BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penumpukan pasien di satu rumah sakit tertentu. 2,3

KERJASAMA DENGAN RSUD KALABAHI KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

Modul I. Pelatihan Keterampilan Klinik Berdasarkan Kompetensi Tempat :... Tanggal :...

KEBIJAKAN DAN PRINSIP DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan. Implementasi

KERJASAMA DENGAN RSUD PADJONGA DG NGALLE TAKALAR

MANUAL RUJUKAN KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN BAYI BARU LAHIR KABUPATEN BANTUL. Drg. Maya Sintowati P, MM DINAS KESEHATAN BANTUL 2013

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KERJASAMA DEPARTEMEN OBGIN DENGAN RSUD PANGKEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN TEORI

Panduan Manual rujukan Kehamilan, Persalinan dan Bayi Baru Lahir di Kota Yogyakarta DINKES KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kementerian kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelayanan kebidanan rujukan adalah : Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

MATA KULIAH ASKEB IV (PATOLOGI KEBIDANA

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

HASIL CAPAIAN AWAL. Evidence Summit on Reducing Maternal and Neonatal Mortality in Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

Kabupaten Pohuwato. Kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Boalemo.

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah dengan Kematian Bayi. CI=18, ,438) sehingga dapat diartikan bahwa bayi dengan BBLR

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BJJPATI ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

CLINICAL PATHWAY EKLAMPSIA GRAVIDARUM Rumah Sakit Kelas B & C

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang

BAB I PENDAHULUAN. per kelahiran hidup, AKI yang dicapai masih jauh dari target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PENANGANAN TERKINI PREEKLAMSIA EFENDI LUKAS DIVISI FETOMATERNAL, DEPARTEMEN OBGYN FK UNHAS / RS DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program yang

Rekapitulasi Kematian Ibu dan Bayi di Kota YK Tahun Dinkes Kota YK

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BUKU REGISTER PARTUS DI RUMAH SAKIT

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penilaian Alur Rujukan Berjenjang Sesuai JKN 2014 Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. 5 Alur rujukan vertikal adalah rujukan timbal balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain baik ke tingkat yang lebih tinggi maupun ke tingkat yang lebih rendah seperti rujukan dari PPK2 ke PPK3 atau rujuk balik dari PPK3 ke PPK2. 5 Alur rujukan horizontal adalah rujukan ke pelaksanan pelayanan kesehatan di tingkat yang sama seperti rujukan dari PPK2 ke PPK2 atau rujukan dari PPK3 ke PPK3. 5,10 Untuk memudahkan penjangkauan pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka terdapat alur rujukan berjenjang yang telah diterapkan di Indonesia. 11 Alur rujukan ini dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit tertentu sehingga pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan efektif. 2,3 PPK 1 atau fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang berada pada wilayah cakupan rujukan di kecamatan. 5 Fasilitas pelayanan kesehatan dasar ini meliputi praktek bidan, praktek dokter, puskesmas, hingga rumah bersalin. 4 PPK2 6

merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. 5 PPK2 meliputi RSUD dan rumah sakit (RS) swasta yang memiliki pelayanan kesehatan spesialistik. 4 PPK3 merupakan pelayanan kesehatan subspesialistik yang dilakukan oleh dokter subspesialis atau dokter gigi subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik. 5 PPK3 ini meliputi RSUP atau RS swasta yang memiliki pelayanan subspesialis dan teknologi sub spesialistik. 4 Alur rujukan dapat kita nilai sudah sesuai apabila dilaksanakan sesuai alurnya dimulai dari PPK1 ke PPK2 dan dari PPK2 ke PPK3. 5 Gambar 2.1 Sistem rujukan berjenjang Dikutip dari : Manual Pelaksanaan JKN-BPJS Kesehatan 5 Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi berjenjang seperti di atas dalam keadaan sebagai berikut : a. Dalam keadaan kegawatdaruratan. b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah cakupan rujukan tidak mempunyai sarana / tenaga yang sesuai dengan kebutuhan. 4 7

2.1.2 Pengelolaan Penyakit Kebidanan dan Kandungan Berdasarkan Tingkat Pelayanan Kesehatan 1,12 Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan tingkat dasar sampai dengan rujukan yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat. 1 Pendekatan pelayanan kesehatan memang sama tetapi fokus penekanan pelayanan berbeda sesuai dengan kemampuan yang ada pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan. 1 Sistem rujukan yang berjenjang dan terstruktur, dimana ada kejelasan peran dan fungsinya sesuai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, diperlukan agar kesinambungan pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat terwujud. 1 Tabel pengelolaan penyakit kandungan dan kebidanan berdasarkan dan kompetensi setiap tingkat pelayanan kesehatan disajikan pada tabel 2.1 2.7. 8

