BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil

dokumen-dokumen yang mirip
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,


b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

M E M U T U S K A N. Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019); 2. Und

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPERUBAHAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

SURAT EDARAN NOMOR : 08/SE/1983 TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB III MEKANISME PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB III PROSEDUR PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

3 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar

Pedoman Pernikahan PNS. Pernikahan PNS. Catatan. Perceraian 1 / 7

POKOK-POKOK PP. No. 10 TAHUN 1983 Jo PP. No. 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PNS

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

PETUNJUK TEKNIS IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

Jakarta, 22 Desember 1990 Kepada Yth. 1. Semua Menteri 2. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 3. Jaksa Agung 4.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

Standar Pelayanan Pengajuan Ijin Cerai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PENGADILAN TINGG P U T U S A N. Nomor : 237/PDT/2016/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Ahars Sulaiman Fakultas Hukum, Universitas Riau Kepulauan Batam, Indonesia ABSTRAK

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai melalui pembangunan nasional. menimbulkan kaidah hukum kepegawaian. 1

polus yang artinya banyak, dan gamein atau gamous, yang berarti kawin atau perkawinan.

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

BAB II KAJIAN TEORI. Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1974

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

(Izin Perkawinan dan Perceraian)

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 12 TAHUN 2013 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 MEMUTUSKAN:

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

BAB IV HUKUM KELUARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERBANDINGAN HUKUM ACARA PERCERAIAN ANTARA SUAMI DAN ISTERI DI PENGADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEWAJIBAN PNS PRIA TERHADAP ANAK TIRI PASCA BERCERAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990

Transkripsi:

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil Perkawinan adalah bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, namun pada kenyataannya tidak semua perkawinan sesuai dengan apa yang diharapkan yang mengakibatkan terjadinya perceraian. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terkandung suatu prinsip untuk mempersulit atau memperkecil peluang untuk melakukan perceraian, bertujuan untuk menjunjung derajat kaum wanita dari kesewenang-wenangan kaum pria. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, dan Surat 45

46 Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil Nomor 08/SE/1983. 1 Dengan diadakannya Peraturan Pemerintah tentang Perizinan perceraian, semua ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil dapat memberi contoh yang baik kepada bawahannya atau kepada masyarakat dan menjadi teladan sebagai warga Negara dan Aparatur Pemerintah dalam menyelenggarakan kehidupan rumah tangga atau keluarganya. 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil Prosedur perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 3 ayat (1), (2), dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo Peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Adapun prosedurnya sebagai berikut: a. Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin atau surat keterangan lebih dahulu dari pejabat. b. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang berkedudukan sebagai Penggugat atau bagi Pegawai Negeri Sipil yang berkedudukan sebagai Tergugat untuk memperoleh izin atau surat keterangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) harus mengajukan permintaan secara tertulis. c. Dalam surat permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian untuk mendapatkan surat keterangan harus dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasarinya. 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Pdf.

47 Dalam Pasal 5 ayat (1), ditegaskan: Izin tersebut harus diajukan kepada Pejabat melalui saluran tertulis. Adapun pejabat yang dimaksud adalah pimpinan instansi dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut bekerja. Pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa: Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya, baik untuk melakukan perceraian dan atau untuk beristri lebih dari seorang wajib memberikan pertimbangan dan meneruskannya kepada Pejabat melalui saluran hierarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung mulai tanggal ia menerima permintaan izin dimaksud. Kemudian mengenai permintaan izin perceraian, haruslah dilakukan sebagai berikut: a. Permintaan izin harus secara tertulis, b. Surat permintaan izin harus dilengkapi dengan bahan pembuktian, c. Surat permintaan izin dibuat 2 rangkap: 1) Untuk pejabat, 2) Pertinggal. Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin perceraian harus berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami-istri tersebut. Apabila usahanya tidak berhasil, maka ia meneruskan permintaan izin perceraian itu kepada pejabat melalui saluran hirarki disertai pertimbangan tertulis. Dalam surat pertimbangan tersebut antara lain dikemukakan keadaan obyektif suami istri tersebut dan memuat pula saran-saran sebagai bahan pertimbangan bagi pejabat dalam mengambil keputusan.

