BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Sastra Inggris,

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Seni hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyertai perjalanan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahir manusia telah dibekali berbagai kelengkapan sebagai sarana

PROFESIONALITAS GURU SENI TARI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN. Abstrak Oleh: Wenti Nuryani

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

M PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

Kuratorial Pameran; On Material(ity) pasir dan semen yang dijual di toko material. Material disini bermaksud on material ; diatas-material.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

13. Jhon Deway, seorang filusuf Amerika aliran Pragmatisme membedakan antara pengalaman estetik dengan pengalaman artistik. Pengalaman aritistik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dengan mengacu pada norma-norma kedewasaan, sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

7

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN SPACE

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

1.4 Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadikan kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimatkalimat

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. kuliah teori dan praktek. Menurut Kurikulum Program Studi Pendidikan Seni

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Konsep Dasar Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni tari pada saat ini semakin banyak kita jumpai di

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB 2. TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

Transkripsi:

BAB I A. Latar Belakang Penelitian Tingkat apresiasi masyarakat tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rutinitas dari kegiatan Seni Rupa ditengah masyarakat dan pendidikan Seni Rupa nya secara formal maupun non formal. Baik dalam visual maupun isi yang disampaikan, sehingga untuk mencapai itu semua perlu adanya pemahaman mendasar perlu adanya penjelasan dan literature yang jelas sehingga tidak terjadi keliru dalam mengambil persepsi nasing-masing, namun akan menjadi ketimpangan apabila apresiatornya mengacuhkan gejala-gejala yang muncul, maupun latar belakang bagaimana terbentuknya sebuah kesenian. Dan pada akhirnya ketika seniman sudah jauh meninggalkan apresiatornya, tentulah kritikus harus bertindak dalam hal ini tentulah seorang guru seni disekolah lah yang berperan sebagai kritikus untuk siswa nya, bisa saja berupa kritik pedagogic untuk pengenalan awal sekaligus pencerahan kepada siswanya dalam merespon kesenian yang hadir disekitarnya. Jika menyinggung seni yang bermutu haruslah bisa dinikmati oleh masyarakat, tentu saja hal ini berkaitan dengan apresiasi, tidak terbatas hanya pada masyarakat berbagai golongan, Pentingnya pemahaman akan latar belakang sejarah perkembangan dalam Seni Rupa akan menjadi landasan dalam berapresiasi, hingga munculnya berbagai aliran atau gaya yang muncul dalam dunia keseni Rupaan yang menjaikan menarik apabila dicermati. Maka dalam pikiran yang menolak ungkapan itu munculah sebuah gagasan spontan muncul untuk diangkat menjadi sebuah tesis. Dengan mengangkat permasalahan dari perkembangan Seni Rupa Kontemporer sebagai perkembangan Seni Rupa terkini, yang kemudian menjadi fenomena yang terus tumbuh dan berkembang. Permasalahan ini diarahkan kepada bagaimana respon dunia pendidikan terhadap kesenian yang hadir disekitar menjadi gagasan utama munculnya tesis 1

2 ini. Selain dari bagaimana mungkin apresiasi tercapai ketika pemahaman saja tidak tercapai. Ada juga temuan-temuan yang ditemukan dari bahan ajar mengenai kurang mendalamnya pemahaman mengenai maksud dan tujuan dari aliran-aliran yang dibahas, dan lebih membahas ciri-ciri secara visual, dan itu pun masih sebatas asal ada, tidak dijelaskan secara gamblang dalam memberikan pemahaman atau inspirasi bagi pembacanya. Maka dalam penulisan tulisan ini maka penyusun mencari beberapa sumber bahan ajar ditingkat yang membahas mengenai perkembangan seni, maka ditemukanlah materi yang penyusun anggap dapat mewakili seni terkini, yaitu seni yang hadir di media masa atau galeri yang banyak di hadirkan dalam berpameran, barangkali banyak yang menyebutnya dengan sebutan seni Kontemporer. Perkembangan dunia Seni Rupa sangat didukung oleh tingkat apresiasi masyarakatnya. Berhubung beragamnya aliran dalam seni seharusnya menjadi sebuah perbincangan yang menarik jika diangkat sebagai bahan perbincangan, namun setiap perkembangan seni yang hadir jelas lah akan menghadirkan visual kesenian yang beragam. Jika masalah diatas ditelaah dari fungsi pendidikan, maka fungsi pendidikan seni adalah untuk mengembangkan pengalaman estetik agar setiap siswa memiliki kepekaan rasa serta kepedulian terhadap lingkungannya dan mudah menerima rangsangan dari luar, serta meningkatkan pengalaman estetis dalam artian mudah tersentuh nuraninya sehingga menjadi manusia yang sensitif baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya, disekolah tujuan seni memiliki fungsi yang sedikit berbeda menurut beliau, yakni bukan untuk mewariskan keterampilan atau kemahiran berkesenian, melainkan untuk memberikan pengalaman berkesenian kepada siswa dalam rangka untuk membantu pengembangan potensi yang dimilikinya, terutama potensi perasaan (kecerdasan emosional) agar seimbang dengan potensi intelektualnya. Dengan berkesenian siswa dapat melakukan penghayatan terhadap nilai-nilai seni, keindahan, keharmonisan yang berguna bagi pengembangan alternatif psikisnya.

