BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM B. PENJELASAN 1. Maksud 2. Tujuan 1. Kewajiban,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah pegawai negeri yang

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI PADANG DISUSUN OLEH

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2011 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Disampaikan oleh : Endang Susilowati, SH. Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 11/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KABUPATEN BOYOLALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR UMRI PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DAN DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PERMEN-KP/2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai negeri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan pegawai negeri bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai Aparatur Negara, tetapi juga dilihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus diutamakan. Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat dipertanggung jawabkan, baik dilihat dari segi moral dan nilai-nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang-undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tetapi kadang kenyataannnya, berdasarkan pada observasi mengenai

2 pembangunan menunjukkan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh The Liang Gie adaalah sebagai berikut : Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian-bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu. 1 Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan karena tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan peralatan dalam mendukung kelancaran tugas. Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri Indonesia dipandang masih banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan tenaga dan kedisiplinan kerja. 1 The Liang Gie, Cara Bekerja Efisien, Karya Kencana, Yogyakarta 1979.

3 Kaitannya dengan pembinaan pegawai sebagai mana telah ditegaskan di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1998 di dalam bab VI mengenai Pembangunan Lima Tahun KeTujuh terutama dalam bidang aparatur negara yaitu pada angka (9) huruf c, disebutkan antara lain pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam seluruh jajaran administrasi pemerintahan. Sedangkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 sebagai berikut: Agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada di tingkat daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pusat dengan sendirinya berlaku pula pada Pegawai Negeri yang ada di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatur Negara baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah

4 benar-benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang 1945, Negara dan Pemerintah Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tersebut, maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. 2 Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, sebenarnya pemerintah telah memberikan suatu kebijaksanaan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yaitu tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat Pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi pemerintah pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat, pulang sebelum waktunya, bekerja sambil ngobrol dan penyimpanganpenyimpangan lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan. 3 Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang 2 Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 3 Ibid.

5 kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran-pelanggaran tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk diadakan pembinaaan atau penertiban sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010. Kaitannya dengan kedisiplinan, Pemerintah Kabupaten Boyolali sebagai lembaga pemerintahan, maka kedisiplinan pegawai sangat penting untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka untuk mewujudkan aparatur Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan sumber data dari Kepala Bagian Pembinaan dan Kesejahteraan Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali tentang perkembangan kasus pelanggaran dari tahun 2008 sampai dengan 2012 menunjukkan adanya penurunan pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Boyolali. Pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2008 mencapai 62 kasus, pada tahun 2009 mencapai 61 kasus, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan mencapai 41 kasus, pada tahun 2011 49 kasus, sedangkan pada tahun 2012 terus menurun hingga 25

6 kasus. Pelanggaran dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami penurunan karena adanya peraturan yang berubah yaitu Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 karena Peraturan Pemerintah yang sekaran lebih jelas dan tegas dalam pemberian sanksi, adanya kesadaran Pegawai Negeri Sipil karena seringnya diadakan sosialisasi tentang Peratuan Pemerintah tersebut, adanya jumlah Pegawai Negeri Sipil yang semakin sedikit karena adanya moratorium atau pemberhentian sementara penerimaan Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan sumber data dari Kepala Bagian Pembinaan dan Kesejahteraan Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali tentang Pelanggaran Disiplin dari setiap golongan Kepegawaian menunjukkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan I dan II lebih sedikit dari pada pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan III dan IV. Pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan I dari tahun 2008 sampai dengan 2012 hanya 3 kasus, pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan II dari tahun 2008 sampai dengan 2012 41 kasus, sedangkan pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan III dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mencapai 108 kasus, dan pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan IV dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mencapai 86 kasus. Pelanggaran yang dilakukan oleh Golongan III dan IV lebih banyak dari pada Golongan I dan II hal tersebut disebabkan karena mayoritas Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Boyolali Pangkat dan Golongannya III dan IV, Golongan I dan II kurang memahami peraturan kepegawaian sehingga hanya bekerja secara monoton,

