STUDI EKSPERIMENTAL BESARAN MEKANIS BETON MUTU NORMAL PADA SUHU TINGGI. Kaligawe Km.4 Semarang,

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN PERILAKU MEKANIS BETON AKIBAT TEMPERATUR TINGGI 1

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material utama yang banyak digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya jumlah penduduk, perkembangan konstruksi bangunan di

DEGRADASI KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS BETON PASCA KEBAKARAN YANG DITELANTARKAN

ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK

PERILAKU MEKANIK BETON BERSERAT BAJA PADA SUHU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS PASIR KUARSA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA SIFAT MEKANIK BETON

EFEKTIFITAS PASIR KUARSA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA SIFAT MEKANIK BETON

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 49-54

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perancangan maupun inovasi material yang digunakan. konstruksi juga selalu dikembangkan. Beton ringan atau lightweight concrete

Pengaruh Fire Proofing pada Balok Beton Pasca Bakar

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

PERENCANAAN STRUKTUR CHIMNEY (CEROBONG ASAP) DI PLTU KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

ANALISIS UKURAN AGREGAT KASAR PADA SIFAT MEKANIS BETON

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIFAT MEKANIK TULANGAN BETON PASCA BAKAR (SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN STRUKTUR BETON) Agus Santoso

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

Pengaruh Getaran Akibat Kendaraan Di Jalan Tol Terhadap Lingkungan Sekitarnya A-13 Ananta sigit Sidharta, Triwulan dan Widya Utama

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. i sebesar 40,5% dari air yang dibutuhkan pada beton normal. dengan penambahan 1,2% Glenium terhadap berat semen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai material

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

PERBAIKAN ELEMEN STRUKTUR PASCA KEBAKARAN. Kusdiman Joko Priyanto. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MUTU BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON PASCA BAKAR

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beton merupakan material konstruksi yang sangat handal, sehingga

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

MIX DESIGN PERANCANGAN ADUKAN BETON NORMAL

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB I PEDAHULUAN. dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KUAT LENTUR BALOK PROFIL LIPPED CHANNEL GANDA BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

baku beton tersedia cukup melimpah dengan harga yang sangat murah, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI MENGENAI PENGARUH KADAR UDARA PADA PERHITUNGAN VOLUME ABSOLUT CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka telah banyak dipakai jenis beton ringan. Berdasakan SK SNI T

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan

Transkripsi:

STUDI EKSPERIMENTAL BESARAN MEKANIS BETON MUTU NORMAL PADA SUHU TINGGI Antonius 1, Himawan Indarto 2 dan Trisni Bayuasri 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang, e-mail: antoni67a@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro 3 Alumni Magister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro ABSTRAK Beton merupakan material bangunan yang memiliki ketahanan terhadap panas/api yang lebih baik dibandingkan dengan jenis material lain, misalnya baja. Hal ini disebabkan beton memiliki sifat konduktivitas panas yang lemah. Namun beton tetap saja memiliki keterbatasan, sehingga jika terkena panas yang terlalu tinggi dalam jangka waktu cukup lama maka beton tetap mengalami kerusakan. Tingkat kerusakan yang terjadi disebabkan oleh banyak hal misalnya karena pencapaian suhu yang diterima beton maupun lamanya beton terkana api. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui beberapa besaran mekanis yang terjadi pada beton mutu normal yang berada pada temperatur tinggi. Program eksperimental dilakukan dengan membuat benda uji beton silinder ukuran 150/300 mm yang dibakar pada berbagai suhu tinggi. Variabel pengujian meliputi kuat tekan beton, temperatur pembakaran yaitu 300 o C, 600 o C dan 900 o C; serta lama waktu pembakaran yang terdiri dari 3 jam, 5 jam dan 7 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi degradasi kuat tekan dan kekakuan (modulus elastisitas) beton paska bakar. Penurunan secara signifikan terjadi apabila saat lama pembakaran maksimal (7 jam) serta pada suhu 900 o C. Kata-kata kunci: kuat tekan beton, modulus elastisitas, suhu, lama pembakaran 1. PENDAHULUAN Beberapa bangunan sipil dalam beberapa tahun terakhir ini sering mengalami kebakaran karena berbagai sebab, baik itu karena hubungan pendek arus listrik, ledakan kompor/tabung gas, ledakan bom, sambaran petir, atau karena kerusuhan-kerusuhan yang dengan sengaja membakar gedung-gedung yang tidak bersalah. Pada umumnya setiap kebakaran yang terjadi mengakibatkan kerusakan yang cukup parah yang mengakibatkan struktur bangunan tidak dapat difungsikan kembali. Material beton relatif lebih tahan terhadap temperatur tinggi akibat kebakaran dibandingkan struktur baja ataupun kayu yang tidak diproteksi secara khusus. Salah satu kelebihan struktur beton terlihat pada saat mengalami kebakaran adalah keruntuhannya tidak terjadi secara tiba-tiba. Penelitian beton paska bakar yang pernah dilakukan di Indonesia pada dasarnya menampilkan hubungan prosentase penurunan kuat tekan dengan suhu; prosentase penurunan modulus elastisitas terhadap suhu tanpa adanya kejelasan pada berapa lama ISBN 978 979 99327 5 4 A-57