3 Dalam hal dunia pendidikan, gurulah yang berperan sebagai kritikus, atau jembatan bagi kesenian yang beredar dengan anak didiknya, sehingga kesenjangan dunia kesenian dan masyarakat dapat diminimalisir. Karena ketika tujuan humanisasi dari berkegiatan seni itu tidaklah terwujud maka untuk apalah siswa mengalami pelajaran kesenian, untuk apa juga mengalami pengalaman estetik jika tujuan akhir dari manusia yang utuh tidak tercapai. Tidak ada lagi sekat antara berbagai disiplin seni. Batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik, sudah melebur menjadi satu, yang akhirnya berujung menjadi suatu seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan. Dalam pendidikan formal peran guru Seni Rupa sangat besar mempengaruhi tingkat apresiasi peserta didiknya. Yang kemudian jika dihubungkan antara Seni Rupa Kontemporer dengan sekolah, yang akhirnya pendidikan seni di sekolah lebih diserahkan kepada gurunya masing-masing, maka jika berkaca kepada pengertian guru dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan guru ialah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar, profesinya mengajar. Pengertian Guru pada lembaga formal, Guru berusaha bekerja dengan profesional sesuai dengan bidang keilmuannya. Idealnya guru Seni Rupa mengetahui dan memahami perkembangan bentukbentuk Seni Rupa terkini sehingga dalam mengajar haruslah memberikan pemahaman yang cukup pada siswanya sebagai bekal dalam mengapresiasi karyakarya seni tersebut. Hal ini bila kata guru dikaitkan dengan kesenian, berarti seorang guru kesenian berkewajiban untuk mengajarkan pengetahuan seninya kepada muridnya secara menyeluruh, pengertian seni (apa dan untuk apa), aspek seni (pengetahuan tentang seni; unsur, prinsip, apresiasi, kreativitas, estetika) sampai pada keberagaman jenis seni yang berkembang. Tidak hanya itu, guru kesenian juga berkewajiban untuk mendalami atau mentelaah kurikulum dari waktu ke waktu, model pembelajaran terpadu, rancangan pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan sebagainya. Untuk merealisasikan hal-

4 hal tersebut di atas, para guru kesenian berkewajiban menambah pengetahuanpengetahuan, seperti; filsafat dan cabang-cabangnya, ilmu politik, sosiologi, psikhologi, ilmu-ilmu agama, ilmu bahasa, tata tulis, geografi, sejarah, antropologi, ilmu musik, praktik musik, pengetahuan dasar berteater, dasar-dasar tari, sastra, retorika, management, ekonomi, arsitektur, desain industri dan pertukangan. Ketika guru paham akan pola perkembangan Seni Rupa, maka akan jadi pertanyaan bagaimana mengaplikasikan disekolah, sehingga bisa dikatakan mengenalkan pada muridnya, sehingga apresiasi murid terhadap kesenian disekitarnya dapat tercapai. Lain hal jika gurunya sendiri tidak paham akan perkembangan dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, jadi mata pelajaran hanya sebatas sharing pengalaman saja, tanpa tahu bagaimana maksud dan nilai-nilai yang telah terjadi dimasa lalu. Jika apresiasi diartikan sebagai pemahaman terhadap seni dengan mengenali seluk beluknya, maka mengetahui perkembangan, bentuk, jenis dan sebagainya dari karya Seni Rupa menjadi penting untuk dipelajari siswa. Yang pada kenyataannya perkembangan dunia Seni Rupa tidak berhenti hingga seorang calon pendidik menyelesaikan kuliahnya., bahkan seringkali kesenjangan antara materi yang disampaikan di bangku kuliah (LPTK guru Seni Rupa) dengan perkembangan dilapangan. Pada akhirnya demi menepis anggapan dari ungkapan jurang pemisah antara seniman dan apresiatornya semakin jauh maka harus dilakukan sebuah tindakan jangka pendek dan panjang, terutama mengenai pemahaman kepada setiap pendidik seni yang bersentuhan langsung mengajarkan pemahamanpemahaman seni pada siswa yang mungkin kelak mereka lah yang memaujukan kesenian nasional. namun karena keterbatasan maka penyusun membatasi diri dan memulai langkah awal dengan hanya mencari informasi yang ada dilapangan pada tingkat SMAN itupun di kota Bandung yang sasarannya adalah para pendidik seni atau guru seni budaya, sehingga mencoba dengan judul