48 Kewajiban atasan untuk menyampaikan surat permintaan izin perceraian kepada pejabat dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan melalui saluran hirarki terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin perceraian itu. Kemudian, setelah pejabat menerima surat permintaan izin perceraian, maka ia harus mengambil keputusan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin. Sebelum mengambil keputusan, pejabat berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami istri tersebut dengan cara memanggil mereka bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk diberikan nasihat. Dalam QS. an-nisa (4): 35, Allah menjelaskan: Artinya: Bila kamu khawatir terjadinya perpecahan antara mereka berdua, utuslah seorang penengah masing-masing dari pihak keluarga suami dan pihak keluarga istri. Jika keduanya menghendaki kerukunan, Allah akan memberikan jalan kepada mereka Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam menangani problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam (arbitrator) dari masingmasing pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter dan sifat keluarga mereka sendiri. 2 Hal ini lebih memudahkan utuk mendamaikan suami istri yang sedang bertengkar, karena jika tanpa adanya hakam dalam penanganan perceraian, maka tidak ada upaya untuk perdamaian 2 Amiur Nuruddin dan azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi KritisPerkembangan Hukum Islamdari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI (Jakarta: Kencana, 2004), 213.

49 diantara keduanya. Dengan demikian hakam memiliki kedudukan yang sangat penting untuk menangani kasus-kasus perceraian. Dalam hal perceraian Pegawai Negeri Sipil memiliki aturan tersendiri dalam perceraian, atasan dari instansinya merupakan hakam yang mana mengenal sifat dan karakter bawahannya. Seorang atasan dalam permohonan izin perceraian Pegawai Negeri Sipil memiliki peran yang sangat penting dalam merukunkan kedua pasangan dengan memberi saran dan nasehat untuk mencegah terjadinya perceraian. Jika tempat suami istri yang bersangkutan berjauhan dari tempat kedudukan pejabat, maka pejabat dapat mengintruksikan kepada pejabat lain dalam lingkungannya untuk melakukan usaha merukunkan kembali suami istri itu. Jika dipandang perlu pejabat dapat meminta keterangan dari pihak lain yang dipandang mengetahui keadaan suami istri yang bersangkutan. Tetapi jika usaha untuk merukunkan kembali suami istri yang bersangkutan itu tidak berhasil, maka pejabat mengambil keputusan atas permintaan izin perceraian itu dengan mempertimbangkan dengan seksama: a. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sebagai tersebut dalam surat permintaan izin perceraian dan lampiran-lampirannya, b. Pertimbangan yang diberikan oleh atasan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, c. Keterangan dari pihak lain yang dipandang mengetahui keadaan suami istri yang mengajukan permintaan izin perceraian tersebut apabila ada. Permintaan izin untuk bercerai ditolak oleh pejabat apabila:

50 a. Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dihayatinya, b. Tidak ada alasan yang sah, c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan/atau d. Alasan perceraian yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat. Pejabat atau atasan dari Pegawai Negeri Sipil berhak untuk menolak setiap permohonan perceraian apabila alasan-alasan yang disampaikan memang tidak dapat diterima baik oleh Peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun akal sehat. Hal ini sesuai dengan prinsip perkawinan dalam Islam yaitu mempersulit terjadinya perceraian. Sedangkan permintaan izin untuk bercerai dapat dikabulkan, apabila: a. Tidak bertentangan dengan ajaran/ peraturan agama yang dianut/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dihayati, b. Ada alasan-alasan yang sah, c. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan atau, d. Alasan perceraian yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat. Demikian pula dengan pengabulan permohonan izin bagi Pegawai Negeri Sipil, pejabat atau atasan harus benar-benar teliti dalam memperhatikan alasan-alasan yang disampaikan. Jika memang alasan-alasan yang disampaikan

51 dapat diterima dan membawa kemaslahatan kepada keduanya, maka pejabat atau atasan dari pemohon izin harus memberikan izin. Kesemuanya di atas menjadi bahan pertimbangan oleh atasan dalam pemberian izin perceraian kepada Pegawai Negeri Sipil yang ingin melakukan perceraian. 2. Alasan-Alasan yang Sah Untuk Melakukan Perceraian Di dalam KHI Pasal 116 juga dijelaskan terkait dengan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perceraian bahwa: 3 a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b. Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama (2) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri; f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; g. Suami melanggar taklik talak; h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Di dalam PP No. 9 Tahun 1975 pasal 19 dinyatakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perceraian, bahwa: 4 a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama (2) tahun berturut - turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. 3 Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Kompilasi. 4 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal tarigan, Hukum, 218-219.