waktunya beton terbakar. Sifat-sifat beton yang terbakar, termasuk lama dan temperatur kebakaran akan mempengaruhi tebal selimut beton dalam komponen struktur beton bertulang. SNI 03-2847-2002 pasal 9.7 yang mengatur tebal selimut beton minimum, tidak secara eksplisit menyebut pertimbangan temperatur dan lamanya pembakaran beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kuat tekan dan modulus elastisitas beton mutu normal akibat temperatur tinggi, dimana kuat tekan beton yang ditinjau adalah 20 MPa dan fc =30 MPa yang akan dibakar pada suhu 300C, 600C, 900C, dengan lama waktu pembakaran 3 jam, 5 jam, dan 7 jam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan apabila ada struktur bangunan beton yang terbakar dalam rentang suhu sampai dengan 900C dan dengan rentang waktu sampai 7 jam. 2. SIFAT MEKANIS BETON PADA SUHU TINGGI 2.1 Kuat tekan beton Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh tingkat porositasnya. Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor utama didalam menentukan tingkat porositas dan kuat tekan beton. Semakin rendah perbandingan air-semen, semakin tinggi kekuatan beton. Pada saat bangunan gedung mengalami kebakaran, maka struktur beton akan mengalami pemanasan. Suhu ruangan bisa mencapai lebih dari 900C. Karena hukum perpindahan panas, suhu dipermukaan struktur beton akan lebih rendah, apalagi di bagian tengahnya, akan lebih rendah lagi. Akibat pemanasan, pasta semen dan agregat dapat mengalami perubahan fisik dan kimia yang akan berpengaruh pada kekuatannya. Soroaka (1993) mengungkapkan bahwa untuk suhu sampai 300C kekuatan sisa dari beton masih cukup tinggi yaitu sekitar 80%. Untuk suhu diatas 500C penurunan kekuatan sisa yang terjadi sangat tajam. Pada suhu 700C kekuatan sisanya hanya tinggal 35%, sehingga praktis beton dianggap tidak memiliki kekuatan struktural. Sidibe (2000) mengungkapkan bahwa kuat tekan beton setelah dibakar pada temperatur 400C, 600C, dan 800C adalah masing-masing sebesar 35%, 60% dan 80% terhadap kondisi normal. Atau bisa dikatakan bahwa kekuatan sisa untuk temperatur 400C, 600C, dan 800C adalah 65%, 40% dan 20%. Kuat tekan beton setelah mengalami pengapian sampai suhu 600C memberikan hasil yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kekuatannya, perbedaan lamanya pada temperatur tinggi, perbedaan dari sifat agregat, maupun perbedaan yang disebabkan karena material yang tersedia pada lokasi penelitian. Sehingga pada kenyataannya sulit dipastikan penurunannya, karena kuat tekan beton dipengaruhi hal tersebut di atas. 2.2 Modulus elastisitas Penurunan modulus elastisitas beton akibat temperatur tinggi pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sama pada pengaruh kuat tekan beton akibat temperatur tinggi. Neville (1996) menjelaskan bahwa modulus elastisitas beton pada suhu 21C ISBN 978 979 99327 5 4 A-58