5 tesis, PEMAHAMAN GURU SENI RUPA TINGKAT SMA DI BANDUNG TERHADAP PERKEMBANGAN SENI RUPA KONTEMPORER (Analisis Deskriptif Pemahaman guru Seni Rupa SMAN Kluster 1di Kota Bandung, dimulai dengan mencari tahu keberadaannya, kemudian aplikasi pengajaran melalui hasil-hasil pengajarannya. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian tidak meluas dan kehilangan makna, maka perlu dirumuskan dan dibatasi fokus penelitiannya. Mengingat sebaran guru Seni Rupa yang luas untuk skala nasional maupun regional, maka penelitian ini dibatasi pada guru Seni Rupa di kota Bandung yang mengajar ditingkat SMA saja, karena keterbatasan peneliti membatasi diri hanya meneliti tujuh guru dari tujuh SMAN sebagai sample penelitian, tujuh SMAN ini dipilih berdasarkan Kluster, yang telat didapat penulis berdasarkan data dari DIKNAS, maka dipilihlah SMAN kluster satu saja yang menjadi tempat penelitian, yakni SMA 2, SMAN 3, SMAN 4 SMAN 5 SMAN 8 SMAN 11 dan SMAN 24. Dengan demikian dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan konsep, bentuk, jenis dan medium Seni Rupa Kontemporer di kota Bandung? 2. Bagaimana pemahaman guru Seni Rupa terhadap bentuk, jenis dan medium Seni Rupa Kontemporer di Bandung saat ini? C. Tujuan Penelitian

6 Sesuai dengan rumusan dan pembatas masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan, 1. Untuk mengetahui perkembangan konsep, bentuk, jenis dan medium Seni Rupa Kontemporer di kota Bandung. 2. Untuk mengetahui pemahaman guru Seni Rupa terhadap bentuk, jenis dan medium Seni Rupa Kontemporer di Bandung saat ini D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ditujukan bagi: 1. Peneliti Dalam hal ini peneliti akan merasa bangga sekali apabila solusi dari masalah yang diusung diatas dapat terpecahkan, mengingat melakukan pendidikan yang seutuhnya dengan memberikan pemahaman yang sejelas-jelasnya untuk kepentigan apresiasi dinilai peneliti sangatlah penting. Selain sebagai syarat mendapatkan gelar master, hal ini akan menjadi hal yang berharga untuk bekal dimasa yang akan datang. 2. Guru Ketika guru berperan sebagai kritik seni dikelas, maka sudah sepantasnyalah pemahaman seni yang matang diperlukan dalam hal menjelaskan kepada muridnya, maka mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini menjadi inspirasi agar terus mengembangkan ilmunya, mengingat perkembangan seni yang melesat terlalu cepat, sehingga banyak masyarakat yang repot dalam mengapresiasi. 3. Lembaga pendidikan Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan staff pengajar dan bahan ajar. Karena disini akan ditentukan manakah personal yang akan layak menjadi pengajar seni yang baik dan berkualitas. Selain itu juga bisa menjadikan perbaikan bagi universitas yang mengadakan pendidikan seni bagi calon-calon guru, untuk

7 dibekali pengetahuan diberbagai lini akan pentingnya pemahaman makna akan tujuan pendidikan seni di sekolah formal. E. Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini akan disusun secara sitematis dalam sistematika penulisan sebagai berikut:, BAB I penulis akan mengungkapkan bagaimana latar belakang masalah penelitian ini, selanjutnya adalah rumusan masalah penelitian ini, kemudian Metode dan Teknik Penelitian. Bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.pembahasan tentang maksud dan tujuan dalam penelitian. Bab II, yaitu Bab yang mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun Tesis ini. Dalam bab ini akan diuraikan pula mengenai teori dari buku-buku yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah yang dikaji dalam Tesis khusunya mengenai Seni Kontemporer Bab III, yaitu Bab yang mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun Tesis ini. Diuraikan pula mengenai teori dari buku-buku yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah yang dikaji dalam Tesis khusunya mengenai pendidikan Seni Rupa Bandung Bab IV, yaitu Bab yang mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun Tesis ini. Diuraikan pula mengenai teori dari buku-buku yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah yang dikaji dalam Tesis khusunya mengenai perkembangan seni Kontemporer Bandung

8 Bagian V yaitu Bab yang menguraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis. Di dalamnya berisi tentang data mengenai hasil obervasi lapangan, pengumpulan data dan wawancara sebagai inti dari tulisan ini. Serta untuk mencari solusi terdekat dari masalah yang tengah diangkat penyusun dalam tesis ini BAB VI, Dalam Bab VI disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dan saran penelitian.