52 c. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. d. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri. e. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Alasan-alasan yang sah untuk melakukan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil haruslah memenuhi salah satu atau lebih dari alasan di bawah ini: 5 a. Salah satu pihak berbuat zina, yang dibuktikan dengan: 1) Keputusan pengadilan, 2) Surat pernyataan dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa yang melihat perzinahan itu. Surat pernyataan tersebut diketahui oleh pejabat yang berkewajiban serendahrendahnya Camat; 3) Perzinahan itu diketahui oleh salah satu (suami/istri) dengan tertangkap tangan. Dalam hal demikian, maka pihak yang mengetahui secara tertangkap tangan itu membuat laporan yang menguraikan mengenai hal ikhwal perzinahan itu. b. Salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat atau penjudi yang sukar disembuhkan; c. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemauan/kemauannya, yang dibuktikan dengan 5 Djoko Prakoso & Ketut Murtika, Pembinaan, 442-444.

53 surat pernyataan dari Kepala Kelurahan/Kepala Desa, yang disahkan oleh pejabat yang berwajib serendah-rendahnya Camat; d. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat secara terus-menerus setelah perkawinannya berlangsung yang dibuktikan dengan Keputusan Pengadilan yang telah mempunai kekuatan hukum yang tetap; e. Salah satu pihak melakukan kejahatan atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain, yang dibuktikan dengan visum etrepertum dari dokter Pemerintah; f. Antara suami dan Istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga, yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari Kepala Kelurahan/Kepala Desa yang disahkan oleh pejabat yang berwajib serendah-rendahnya Camat. Apabila salah satu atau lebih dari alasan-alasan yang sah tersebut diatas terpenuhi, maka barulah atasan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima surat permohonan izin untuk bercerai tersebut dari atasannya untuk kemudian diteruskan kepada pejabat secara hirarki. Apabila pejabat setelah menerima surat permintaan izin untuk bercerai tersebut merasa kurang yakin, maka pejabat harus meminta keterangan dari suami atau istri Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan izin untuk bercerai tersebut ataupun dapat dari pihak lain yang dipandang dapat memberikan keterangan yang meyakinkan.

54 Seorang Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permohonan izin untuk bercerai itu harus memenuhi salah satu syarat atau lebih dari alasan-alasan yang sah yang telah disebutkan di atas dan apa yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, disebutkan tentang salah satu alasan dapat terjadinya perceraian adalah salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri, akan tetapi dalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 disebutkan bahwa: Izin untuk bercerai karena alasan istri mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, tidak diberikan izin oleh Pejabat. Sehubungan dengan itu dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 mengenai ketentuan Pasal 7 ayat (2) tersebut diatas, menyebutkan bahwa: Namun demikian, seorang Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian karena alasan istri tertimpa musibah tersebut tidaklah memberikan keteladanan yang baik, meskipun ketentuan peraturan perundang-undangan memungkinkannya. Oleh karena itu, izin untuk bercerai dengan alasan tersebut tidak diberikan. Alasan tersebut hanyalah dapat merupakan salah satu syarat alternative yang harus disertai syarat-syarat kumulatif lainnya bagi Pegawai Negeri Sipil untuk meminta izin beristri lebih dari seorang. Dari penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa perlindungan dan jaminan bagi kaum wanita sebagai pihak yang lemah. Alasan

55 cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri tidak dapat dijadikan alasan untuk menceraikan istrinya akan tetapi hanya dapat dijadikan salah satu syarat alternative yang masih harus disertai dengan syarat-syarat kumulatif lainnya bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan berpoligami. B. Pengaturan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam Mencegah Perceraian Disiplin adalah pernyataan keluar (outward manifestation) daripada sikap mental (mentale houding) seseorang. Pernyataan keluar merupakan ketaatan mutlak lahir batin tanpa terpaksa dengan ikhlas serta penuh tanggungjawab yang datang dari hati seseorang. Merupakan pula persesuaian antara tingkah laku yang dikehendaki oleh hukum (dalam arti luas) dengan tingkah laku yang sebenarnya nampak dimana pribadinya mempunyai keyakinan batin bahwasannya kelakuan itu memang seharusnya terjadi. Di dalam kehidupan sebagai Pegawai Negeri Sipil, disiplin merupakan syarat mutlak: a. Mentaati semua peraturan-peraturan Pegawai Negeri Sipil dan melaksanakan semua perintah kedinasan dari setiap atasan dengan tepat, sempurna dan kesadaran yang tinggi. b. Menegakkan kehidupan disiplin dalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil yang teratur. Dalam kehidupan lingkungan Pegawai Negeri Sipil, disiplin harus dilaksanakan dengan penuh keyakinan, patuh dan taat, loyal kepada atasan dengan berpegang teguh kepada sendi-sendi yang sudah dinyatakan dalam Sumpah/Janji