Tabel 2.1 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Hipertensi Pada Kehamilan) 1 Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 Hipertensi Gestasional : Test protein urine Therapi oral anti hipertensi dapat diberikan Tidak ada tanda-tanda preeklamsi rujuk balik ke PPK I Preeklamsi Ringan : Test Protein urine : Tidak ada tandatanda preeklamsi berat rujuk balik ke PPK I untuk oral antihipertensi Preeklamsi Berat : Test Protein urine Pemberian MgSO4 Pemberian Antihipertensi Penilaian klinis dan Perawatan/tindakan terminasi kehamilan HELLP syndrome atau komplikasi lain Eklamsi Pemberian MgSO4 Pemberian antihipertensi Tindakan terminasi kehamilan dan rawat bersama dengan bagian lain yang Memerlukan perawatan ICU NICU atau dengan komplikasi HELLP syndrome atau komplikasi lain 9

Tabel 2.2 DIAGNOS IS Abortus Imminens Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Perdarahan Trimester 1) 1 PPK 1 PPK 2 PPK 3 Sarankan untuk pemeriksaan USG ke PPK II Penilaian Klinis dan Diagnosis USG baik kembalikan ke PPK I USG tidak baik terminasi Abortus Insipiens : sarankan untuk pemeriksaan USG ke PPK II Penilaian klinis dan : USG baik Rujuk balik USG tidak baik terminasi Tidak usah dirujuk ke PPK III Abortus Inkomplitu s : Pemeriksaan awal KU baik rujuk ke PPK II KU tidak baik Perbaiki KU sambil di rujuk ke PPK II (boleh dilakukan kuret tumpul di Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)) Penilaian klinis dan : Terminasi Abortus Komplitus : untuk pemeriksaan lanjut Penilaian klinis dan Mola Hidatidosa : Penilaian klinis dan : Terminasi seperti tirotoksikosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) : KU baik KU buruk Perbaiki KU Rujuk PPK II Penilaian klinis dan Laparatomi Operatif atau dengan riwayat infertilitas yang memerlukan keahlian subspesialis 10

Tabel 2.3 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Perdarahan Trimester 2 dan 3) 1 DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 Perdarahan Midtrimester : Rujuk ke PPK II Perawatan atau tindakan setelah baik Rujuk balik ke PPK I (seperti kelainan darah dan penyakit sistemik lainnya) Plasenta previa : KU baik rujuk ke PPK II KU buruk perbaiki KU sambil rujuk ke PPK II Perawatan/tindakan terminasi setelah baik rujuk balik ke PPK I seperti kelainan darah dan penyakit sistemik lainnya ) Solusio Plasenta : KU baik rujuk ke PPK II Tindakan terminasi Tindakan terminasi KU buruk perbaiki KU sambil di rujuk ke PPK II 11

Tabel 2.4 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Perdarahan Post Partum) 1 DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 Atonia Uteri : Resusitasi cairan, pemberian O2 sambil lakukan dekompresi manual Luka jalan lahir : KU Baik >>> KU Buruk >>> Rujuk sambil memberikan resusitasi cairan dan O2 Penilaian Klinis dan Diagnosis : Retensio plasenta : KU Baik >>> KU Buruk >>> Rujuk sambil memberikan resusitasi cairan dan O2 Diagnosis Penatalaksanaan kasus. Sisa plasenta KU baik >>> KU Buruk >>> Rujuk sambil memberikan resusitasi cairan dan O2 Diagnosis Penatalaksanaan kasus. Perdarahan Post partum KU baik >>> KU Buruk >>> Rujuk sambil memberikan resusitasi cairan dan O2 Diagnosis Penatalaksanaan kasus. 12

Tabel 2.5 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Penyulit Kelahiran) 1 DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 Kelainan letak : Rujuk ke PPK II (PONED apabila letak sungsang dan pembukaan lengkap) Dalam kehamilan : Versi luar apabila berhasil menjadi letak kepala Rujuk balik ke PPK I Persalinan : terminasi Kehamilan Multiple untuk persalinan (pemeriksaan USG) Persalinan: terminasi Ketuban Pecah Dini : Rujuk ke PPK II (skrening : sediakan lakmus test) konservatif atau terminasi Persalinan tidak maju/distosia Panggul sempit Bekas Seksio sesarea Ruptur Uteri (dilakukan vakum di PONED) Perbaiki KU sambil rujuk ke PPK II Terminasi kehamilan Penilaian klininis dan /Terminasi kehamilan Penilaian klininis dan /Terminasi kehamilan Laparotomi eksploratif. 13

Tabel 2.6 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Kelainan Janin) 1 DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 IUGR (Intrauterine growth retardation) : Dan memerlukan perawatan NICU IUFD (Intrauterine Fetal Death) : Terminasi kehamilan Prematur Perawatan konservatif atau terminasi Dan memerlukan perawatan NICU Gawat Janin Terminasi kehamilan dan memerlukan perawatan NICU 14

