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS I SDLB

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Wahyuni, 2014 Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari oleh setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang dapat menunjukkan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan secara teratur, terus menerus, dan berkelanjutan. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan alat komunikasi dengan sesama manusia. Sementara bahasa

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah keterampilan berbahasa baik itu secara verbal maupun non verbal. Bahasa adalah bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal yang mencakup bentuk bahasa yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantomim dan seni. (Hurlock, 1978). Bahasa merupakan salah satu media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Manusia tidak akan lepas dari proses penggunaan bahasa dalam kehidupannya sehari-hari. Bahasa digunakan dalam setiap lini kehidupan untuk mempermudah proses berkomunikasi. Penggunaan bahasa tidak mengenal usia, dari orang tua hingga anak kecil, harus menggunakan bahasa untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. (http://catatannyasulung.wordpress.com). Kemampuan berbahasa yang perlu dikuasai oleh setiap individu dalam berkomunikasi yaitu bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif mengacu kepada kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan kepadanya, sedangkan kemampuan 1

2 bahasa ekspresif yaitu kemampuan yang ditunjukan melalui aktifitas berbicara. Dasar- dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman- pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman- pengalaman yang kaya akan menunjang faktor- faktor bahasa lain, mendengarkan dan membaca yang termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif. (http://monelamanogawabangs.blogspot.com). Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, sehingga komunikasi tidak dapat terjalin antar lawan bicaranya. Sebagaimana dikemukakan oleh Mufti Salim (Somantri Sutjihati 1996:74), bahwa : Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Dengan melihat definisi dari tunarungu tersebut, maka muncul hambatan bagi anak tunarungu tersebut. Hambatan yang terjadi pada anak tunarungu yaitu dalam perkembangan bahasa. Bahasa berhubungan dengan bicara. Bahasa dan bicara yang baik akan mengarah kepada penguasaan kosakata. Penguasaan kosakata memungkinkan seseorang dapat berbahasa dengan baik dan benar. Anak pada umumnya dalam menguasai bahasa tidak begitu tampak usaha karena mendengar secara otomatis mereka meniru apa yang dikatakan orang lain. Berbeda halnya anak tunarungu yang mengalami hambatan perkembangan bahasa dan bicara. Pada dasarnya perkembangan bahasa anak

3 tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa pada umumnya. Pada usia awal bayi akan menangis apabila merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan sampai pada tahap meraban anak tunarungu mengalaminya, karena tahap meraban merupakan tahap yang alami. Pada tahap inilah sebenarnya anak mulai belajar bahasa. Pada anak mendengar, dari bunyi- bunyi yang dikeluarkan olehnya akan diulang- ulang dan mendapat penguatan dari orangtuanya sehingga bunyi- bunyi tersebut menjadi sebuah kata. Pada anak tunarungu tahap selanjutnya seperti meniru kata- kata di lingkungan sekitar tidak dapat dilakukan karena tidak/ kurang dapat mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruan hanya terbatas pada peniruan visual. Kekurang mampuan anak tunarungu dalam mengakses bunyi bahasa melalui pendengarannya akan mempengaruhi terhadap daya ingat dan memahami lambang bunyi serta kemampuan menirukan (memproduksi) bunyi bahasa, karena kemampuan mengingat memiliki korelasi yang cukup kuat. Yanti Depe (http://www.bintangbangsaku.com) menjelaskan bahwa: Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, semua benda, nama sifat, pekerjaan dan hal lain yang abstrak, diberi nama. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpan, menjadi tanggapantanggapan dan pengalaman- pengalaman kemudian diolah (berpikir) menjadi pengertian- pengertian. Berdasarkan penjelasan di atas, menggambarkan bahwa begitu pentingnya peranan bahasa dalam menyimpan informasi, oleh karena itu agar