56 Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 26 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999. Berdasarkan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam kaitannya dengan perkawinan dan perceraian, sebagai berikut: 1. Larangan dan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia dalam menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Oleh sebab itu dalam menjalankan tugasnya, Pegawai Negeri Sipil diikat oleh peraturan perundang-undangan agar terciptanya Pemerintah yang bersih dan berwibawa. a. Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil Menurut Pasal 14 Pertauran Pemerintah Nomor 45 tahun 1990, Pegawai Negeri Sipil dilarang hidup bersama dengan wanita yang bukan istrinya atau dengan pria yang bukan suaminya sebagai suami-istri tanpa ikatan perkawinan yang sah. Yang dimaksud dengan hidup bersama adalah melakukan hubungan suami-istri diluar perkawinan yang sah yang seolah-olah merupakan suatu rumah tangga. b. Sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil 1) Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, apabila melakukan salah satu atau lebih perbuatan sebagai berikut:

57 a) Tidak memberitahukan perkawinanan pertama secara tertulis kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) Tahun setelah perkawinan berlangsung; b) Melakukan perceraian tanpa memperoleh ijin bagi yang berkedudukan sebagai penggugat atau tanpa surat keterangan bagi yang berkedudukan sebagai tergugat, terlebih dahulu dari Pejabat; c) Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh iji terlebih dahulu dari Pejabat; d) Melakukan hidup bersama diluar ikatan perkawinan yang sah dengan wanita yang bukan istrinya atau dengan pria yang bukan suaminya; e) Tidak melaporkan perceraiannya kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terjadinya perceraian; f) Tidak melaporkan perkawinan yang kedua/ketiga/keempat kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) Tahun setelah perkawinan dilangsungkan; dan g) Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan tidak meneruskan permintaan ijin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian untuk melakukan perceraian, dan atau untuk beristri lebih dari seorang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah ia menerima permintaan ijin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian.

58 h) Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap permintaan ijin perceraian atau tidak memberikan surat keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan perceraian, dan atau memberikan keputusan terhadap permintaan ijin untuk beristri lebih dari seorang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah ia menerima permintaan ijin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian; dan i) Pejabat yang tidak melakukan pemeriksaan dalam hal mengetahui adanya Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya yang melakukan hidup bersama diluar ikatan perkawinan yang sah. 2) Pegawai Negeri Sipil wanita yang menjadi istri kedua/ketiga/keempat dijatuhi hukuman disiplin pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 3) Dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010, apabila menolak melaksanakan pembagian gaji dan atau tidak menandatangani daftar gajinya sebagai akibat perceraian. c. Tingkat hukuman disiplin: 1) Hukuman disiplin ringan, terdiri dari: a). Teguran lisan; b). Teguran tertulis; c). Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2) Hukuman disiplin sedang, terdiri dari: a). Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun; b).penurunan gaji sebesar satu kali

59 kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun; c). Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun. 3) Sedangkam yang dimaksud dengan hukuman disiplin berat yaitu yang mencakup : a) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun; b) Pembebasan dari jabatan; c) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil; dan d) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. 2. Akibat Perceraian Pegawai Negeri Sipil Didalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, mengatur tentang akibat perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yakni sebagai berikut : a. Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria maka ia wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya. b. Pembagian gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah sepertiga untuk Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan, sepertiga untuk bekas istrinya, dan sepertiga untuk anak atau anak-anaknya. c. Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak maka bagian gaji yang wajib diserahkan oleh Pegawai Negeri Sipil pria kepada bekas istrinya ialah setengah dari gajinya.