sampai dengan 96C tidak banyak terjadi perubahan, tetapi modulus elastisitas mengalami penurunan pada suhu diatas 121C. Meskipun demikian ketika air dapat keluar dari beton akibat terkena panas, modulus elastisitas cenderung mengalami penurunan yaitu antara 50C sampai dengan 800C. Secara umum menurut Neville, penurunan modulus elastisitas dipengaruhi oleh kenaikkan temperatur. Nilai modulus elastisitas menurun 25% bila dipanaskan sampai 500F (260C) dan mengalami penurunan 50% bila dipanaskan hingga temperatur 800F (427C). 3. PROGRAM EKSPERIMEN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dan modulus elastisitas mencakup beton tanpa dibakar maupun beton yang dibakar. Parameter yang ditinjau meliputi suhu yaitu 300 o C, 600 o C, dan 900 o C, dan masing-masing suhu dibakar selama 3 jam, 5 jam, dan 7 jam. 3.1.Desain Campuran beton Rencana campuran beton ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Desain Campuran Material fc =20 MPa fc =30 MPa Semen (kg/m 3 ) 285 355 Air (l/m 3 ) 190 190 Faktor Air Semen (w/c) 0,67 0,54 Krikil (kg/m 3 ) 920 940 Pasir (kg/m 3 ) 990 910 3.2. Ruang pembakaran Tempat pembakaran terbuat dari susunan batu api SK-32 yang dilapisi asbes tahan panas dan kemudian besi pada bagian luarnya. Pada ruang pembakaran ini ada bagian untuk pemberi dan penyedot udara, sehingga hasil pembakarannya bisa bagus, tidak berjelaga dan dapat diketahui secara jelas perubahan warna beton akibat terbakar. Ruang dengan ukuran 1,35 1,24 3,29 meter cukup luas untuk membakar 12 benda uji untuk setiap pembakaran, namun tidak mempengaruhi hasil pembakaran. Gambar 1 memperlihatkan bentuk dari ruang pembakaran. ISBN 978 979 99327 5 4 A-59

2,12m 2,48m c c a c e 1,35m Keterangan: a. Blower b. Tempattermometer c. BatuApiSK32 d. Tempatpeletakan bendauji e. Kuncipenutup f. Relpintu b d 3,29m 1,24m f Gambar1.TampakDepanRuangPembakaran 3.3. Penataan Benda Uji Benda uji ditata berdiri satu persatu tanpa ada yang ditumpuk. Gambar 2 memperlihatkan penataan benda uji untuk setiap pembakaran. a d b c Gambar2.BentukPenataanBendaUji Keterangan: a. Blower b. BendaUji c. BatuApi d. Semburanapi 3.4. Mekanisme kerja alat pembakar beton Alat yang digunakan untuk pembakaran mempunyai dua tenaga untuk menjalankan pembakaran, yaitu listrik dan solar. Listrik untuk menjalankan blower angin sedangkan solar untuk menjalankan api. ISBN 978 979 99327 5 4 A-60

a Udaradimasukkan c 3,40m 2,48m b d 2,12m Udarapanas disedot Keterangan: a. Cerobongudara b. Cerobongpenyedot udara c. Cerobongpemberi udara d. Ruangpembakaran Gambar3.Mekanismepembakaranbendauji Proses pembakaran dimulai dengan menutup semua pintu ruangan dan dikunci rapatrapat, kemudian listrik dinyalakan untuk suplai angina. Kemudian blower api dinyalakan yang dilanjutkan dengan menyalakan penyedot angin, dimana penyedot angin ini berfungsi supaya hawa panas tidak terlalu berkumpul di dalam ruangan, sehingga mengakibatkan ledakan. Gambar 3 memperlihatkan sistem sirkulasi udara di dalam ruang pembakaran. 4. HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil eksperimen Hasil eksperimen kuat tekan beton dan modulus elastisitas ditunjukkan pada tabel 2 dan 3. Secara umum nilai kuat tekan beton dan modulus elastisitas mengalami penurunan setelah pembakaran. Besarnya penurunan cukup besar pada umumnya terjadi pada lama pembakaran 3 jam, baik pada suhu pembakaran 300 o C, 600 o C maupun 900 o C. Perilaku tersebut mengindikasikan bahwa setelah waktu pembakaran 3 jam, beton sudah rusak dan tidak mempunyai kekuatan yang berarti. Tabel 2. Nilai kuat tekan beton akibat pembakaran Suhu Lama 300 o C 600 o C 900 o C pembakaran f c =21,6 f c =21,6 f c =21,6 3 jam 14 21,36 8,13 10,40 4,67 5,94 5 jam 13,8 21,22 7,85 8,06 4,39 5,52 7 jam 13,51 20,73 5,52 6,58 3,47 4,67 ISBN 978 979 99327 5 4 A-61

