II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media sangat

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kontrol maupun kelas perlakuan. Hasil uji validitas tersebut dapat dilihat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik setelah Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman dapat diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu, belajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Kolaboratif (Collaboratif Learning) tipe

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Menurut Reason dalam Sanjaya (2006: 228) mengemukakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Filsaime (2008: 56) adalah: a. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pertanyaan-

7 pertanyaan, ide-ide, argument, dan penilaian menurut Beyer dalam Filsaime (2008: 56); b. Memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi menurut Screven dalam Filsaime (2008: 56). Menurut pengertian-pengertian berpikir kritis di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir yang melibatkan proses kognitif yang melibatkan siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan. Menurut Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas. Adapun pengelompokkan keterampilan berpikir kritis disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana 1. Memfokuskan pertanyaan 2. M enganalisis pertanyaan dan bertanya 3. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan 2. Membangun keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak 5. Mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. 3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi 7. Meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi 8. Membuat serta menentukan nilai pertimbangan 4. Memberikan penjelasan lanjut 9. Mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan serta dimensi 10. Mengidentifikasi asumsi 5. Mengatur strategi dan teknik 11. Menentukan tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain Sumber: Ennis dalam Hassaobah (2008: 87)

Berdasarkan penjelasan mengenai indikator kemampuan berpikir kritis menurut 8 Ennis, maka dapat dibuat rubrik dengan pemberian skor 1 sampai skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi. Rubrik tersebut ditampilkan pada Tabel 2.2, Tabel 2.2 Rubrik penilaian berpikir kritis Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian Memberikan Penjelasan Sederhana(MPS) 1 Hanya memfokuskan pada pertanyaan 2 Memilih informasi relevan 3 Menganalisis argument 4 Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut(MPLL) 1 Mendefinisikan istilah 2 Mendefinisikan asumsi 3 Mempertimbangkan definisi 4 Menemukan pola hubungan yang digunakan Menerapkan Strategi dan Taktik(MST) 1 Menentukan tindakan 2 Menunjukkan pemecahan masalah 3 Memecahkan masalah menggunakan berbagai sumber 4 Ketepatan menggunakan tindakan Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Hassaobah (2008: 87) Bloom dalam Filsaime (2008: 74) menyatakan Mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan berpikir kritis yang paling sederhana samapai paling komplek. Daftar tersebut mulai dengan pengetahuan dan bergerak ke atas menuju penguasaan, aplikasi,analisis, sintesis dan evaluasi. Bloom dalam Filsaime (2008: 75) menyatakan Seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir sebelum Dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah karena tidak bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi Dia tidak mengetahui, tidak memahaminya, tidak bisa menginterpretasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menerapkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur 9 kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan, kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda, kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah. 2. Penguasaan konsep Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan memperoleh prinsip hukum dari suatu teori. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2010: 56) definisi konsep adalah Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan

10 mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu yang dilakukan oleh guru. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsepkonsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari oleh Dahar (2003: 4). Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan perbedaan tingkat berpikir sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar. Ausubel dalam Rustaman (2005: 59) memberikan pandangan bahwa agar suatu materi pelajaran menimbulkan belajar bermakna bagi pembacanya, maka materi pelajaran harus secara jelas menguraikan hubungan antara konsep-konsepnya. Hubungan antara konsep-konsep dalam suatu materi pelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik, bagan, poster, tabel, dan bentuk hubungan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan belajar kooperatif. Lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar bermakna akan terjadi jika terdapat hubungan antara materi yang akan diberikan dengan materi yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen pembelajaran. Konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting pada ranah kognitif. Dengan demikian penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif. Keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan dan kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Menurut West dalam Rustaman (2005: 171) belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang

mereka lakukan, lihat dan dengar. Belajar kognitif bertujuan mengubah 11 pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari. Klausmeiner dalam Dahar (1989: 89) mengungkapkan bahwa tingkat pencapaian konsep meliputi tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikasi, dan tingkat formal. Tingkat konkret dicapai siswa apabila siswa telah mengenal benda tersebut sebelumnya, kemudian mengamati dan mampu membedakan benda tersebut dari stimulus-stimulus sekitarnya. Tingkat identitas akan dicapai siswa apabila tiga tingkat konkret yaitu kemampuan mengamati, membedakan mengingat dikuasai oleh siswa yang selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk membuat generalisasi. Tingkat klasifikasi akan dicapai apabila siswa mampu mengenal dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal, sebagai tingkat paling tinggi pada tingkat pencapaian konsep, tingkat ini akan diperoleh siswa apabila ketiga tingkat di atas sudah dikuasai oleh siswa. Konsep sangat penting untuk memenuhi kemampuan kognitif siswa, khususnya konsepkonsep fisika yang tidak hanya mengacu pada metode belajar konsep menghapal. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar, sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu: a) Memperoleh informasi yang baru b). Tranformasi informasi c).menguji relevansi ketetapan pengetahuan Berarti kemampuan seseorang dalam mengungkapkan kembali suatu objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh objek tersebut. Penguasaan konsep dapat diperoleh dari pengalaman dan proses belajar. Seseorang dikatakan menguasai konsep apabila orang tersebut mengerti benar konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata

sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah 12 makna yang ada di dalamnya oleh Sumaya (2004). Mata pelajaran fisika terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip dalam hubungannya dengan penguasaan konsep fisika pada siswa, paling penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran fisika adalah bagaimana siswa membentuk konsep. Penguasaan konsep yang diukur meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), sintesis (C6) berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi. 1) C1 Mengingat Tipe hasil belajar mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. Contohnya hafal kata-kata memudahkan dalam membuat kalimat (Sudjana, 2008: 23). 2) C2 Memahami Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari C1 mengingat. Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi/memperluas data (Sudjana, 2008: 24). 3) C3 Mengaplikasikan Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah yang didasari pada kehidupan yang ada dimasyarakat atau realitas yang ada dalam teks bacaan (Sudjana, 2008: 25).

4) C4 Menganalis 13 Jenjang peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi (Sudjana, 2008: 25). 5) C5 Mengevaluasi Jenjang kemampuan yang menuntut pesert didik untuk dapat mengevaluasi sutu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu (Sudjana, 2008: 26). 6) C6 Mensintesis Jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme (Sudjana, 2008: 26). Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep, kita dapat mengkategorikan taraf penguasaan konsep siswa. Arikunto (2007 : 254) mengkategorikan sebagai berikut. Tabel 2.3 Kriteria Taraf Penguasaan Konsep Siswa Taraf Nilai Rata-Rata Klasifikasi Nilai 81 Baik Sekali 66 80 Baik 56 65 Cukup Baik 55 Kurang Baik

3. Model pembelajaran tipe STAD 14 Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temanya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2009: 143) STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahhwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai-nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai itu kemudian dijumlahkan untuk memperoleh nilai kelompok dan nilai kelompok yang mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah lainnya. Seperti pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membutuhkan persiapan matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. persiapan-persiapan tersebut antara lain.

a. Perangkat pembelajaran 15 Sebelum melakasanakan kegiatan pembelajaran STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya. b. Membentuk kelompok kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. c. Menentukan skor awal d. Skor awal dapat diperoleh dari nilai ulangan ataupun kuis sebelumnya. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal. e. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran kelas kooperatif. f. Kerja kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

16 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkahlangkah kooperatif pada umumnya. Langkah-langkah pembelajaran STAD adalah sebagai berikut. 1. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuuk belajar. 2. Pembagian kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gende/jenis kelamin, ras atau etnik. 3. Presentasi dari guru Guru menyampaikan meteri pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. 4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim

17 bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. 6. Penghargaan prestasi tim Setalah pelaksanaan kuis, guru memriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0 100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut. a) Menghitung skor individu Menurut Slavin (2009:159) untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Skor perkembangan individu No. Nilai Tes Skor Perkembangan 1. 2. 3. 4. 5. Lebih dari 10 pointdi bawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin

b) Menghitung skor kelompok 18 Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5 Skor perkembangan kelompok No Rata-rata Skor Kualifikasi 1. 2. 3. 4. 0 N 5 6 N 15 16 N 20 21 N 30 - Tim yang baik Tim yang baik sekali Tim yang istimewa c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru). B. Kerangka Pemikiran Proses pembelajaran sains khususnya fisika saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Pelaksanaan pembelajaran yang didominasi oleh guru dan masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak. Hal inilah yang mengakibatkan fisika sulit dipahami serta berpengaruh terhadap

penguasaan konsep belajar siswa. Untuk itu perlu adanya suatu model 19 pembelajaran yang dapat menggantikan metode pengajaran yang dilakukan selama ini dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Model pembelajaran STAD memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan agara saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Kegiatan yang dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk melihat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh berpikir kritis siswa SMP terhadap penguasaan konsep menggunakan strategi pembelajaran STAD. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berpikir kritis (X), sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa (Y), dan variabel moderatornya (Z) adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel moderator terhadap

variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma 20 pemikiran seperti berikut ini: X R Y Z Gambar 2.1 Diagram kerangka pemikiran Keterangan: X = keterampilan berpikir kritis siswa SMP Y = penguasaan konsep fisika Z = model pembelajaran kooperatif tipe STAD R = pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa terhadap penguasaan fisika SMP konsep C. Hipotesis Hipotesis penelitian yang diuji sebagai berikut: H o : Tidak Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. H 1 : Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.