60 d. Pembagian gaji kepada bekas istri tidak diberikan apabila alasan perceraian disebabkan karena istri berzinah, dan atau istri melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami, dan atau istri menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau istri telah meninggalkan suami selama dua tahun berturut-turut tanpa izin suami dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. e. Apabila perceraian terjadi atas kehendak istri, maka ia tidak berhak atas bagian penghasilan dari bekas suaminya. f. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak berlaku, apabila istri meminta cerai karena dimadu, dan atau suami berzinah, dan atau suami melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap istri, dan atau suami menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau suami telah meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut tanpa izin istri dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. g. Apabila bekas istri Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan kawin lagi, maka haknya atas bagian gaji dari bekas suaminya menjadi hapus terhitung mulai ia kawin lagi. 3. Upaya mencegah Perceraian Pegawai Negeri Sipil Sebagaimana disebutkan diatas, akibat dari perceraian Pegawai Negeri Sipil salah satunya Pegawai Negeri Sipil pria wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya. Untuk mempertahankan

61 rumah tangga supaya tidak terjadi perceraian, maka perlu ditempuh upaya diantaranya : 1. Memahami makna dan hakikat serta tujuan perkawinan; 2. Memahami hak dan kewajiban suami isteri; 3. Mentaati peraturan perundang-undangan; 4. Menyadari status dan posisi sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat; 5. Setiap ada permasalahan diselesaikan secara bersama-sama sebagai suami isteri; 6. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 7. Karena tidak mudah untuk melakukan proses perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Ada persyaratan teknis dan persyaratan administrasi apabila Pegawai Negeri Sipil mengajukan perceraian. 6 Berdasarkan analisis data Badan Kepegawaian Daerah, jenis/bentuk pelanggaran disiplin yang sering dilakukan Pegawai Negeri Sipil meliputi: 1) Terlambat masuk kantor tanpa alasan yang jelas dan masuk akal; 2) Pulang kantor lebih awal tanpa alasan yang jelas dan masuk akal; 3) Selama jam kantor tidak melaksanakan pekerjaan (keluar kantor untuk tujuan diluar kedinasan/urusan pribadi); 4) Mangkir/tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dan masuk akal; 5) Menyalahgunakan wewenang; 6) Melakukan hubungan intim/selingkuh. 6 Kabid Kesdis BKD, Bidang Kesejahteraan dan Disiplin BKD Prov Jabar..

62 Berdasarkan data tersebut, terdapat latar belakang yang kompleks (bersifat subjektif) dalam terjadinya pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, namun hal yang paling mendasar adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh lingkungan kerja yang kurang kondusif. Adanya suatu pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dengan penyelenggara pemerintahan, dalam arti kecenderungan pegawai untuk membiarkan terjadinya pelanggaran karena menganggap bahwa hal tersebut merupakan perbuatan yang masih dapat ditolerir. 2) Adanya pengaruh yang signifikan antara fungsi penerapan hukum dengan perbuatan pegawai yang melanggar peraturan, karena terdapatnya pengawasan yang kurang dan dapat diasumsikan bahwa: a. Kurang responsnya aparat terhadap sanksi, karena kurangnya pengawasan dari pihak yang terkait dan membiarkan pelanggaran terjadi. b. Terdapatnya motivasi yang kurang dari Pegawai Negeri Sipil dikarenakan sistem yang tidak mewajibkan setiap pegawai untuk bekerja mengejar keuntungan bagi instansi sehingga tidak menuntut mereka untuk saling memberikan prestasi karena hasil yang diterima setiap bulannya relative tidak berubah. Hal ini berimbas pada kinerja yang hanya berorientasi pada hasil bukanlah proses penyelenggaraan pemerintahan yang menuntut adanya totalitas dalam penyelenggaraan tugasnya. Pengaruh dari kurangnya motivasi tersebut membuat pihak penyelenggaraan pemerintahan hanya menjalankan tugasnya dalam artian formalitas hanya untuk mengisi jadwal kehadiran kerja dan bekerja dalam artian mengejar deadline suatu tugas tanpa memperhatikan tujuan yang diharapkan dalam alinea keempat

63 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mengupayakan kesenjangan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Berdasarkan hal di atas, dapat ditarik inti sari permasalahan, yaitu faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil meliputi: 1) Lemahnya pengawasan atasan langsung; 2) Kurangnya pemahaman terhadap perundang-undangan yang berlaku; 3) Kurangnya pembinaan/sosialisasi tentang perundang-undangan dibidang kepegawaian disiplin pegawai; 4) Tingkat kesadaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.