7 sedangkan Golongan III dan IV lebih memahami peraturan tetapai malah berusaha untuk melanggarnya. Berdasarkan sumber data dari Kepala Bagian Pembinaan dan Kesejahteraan Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali tentang pengenaan jenis hukuman menunjukkan bahwa jenis hukuman ringan lebih banyak dari pada jenis hukuman sedang dan berat. Pengenaan jenis hukuman ringan dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mencapai 133, sedangkan pengenaan jenis hukuman sedang dari tahun 2008 sampai dengan 2012 41 dan pengenaan jenis hukuman berat dari tahun 2008 sampai dengan 2012 berjumlah 64. Pelanggarannya seperti tidak mengikuti apel, indisipliner (tidak masuk kerja), kurang cermat dan teliti dalam melaksanakan tugas. Hukumannya berupa teguran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan hukuman kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas secara tertulis dinyatakan dan disampaikan tidak puas secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan hukuman kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Bentuk sanksi ringan, sedang dan berat sebagai berikut: 1. Sanksi ringan: Teguran lisan, Teguran tertulis,

8 Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2. Sanksi sedang: Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun, Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun. 3. Sanksi berat: Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun, Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, Pembebasan dari jabatan, Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Mekanisme pemberian sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil. (1) Pemanggilan dilakukan minimal 7 hari sebelum pemeriksaan. (2) Apabila yang bersangkutan tidak bisa hadir maka dilakukan pemanggilan selang 7 hari. (3) Sebelum pemeriksaan tim pemeriksa mempelajari bahan yang telah ada dan mencari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan. (4) Setelah pemeriksaan selesai, dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada Bupati.

9 (5) Laporan hasil pemeriksaan selesai baru dirapatkan oleh tim penyelesaian kasus Kabupaten Boyolali, (6) Pembuatan Surat Keputusan (SK) hukuman disiplin, (7) Penyerahan Surat Keputusan hukuman disiplin, (8) Apabila yang bersangkutan berkeberatan dapat mengajukan banding administratif ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK), untuk pemberhentian dengan hormat. Yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah atasan langsung berdasarkan unsur kepangkatan dan jenis hukuman di Badan Kepegawaian Daerah. Acara pemberian sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil: (1) Pada saat pemeriksaan dilakukan tanya jawab berdasarkan bukti-bukti yang ada, karena sebelum pemeriksaan Badan Kepegawaian Daerah melakukan klarifikasi ke lapangan, (2) Ada draft pertanyaan, (3) Tapi pada saat pemberian sanksi hanya memberikan Surat Keputusan (SK) hukuman disiplin kepada yang bersangkutan. Acara pemberian sanksi ringan, sedang dan berat hampir sama, perbedaannya adalah pemberian sanksi ringan merupakan kewenangan atasan langsung, sedangkan pemberian sanksi sedang dan berat melalui rapat tim penyelesaian kasus kabupaten.

10 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil bersifat tertutup rahasia, yang mengetahui hanya tim pemeriksa dan yang bersangkutan (pada saat pemeriksaan), pada saat pemberian sanksi hanya diketahui dan dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau pendelegasian dan yang bersangkutan. Bupati pendelegasian ke Sekretaris Daerah ke Kepala Badan Kepegawaian Daerah ke Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah. Pemberian sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh tim yang terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan (Inspektorat), unsur kepegawaian (Badan Kepegawaian Daerah) dan 1 staf sebagai notulen. Waktu atau lamanya penyelesaian pemberian sanksi pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah 1 bulan atau lebih, karena pada saat setiap rapat tidak hanya membahas 1 kasus. Pemeriksaan dilakukan 1 kali, apabila yang bersangkutan tidak bisa hadir maka akan dipanggil, apabila tidak hadir 2 kali maka Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yaitu Bupati akan memberikan sanksi atau hukuman disiplin sesuai dengan alat bukti. Pada waktu diperiksa tidak diberikan kesempatan untuk membela diri, akan tetapi ada hal-hal yang meringankan pemberian sanksi yaitu tidak pernah dikenai hukuman, menyesali dan menyadari kesalahan serta berjanji tidak akan mengulangi. Sedangkan hal-hal yang memberatkan pemberian sanksi yaitu tidak bisa menjaga harkat dan martabat sebagai Pegawai Negeri Sipil serta seharusnya

