BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUDUKAN HUKUM, OJEK ONLINE DAN PENGANGKUTAN

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. KUH Perdata di mana PT KAI sebagai pengangkut menyediakan jasa untuk mengangkut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB II LANDASAN TEORI

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN. A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/ atau barang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPORTASI DARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB II PERJANJIAN KERJA DALAM PENGANGKUTAN BARANG. A. Pengertian Pengangkutan dan Perjanjian Pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM PENGANGKUTAN DARAT

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengangkutan pada pokoknya bersifat perpindahan tempat, baik mengenai

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN. merupakan salah satu kunci perkembangan pembangunan dan masyarakat.

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

Undang Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang : Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR $0 TAHUN 2015 TENTANG TATANAN TRANSPORTASI IOKAL

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

Transkripsi:

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang - undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak. 8 Didalam Kegiatan Transportasi, Perjanjian yang digunakan adalah perjanjian timbal balik, Artinya bahwa kedua belah pihak pengangkut dan penumpang masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut. 9 Secara umum perjanjian telah diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undangundang Hukum perdata (KUHPerdata) yaitu tentang perikatan. Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 8 Suharnoko, Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta, 2004, hlm.117. 9 Uli Sinta, Pengangkutan:Suatu tinjauan Hukum multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan darat, dan angkutan udara/ oleh Sinta Uli Cet.ke 1Medan Usupress 2006 Hal.62 15

16 Sedangkan angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan nonkomersial. 10 Dalam perjanjian pengangkutan terdapat beberapa unsur yang harus diketahui 11, yaitu : 1. Sifat Perjanjian adalah timbal balik baik diantara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang 2. Penyelenggaraan pengangkutan didsarkan pada perjanjian 3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya 4. Tempat Tujuan dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat diterima oleh pengirim sendiri atau orang lain 5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang. Jenis perjanjian dapat dikenal dengan adanya perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian dimana pihak yang satu mempunyai kewajiban dan pihak lain mempunyai hak. Sedangkan perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti pengangkut mengikatkan diri untuk 10 E.Suherman, Aneka masalah hukum kedirgantaraan (Bandung, 2002), hal.293. 11 Siti Nurbaiti,Hukum pengangkutan darat : jalan dan kereta api. Jakarta, 2009 hal.14

17 mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat, sedangkan penumpang bersedia akan membayar biaya. Secara Umum dalam Perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-syarat umum angkutan yang meliputi hak dan kewajiban di antara mereka, diantaranya adalah 12 : 1. Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya Pemegang tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengan tiket yang dimilikinnya, begitu juga dengan pengirim barang, jika ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnya pun akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya. 2. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah memiliki tiket atau pengiriman barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas biaya angkut. Dalam Penyelenggaran pengangkutan Tiket/Karcis sangatlah penting dalam perjanjian pengangkutan karna merupakan bukti terjadinya pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Namun dalam praktek pengangkutan itu sendiri 12 Siti Nurbaiti,Op.Cit hal. 23.

18 khususnya pengangkutan orang dengan angkutan kota bahwa terjadinya perjanjian pengangkutan biasanya tidak harus dibuktikan dengan adanya Tiket/karcis penumpang. Menurut Purwosutjipto, Karcis penumpang atau dokumen angkutan bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian pengangkutan, tidak adanya karcis penumpang perjanjian pengangkutan tidak akan batal. 13 Mengenai kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan tersebut dianggap sebagai hukum perdata yang tidak tertulis, yaitu perbuatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Berupa kewajiban sebagaimana seharusnya pihak-pihak harus berbuat; 2. Tidak bertentangan dengan UU atau kepatutan; 3. Diterima oleh pihak-pihak karena adil dan masuk akal(logis) 4. Menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak. 14 Adapun contoh lain yang berlaku sebagai kebiasaan dalam praktek pengangkutan diantaranya adalah mengenai tempat pemberhentian angkutan. Dalam pasal 9 ayat 1 UULLAJjo. Pasal 1 butir 11 PP No.41 Tahun 1993 tentang angkutan jalan ditetapkan bahwa terminal merupakan sarana transportasi jalan untuk memuat dan menurunkan penumpang. Namun jika ada penumpang yang turun atau naik bukan di terminal maka hal itu dianggap naik dan turun di terminal dan biaya angkutan dibayar penuh. 13 Purwosutjipto.Op.Cit,Hal 10 14 Muhammad AbdulKadir, Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama, aditya bakti. 1991 hal.86