4 informasi dapat tersimpan dengan baik maka harus ditunjang oleh pemahaman yang baik dan ingatan yang baik pula. Bahasa dan bicara juga memiliki peranan yang penting dalam berkomunikasi. Jika anak memiliki bahasa dan bicara yang baik maka proses pemahaman secara konkrit maupun abstrak akan dapat dimengerti, begitu juga sebaliknya. Myklebust (Somad. P & Hernawati. T. 1995:13) berpendapat bahwa : Daya abstraksi yang kurang pada beberapa tugas hanya akibat dari terbatasnya kemampuan berbahasa anak, bukan merupakan suatu keadaan mental retardation. Jika kemampuan berbahasanya ditingkatkan maka kemampuan berabstraksipun bertambah. Beberapa hambatan yang dialami oleh anak tunarungu sebagai dampak ketunarunguan dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa dan bicara adalah sulit memaknai kata, salah pengucapan dan kurangnya kosakata yang dimiliki sehingga sulit untuk memaknai sebuah objek. Hal ini memperkuat terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Penguasaan anak tunarungu terhadap kosakata sangat minum, sehingga mereka sukar untuk menuangkan pemikirannya dengan jelas. Kurangnya penguasaan kosakata berdampak kepada pemahaman anak tunarungu dalam memahami kata secara abstrak, sehingga anak tunarungu pada umumnya mengalami kesulitan dalam berbahasanya. Dalam penelitian ini kemampuan memaknai kata merupakan kajian ilmu yang akan menjadi inti pembahasan. Pada umumnya memaknai kata diperlukan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang pada akhirnya anak mampu untuk berkomunikasi.

5 Kemampuan memaknai kata juga diperlukan untuk kepentingan membaca. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilanketerampilan mikro yang terkait dengan proses membaca adalah 1) mengenal kosakata 2) menentukan makna kata- kata 3) mengenal kata benda, kata sifat dan sebagainya. Dengan demikian disini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi- bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. (http/ www. aadesanjaya.blogspot.com). Dimana di dalam proses pembelajaran tersebut, sering terjadi kesalahan dalam pemahaman arti kata maupun pengucapan itu sendiri. Dalam penelitian ini, teknik meraban dijadikan sebagai inspirasi dilihat dari terhentinya fase ini dalam perkembangan bahasa, sekaligus variabel bebas oleh peneliti karena dianggap mempunyai keterkaitan yang cukup erat dengan hal-hal mengenai memaknai kata. Keterkaitan ini terdapat pada teknik meraban itu sendiri. Teknik meraban itu merupakan kegiatan alami pernapasan dan pita suara. (Somad. P & Hernawati. T. 1995: 138) Pada tahap meraban, bayi mulai mengeluarkan suara yang diulang- ulang dan bayi mulai ingin melakukan kontak dengan orang lain melalui suara- suara tersebut. Teknik ini menjadi pondasi dalam meningkatkan pemaknaan kata karena teknisnya dengan mengulang suku kata secara kontinue. Artinya, pengulangan yang terjadi akan tersimpan dalam daya ingat jangka pendek kemudian jika sewaktu- waktu kata tersebut diucapkan maka akan dengan mudah dapat digunakan. Hal ini disebut dengan pengalaman bahasa.

6 Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa anak tunarungu kelas II SDLB yang berusia 8 tahun sebanyak 3 orang, memiliki masalah dalam memaknai kata. Ketika siswa diberikan tugas untuk menyebutkan kata yang ada di sekitar kelas, ketiga siswa tersebut ketika dilihat hasilnya menujukkan sebagai berikut 1) salah dalam mengucapkan kata 2) mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan gambar, 2) menunjukkan gambar yang salah, 3) ketika membaca kata, kata yang disebutkan dieja huruf per hurufnya. Pembelajaran memaknai kata yang selama ini diajarkan oleh guru adalah dengan teknik membaca kata. Membaca kata yaitu anak langsung diajarkan kata sehingga anak akan kebingungan untuk memaknai kata tersebut mengingat anak tunarungu merupakan anak yang memiliki karakteristik pemahaman secara konkrit. Selain itu media yang digunakan dalam pembelajaran membaca kata hanya sebatas gambar yang membuat pembelajaran menjadi tidak menarik dan tidak menyenangkan. Berdasarkan permasalahan inilah diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan memaknai kata yaitu melalui teknik meraban. Dimana teknik ini dilakukan dengan memperhatikan fase terhentinya anak tunarungu dalam memperoleh bahasanya. Penulis memiliki anggapan bahwa teknik meraban merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melatih anak tunarungu dalam meningkatkan kemampuan memaknai kata yang terdiri dari aspek mengucapkan kata yang sesuai dengan gambar dan menunjukan gambar dengan benar. Teknik meraban tersebut meneruskan dampak dari terhentinya pemerolehan bahasa anak tunarungu. Teknik