Tabel 3. Nilai modulus elastisitas beton akibat pembakaran Suhu Lama 300 o C 600 o C 900 o C pembakaran f c =21,6 f c =21,6 f c =21,6 3 jam 18097 22168 9382 9471 5079 4076 5 jam 17906 21965 9346 8164 4723 3985 7 jam 17751 21596 8901 7981 4278 3141 4.2. Prosentase perubahan kuat tekan beton Gambar 4 menunjukkan perubahan kuat tekan beton pada suhu 300 o C. Terlihat pada gambar tersebut bahwa pembakaran benda uji pada 3 jam pertama kuat tekan beton mengalami penurunan sekitar 35%, dan selanjutnya pada pembakaran beton selama 5 jam dan 7 jam kuat tekan beton tidak banyak mengalami perubahan. Penurunan kuat tekan beton secara drastis (sekitar 65%) pada 3 jam pembakaran terjadi pada pembakaran suhu 600 o C (gambar 5). Penurunan kuat tekan beton masih terjadi pada pembakaran 5 jam dan 7 jam, meskipun penurunan tersebut relatif tidak besar (sekitar 10%). Gambar4.Perubahankuattekanbetonpadasuhu300 o C Gambar5.Perubahankuattekanbetonpadasuhu600 o C ISBN 978 979 99327 5 4 A-62

Penurunan kuat tekan beton pada 3 jam pertama pembakaran benda uji terjadi sangat drastis pada suhu 900 o C. Seperti terlihat pada gambar 6, kuat tekan beton berkurang sampai 80% dari kondisi awal. Kuat tekan beton relatif stabil (tidak berubah) pada lama pembakaran 5 dan 7 jam. Gambar6.Perubahankuattekanbetonpadasuhu900 o C 4.3. Prosentase perubahan modulus elastisitas beton Modulus elastisitas beton mempunyai kecenderungan perilaku yang sama dengan penurunan kuat tekan beton. Seperti diperlihatkan pada gambar 7, 8 dan 9, modulus elastisitas beton pembakaran benda uji pada 3 jam semakin menurun pada suhu 300 o C, dan penurunan tersebut semakin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pembakaran 600 o C dan 900 o C. Gambar7.Perubahanmoduluselastisitasbetonpadasuhu300 o C ISBN 978 979 99327 5 4 A-63

Gambar8.Perubahanmoduluselastisitasbetonpadasuhu600 o C Gambar9.Perubahanmoduluselastisitasbetonpadasuhu900 o C 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi eksperimental yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai kuat tekan beton dan modulus elastisitasnya menurun cukup tajam pada pembakaran 3 jam untuk berbagai suhu pembakaran. Setelah waktu pembakaran tersebut, kedua besaran mekanis tersebut relatif tidak banyak berubah. 2. Beton kehilangan kuat tekan dan modulus elastisitas lebih dari 50% pada pembakaran benda uji selama 3 jam dan terjadi pada suhu 600 o C dan 900 o C, sehingga dapat dikatakan beton sudah dalam kondisi sudah rusak. 3. Semakin tinggi suhu pembakaran, maka penurunan besaran mekanis pada pembakaran selama 3 jam juga akan semakin tinggi. 4. Pada umumnya beton pada suhu tinggi dengan kuat tekan yang lebih tinggi akan cepat kehilangan kuat tekan dan modulus elastisitasnya. ISBN 978 979 99327 5 4 A-64

6. REFERENSI [1] Badan Standardisasi Nasional (2002), Tata cara perhitungan struktur beton untuk gedung, SNI 03-2847-2002. [2] Bayuasri, Trisni (2005), Perubahan perilaku mekanis beton akibat temperatur tinggi, Tesis Magister, Universitas Diponegoro. [3] Fathony, M. (2001), Perhitungan kekuatan bahan bangunan setelah kebakaran, Konstruksi, September-Oktober. [4] Neville, AM (1996), Properties of concrete, Longman. [5] Priyosulistyo (2004), Perilaku elemen struktur beton bertulang paska bakar, Prosiding Konf. Nasional rekayasa Kegempaan II, UGM Yogyakarta, Januari. [6] Sidibe, K. (2000), Fire safety of reinforced concrete columns, ACI Structural Journal. [7] Soroaka (1993), Concrete in hot environment, E&FN Spon, London. ISBN 978 979 99327 5 4 A-65