BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi di Indonesia salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kanak-kanak atau yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik dan motorik yang pesat. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya genetik, keadaan biologis anak yang meliputi status kesehatan dan status gizi serta lingkungan tempat tinggalnya (Soetjiningsih, 2004). Masa prasekolah merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari genetik, sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada masa balita. Anak prasekolah merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya (Supartini, 2004). Anak usia prasekolah termasuk golongan rawan gizi. Masalah gizi pada anak usia prasekolah muncul karena perilaku makan anak yang kurang baik dari orang tua. Perilaku orang tua dalam memberikan makanan akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak terhadap makanan. Asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mempengaruhi status gizi. Ketidakseimbangan asupan gizi, baik kelebihan maupun kekurangan akan mengakibatkan masalah gizi pada anak usia prasekolah. Masalah gizi yang sering dihadapi anak usia prasekolah adalah kekurangan 1

energi protein (KEP), obesitas, defisiensi vitamin A, dan anemia defisiensi Fe (Sulistyoningsih, 2011). Asupan zat gizi makronutrien dalam tubuh akan menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh. Energi dibutuhkan individu untuk memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses pertumbuhan dan untuk aktivitas sehari-hari. Energi dapat diperoleh dari protein, lemak, dan karbohidrat yang ada didalam bahan makanan. Anak prasekolah yang kekurangan atau kehilangan energi dalam jangka lama akan menyebabkan status gizi yang menurun dan berlanjut menjadi gizi buruk (Soediatama, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Andyca (2012) menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Responden yang mengkonsumsi energi lebih/berlebihan akan memiliki risiko kegemukan sebesar 3,7 kali jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi tinggi lemak. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Protein merupakan zat gizi kedua terbanyak setelah air. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, mekanisme pertahanan tubuh, dan mengatur metabolisme tubuh. Kekurangan protein akan menyebabkan masalah gizi yaitu kwashiorkor. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa dan Hidayanti (2009) menunjukkan ada hubungan tingkat kecukupan protein dengan status gizi, semakin tinggi rata-rata konsumsi protein maka semakin tinggi pula status gizi berdasarkan BB/TB. Lemak sebagai sumber pembentuk energi didalam tubuh yang menghasilkan energi paling tinggi jika dibandingkan dengan karbohidrat dan protein yaitu setiap gram mengandung 9 Kkal. Jika energi yang dihasilkan 2

dari lemak berlebihan, maka akan disimpan dalam jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida atau lemak netral. Fungsi lain lemak dalam tubuh adalah sebagai pembentuk tubuh, pembangun tubuh, penghemat protein, penghasil asam lemak esensial dan sebagai pelarut vitamin A, D, E, K. Kekurangan lemak dapat menyebabkan ketersediaan energi berkurang, terjadinya perombakan atau katabolisme protein dan terjadinya penurunaan berat badan (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008). Penelitian Handayani (2002), menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi lemak jenuh dan lemak total berkontribusi terhadap konsumsi energi yaitu sebesar 31,2% dan 13,2% dari total energi. Hasil Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan status gizi, konsumsi lemak yang dihubungkan dengan status gizi meliputi konsumsi kolesterol, konsumsi lemak jenuh dan lemak tak jenuh ganda. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan untuk gerak, setiap gram karbohidrat mengandung 4 Kkal. Fungsi lain dari karbohidrat adalah membentuk pengeluaran feses, pemberi rasa manis pada makanan, pengatur metabolisme lemak, memberikan rasa kenyang dan sebagai cadangan energi (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Andyca (2012), menunjukkan bahwa kecenderungan anak dengan frekuensi makan karbohidrat sering >3x sehari mempunyai faktor resiko kegemukan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa kontribusi energi yang berasal dari asupan karbohidrat sebesar 56,4%, protein sebesar 10,7% dan lemak sebesar 12,7%. Konsumsi makan akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang 3

optimal atau baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga akan meningkatkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi kurang akan terjadi jika tubuh mengalami kekurangan salah satu atau lebih zat gizi esensial, sedangkan status gizi lebih akan terjadi jika tubuh memperoleh zat gizi yang berlebihan (Almatsier, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Karajibani, dkk (2013) pada anak usia dibawah 6 tahun di Iran Selatan dan Utara menunjukkan bahwa dari jumlah 1570 sampel dilakukan penilaian status gizi yang didasarkan pada standar NCHS dan WHO sebesar 21,1% dan 19,4% anak tergolong sangat kurus, 28,2% dan 32,1% mempunyai status gizi pendek, dan sebesar 7,5% dan 9,4% mempunyai status gizi kurus. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi status gizi berdasarkan berat badan menurut umur sampai dengan berat badan menurut tinggi badan adalah 2,1% tergolong pendek kurus, 11,1% tergolong normal kurus, 25,3% tergolong pendek normal, 7,6% tergolong pendek gemuk dan 4,8% normal gemuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fatimah, dkk (2008) faktorfaktor yang berkontribusi terhadap status gizi anak antara lain: pola asupan makanan yang tidak seimbang, pendapatan orang tua, penghasilan, riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat ekonomi sosial yang rendah dan asupan kalori dan protein yang rendah. Faktor lain yang mempengaruhi status gizi antara lain: lingkungan, pendidikan orang tua, pola asuh dan jumlah keluarga. Sebelumnya telah dilakukan penelitian di wilayah Sangkrah dan Semanggi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh 4

Hidayati, dkk (2009) dalam penelitian disebutkan bahwa secara umum tingkat pendidikan orang tua masih rendah dan penghasilan orang tua dibawah UMR (Upah Minimal Regional) di kota Surakarta. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang didapatkan di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi pada anak usia prasekolah diperoleh data status gizi kurang berdasarkan BB/U sebesar 42,85%, TB/U sebesar 37,07% dan BB/TB sebesar 13,48% dari 89 responden. Status gizi kurang ini dapat disebabkan karena asupan makan seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti hubungan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta? C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. 5

2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat anak usia prasekolah b. Mendeskripsikan status gizi anak usia prasekolah. c. Menganalisis hubungan antara asupan energi dengan status gizi pada anak usia prasekolah. d. Menganalisis hubungan antara asupan protein dengan status gizi pada anak usia prasekolah. e. Menganalisis hubungan antara asupan lemak dengan status gizi pada anak usia prasekolah. f. Menganalisis hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi pada anak usia prasekolah. D. MANFAAT 1. Bagi Instansi Kesehatan Instansi terkait seperti Puskesmas dan Dinas Kesehatan Surakarta dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam perencanaan program-program penanggulangan masalah gizi pada anak usia prasekolah. 2. Bagi Masyarakat Bagi orang tua anak usia prasekolah dapat memberikan informasi pentingnya asupan makan bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal. 6