7 meraban ini pula ditunjang dengan penggunaan program powerpoint sebagai media visual yang mampu menumbuhkan ketertarikan dalam pembelajaran memaknai kata. Melalui teknik ini pula diharapkan anak tunarungu dapat memahami kata, menambah kosakata baru dan melatih otot artikulasi yang kaku serta penggunaan media powerpoint sebagai sarana baru bagi pembelajaran memaknai kata. B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti permasalahan yang terdapat pada anak tunarungu, dimana anak tunarungu sulit memaknai kata, memiliki kemampuan berbahasa yang minim, pengucapan yang salah karena organ artikulasi yang kaku dan kosakata yang sedikit yang pembahasannya dikhususkan pada kemampuan pemahaman memaknai kata anak tunarungu. Minimnya kemampuan dalam memaknai kata anak ini berakibat pada sulit mengartikan atau memahami kata, keterbatasan dalam pengucapan kata yang pada akhirnya menghambat proses komunikasi dengan lawan bicaranya. Masalah dalam memaknai kata tersebut menjadi target behaviour atau variabel terikat yang dirasa perlu untuk diberikan intervensi dengan menggunakan teknik meraban dengan ditunjang oleh penggunaan program powerpoint sebagai media visual yang telah disesuaikan dengan melihat pada target behaviour yang ditentukan. Melalui teknik meraban, diharapkan terdapat perubahan pada kemampuan memaknai kata anak tunarungu.

8 C. Batasan Masalah Pada penelitian ini peneliti berusaha untuk mengefektifkan waktu yang ada, yang pada dasarnya akan berkembang ke arah persiapan materi untuk penelitian ini, maka penelitian ini membatasi masalah pada : kemampuan anak tunarungu dalam memaknai kata, yang meliputi aspek 1) mengucapkan 15 kata benda yang sesuai dengan gambar, 2) menunjukan 15 gambar sesuai dengan kata menggunakan dua suku kata. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemampuan memaknai kata tersebut memberfungsikan kemampuan bahasa secara reseptif dan organ- organ pengucapan dan secara tidak langsung menghasilkan pengucapan dengan jelas yang secara tidak sadar akan terangkai menjadi kemampuan awal untuk menguasai kemampuan memaknai kata. Untuk meningkatkan apa yang menjadi target behaviuor pada penelitian ini, maka peneliti membatasi kemampuan memaknai kata melalui teknik meraban yang berkaitan dengan target behaviour tersebut. D. Rumusan Masalah Sejalan dengan uraian pada latar belakang, masalah dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut : apakah teknik meraban dapat meningkatkan kemampuan memaknai kata pada anak tunarungu?.

9 E. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai sejauh mana pengaruh teknik meraban terhadap peningkatan kemampuan memaknai kata pada anak tunarungu. b. Tujuan Khusus a. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan memaknai kata sebelum menggunakan teknik meraban. b. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan memaknai kata sesudah menggunakan teknik meraban. 2. Kegunaan Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai cara melatih penguasaan bahasa anak tunarungu melalui teknik meraban, sehingga kemampuan memaknai kata anak dapat meningkat. Pada tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang besar salah satunya yaitu dapat membantu meningkatkan kemampuan memaknai kata melalui teknik meraban, sehingga memudahkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari- hari. Secara empiris di lapangan temuan penelitian ini

10 diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi sekolah dan tempat- tempat terapi dalam upaya menangani permasalahan memaknai kata anak tunarungu.