11 yang bersangutan bisa memberikan contoh yang baik akan tetapi malah sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul penelitian penulis: PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN BOYOLALI. Berikut di bawah adalah definisi operasional dari judul yang penulis gunakan di atas: 1. Pengenaan adalah proses, cara, perbuatan mengenai atau mengenakan. 4 2. Sanksi adalah tanggungan (tindakan, hukuman, dsb) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang. 5 3. Pelanggaran adalah perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan. 6 4. Disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dsb), bidang studi yang memiliki objek, sistem dan metode tertentu. 7 5. Pegawai Negeri Sipil adalah berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 541. 5 Ibid, h. 996. 6 Ibid, h. 634 7 Ibid, h. 268

12 profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. 8 6. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah pengaturan mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil berkaitan dengan kewajiban, larangan, dan sanksi kepegawaian. 9 Berdasarkan difinisi-definisi di atas, penulis mengajukan rumusan mengenai Disiplin PNS sebagai berikut. Disiplin PNS adalah segenap aturan yang digunakan untuk mengatur tata tertib berkaitan dengan kewajiban, larangan, dan sanksi kepegawaian aparatur negara dari tugas-tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari berbagai rumusan di atas, penulis memberikan penjelasan secara keseluruhan dari judul tersebut adalah bahwa penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran pelaksanaan pengenaan sanksi terhadap para Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Boyolali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas dan banyaknya permasalahan - permasalahan yang ada mengenai Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka permasalahannya dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 8 Pasal 3 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tebtang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. 9 Satoto Sukamto, Pengantar Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, CV. Hanggar Kreator, Yogyakarta, 2004, h. 43

13 1) Bagaimana pelaksanaan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali? 2) Apakah hambatan-hambatan yang timbul dalam pengenaan sanksi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan bagaimana cara mengatasinya? C. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah untuk dapat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pelaksanaan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali 2) Mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dalam pengenaan sanksi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan bagaimana cara mengatasinya. D. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian: Penelitian dilaksanakan di lingkungan Daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris atau sosiologis yaitu pada

14 awalnya yang diteliti data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan penelitian data primer yang diperoleh di lapangan. 3. Sumber Data a) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian dan responden. Pencarian data primer dilakukan dengan wawancara dan observasi. b) Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari literatur, karya-karya ilmiah, buku-buku, dan peraturan perundangundangan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian yang diperoleh dari lokasi penelitian. 4. Tehnik Pengumpulan Data Wawancara penulis anggap efektif karena dengan wawancara dapat bertatap muka langsung dengan responden untuk mengungkap masalah yang menjadi penelitian responden (Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah, Kepala Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan dan Staf Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan), fakta-fakta yang ada dan pendapat (opinion) maupun persepsi diri responden dan bahkan saran-saran responden. Melalui wawancara, penulis mendapatkan data primer yang menjadi data yang akan penulis gunakan

15 dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan terhadap Bagian Pembinaan dan Kesejahteraan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Boyolali 5. Satuan Amatan dan Satuan Analisis (a) Satuan Amatan: Undang-Undang No. 43 Tahun 1999, Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980, Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010, Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No. 16 Tahun 2011, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, Peraturan Bupati Boyolali No. 35 Tahun 2011, Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Boyolali. Pejabat yang berwenang dalam pengenaan sanksi pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bupati Kabupaten Boyolali c.q Kepala Badan Kepegawaian. Atasan langsung pegawai yang dikenai sanksi pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil, di samping itu juga pejabat di lingkungan

16 Inspektorat Kabupaten Boyolali. (b) Satuan Analisis Adalah pelaksanaan pengenaan sanksi atas pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kabupaten Boyolali.