Tabel 2.7 Pengelolaan Penyakit Kandungan dan Kebidanan (Komplikasi Penyakit Lain) 1 DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 Penyakit Jantung: Decompensatio Cordis FC I II Decompensatio Cordis FC III- IV Perawatan konservatif atau terminasi kehamilan Terminasi kehamilan (dokter IPD harus ada di PPK II bila ingin di rawat) Memerlukan perawatan ICU/CICU NICU. Perlu pemeriksaan lanjutan ECHO Kehamilan dengan Komplikasi lain Infeksi Tanda-tanda infeksi Memerlukan perawatan ICU/CICU NICU Spesialis lain yang tidak ada di PPK II penanganan sepsis dan memerlukan tindakan lanjut atau perawatan ICU 2.1.3 JKN dan Kepesertaan BPJS JKN adalah sistem penjaminan kesehatan nasional yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia secara menyeluruh. 2 JKN dilaksanakan oleh suatu badan khusus yang dinamakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk 15

dengan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6 untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 13 Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang yang merupakan warga negara Indonesia dan termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS ini terdiri dari Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) yang meliputi fakir miskin dan orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yaitu masyarakat secara umum yang mampu membayar iuran bulanan. 14 Setiap perserta BPJS Kesehatan mendapatkan kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan sistem JKN. 5 2.2 Kerangka Pemikiran JKN adalah sistem penjaminan kesehatan secara nasional yang menaungi seluruh masyarakat Indonesia. 2 Sistem ini mengatur sistem pengobatan dan jenjang rujukan secara nasional. Pada JKN terbagi menjadi beberapa jenjang rujukan sesuai tingkatan kompetensinya yaitu PPK1, PPK2, dan PPK3. 5 Pembagian ini dimaksudkan agar tidak ada penumpukan pasien di satu rumah sakit saja atau di satu daerah saja. Dengan pembagian jenjang yang jelas dan fokus penekanan pelayanan sesuai tingkatannya, diharapkan cakupan pelayanan kesehatan dapat lebih luas dan pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat meningkat kualitasnya. 1 Ketika pasien datang ke PPK1, maka akan dilakukan skrining dan pemeriksaan awal kondisi umum pasien. 1 Jika kondisi penyakit dapat ditangani di PPK 1 maka akan langsung dilayanai di fasilitas kesehatan tersebut. Jika ternyata 16

kondisi penyakit tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan tersebut, maka akan langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat selanjutnya sesuai kompetensi tingkat pelayanan kesehatannya. Apabila pasien sudah membaik dan membutuhkan penganganan rawat jalan maka pasien akan di rujuk balik ke tingkat pelayanan kesehatan dibawahnya yang sesuai dengan kompetensi tingkat pelayanannya. 1 Begitu pula dengan pasien yang datang langsung ke PPK 2 atau PPK 3, apabila pasien tidak dalam kondisi kegawatdaruratan maka akan dirujuk balik ke tingkat pelayanan kesehatan dibawahnya yang sesuai dengan kompetensi tangkat pelayanannya. 1 Pelayanan yang tidak optimal di tingkat dasar dan ketidakpemahaman alur rujukan dapat mengakibatkan terjadinya penumpukkan pasien di pelayanan tingakt lanjut. 3 Tingginya rujukan dari PPK1 ke PPK3 mengakibatkan terjadinya penumpukkan pasien di PPK3. 3 Pelayanan yang kurang optimal dan kapasistas yang minim dari PPK2 juga mengakibatkan tingginya rujukan pasien di PPK3. 3 Kedua hal ini mengakibatkan tingginya angka rujukan ke PPK3. 3 Karena PPK3 merupakan rujukan akhir, maka PPK3 tidak dapat menolak rujukan pasien. Sistem rujukan yang sesuai alurnya serta pelayanan yang optimal sesuai tingkat kompetensinya diharapkan dapat membuat pasien peserta BPJS Kesehatan dapat tertangani dengan baik dan tidak tertumpuk di PPK3. 17

Pasien Bersalin Klasifikasikan Berdasar Kondisi dan Penyakit Pasien Rujukan tidak sesuai tingkat pelayanannya Tentukan Tindakan PPK3 PPK2 Rujukan sesuai Tangani di Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan yang tidak sesuai tingkat pelayanannya mengakibatkan penumpukkan pasien di PPK3. Karena PPK3 merupakan rujukan terakhir, maka PPK3 tidak dapat menolak rujukan pasien. Pasien hanya membutuhkan penanganan rawat jalan Pasien langsung datang ke PPK lanjutan tanpa mengikuti jenjang rujukan dan tidak dalam kondisi kegawatdaruratan Rujuk balik Rujuk balik Rujuk balik ke Faskes yang sesuai (PPK2 atau PPK1) Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran 18