19 B. Jenis-Jenis Angkutan Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnnya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. B.1 Jenis-Jenis Pengangkutan Dalam pembagian jenis pengangkutan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Pengangkutan darat terdiri dari : 15 a.1. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor a.2. Pengangkutan dengan kereta api a.3. Pengangkutan dengan tenaga Hewan b. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari : b.1. Pengangkutan di laut b.2. Pengangkutan di sungai dan danau b.3. Pengangkutan Penyeberangan c. Pengangkutan Udara Dalam pengangkutan juga terdapat unsur-unsur pokok transportasi, yaitu : a. Manusia, yang membutuhkan transportasi b. Barang, yang diperlukan manusia, c. Kendaraan sebagai prasarana transportasi, d. Jalan, sebagai pengelola transportasi e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi. Lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut sampai ke tempat tujuan 9-10. 15 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hal

20 dalam keadaan baik seperti pada awal diangkut.dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan kontruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi. B.2 Pengangkutan darat Definisi Transportasi darat atau pengangkutan darat tidak jauh berbeda dengan definisi pengangkutan pada sebelumnya hanya saja pengangkutan darat menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat,baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan(sapi,kuda), atau Mesin. Transportasi darat dilihat berdasarkan faktor-faktor, yaitu jenis spesifikasi kendaraan,jarak, perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan pemukiman serta sosial-ekonomi. Adapun Jenis-jenis dari Transportasi angkutan darat : 16 a. Angkutan Jalan raya b. Angkutan jalan rel atau kereta api a. Angkutan Jalan raya Angkutan jalan raya itu sendiri mempunyai jenis dan sarana yaitu : 1. Sepeda Motor Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan tanpa kereta samping. 2. Mobil Penumpang Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat 16 http://edhaghoblag.blogspot.com/2011/07/pengertian-transportasi.html

21 duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 3. Mobil Bus Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan, pengangkutan bagasi. 4. Mobil Barang Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus. Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun saranasarana di perkampungan baik di Kota maupun di Desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman. b. Angkutan Rel Adapun jenis angkutan rel adalah : 1. Kereta api Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. kereta api sifatnya sebagai angkutan missal efektif, beberapa Negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam Kota, antar Kota, maupun Antar Negara.

22 C. Asas Asas Dalam Pengangkutan Dalam setiap Undang-undang yang dibuat pembentuk undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya undang-undang tersebut. Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undangundang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan pelaksananya. 17 Disamping itu Mertokusumo juga memberikan ulasan asas hukum sebagai berikut: bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut Didalam hukum pengangkutan terdapat juga asas-asas hukum yang terbagi ke dalam dua jenis yaitu bersifat publik dan bersifat perdata. 18. C.1. Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berguna bagi setiap pihak baik pihak ketiga dan pihak pemerintah. Asas-asas yang bersifat publik terdapat di dalam penjelasan undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan. Ada 17 Yusuf shofie, 2002, Pelaku Usaha, Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi, ghalia indonesia, jakarta, hal 25 18 Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, jakarta, hal 5-6.

23 beberapa asas publik dalam pengangkutan berdasarkan penjelasan pasal 2 UULLAJ yaitu sebagai berikut : a. Asas Transparan yaitu keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan. b. Asas Akuntabel yaitu penyelenggraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan. c. Asas Berkelanjutan yaitu penjamin kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan. d. Asas Partisipatif yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalau lintas dan angkutan jalan. e. Asas Bermanfaat yaitu semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. f. Asas Efisien dan Efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. g. Asas Seimbang yaitu penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara.

24 h. Asas Terpadu yaitu penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggumg jawab antar instansi pembina. i. Asas Mandiri yaitu upaya transportasi asas tersebut dimaksudkan bahwa pengangkutan dijadikan alat transportasi yang dapat menunjang bagi masyarakat dan negara agar terdapat keterpaduan intra maupun antar trasnportasi lain, baik darat,;aut, ataupun diudara. C.2. Asas pengangkutan bersifat perdata Merupakan landasan hukum yang hanya berlaku bagi para pihak yang telah membuat perjanjian pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang. Asas bersifat perdata ini didasarkan pada pasal 186 UULAJ nomor 22 tahun 2009 yaitu : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Berdasarkan pasal tersebut maka asas yang terdapat pada asas hukum perdata antara lain : a. Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan. b. Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut

25 bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan salah satu bentuk pemberian kuasa. c. Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga) jenis perjanjian yakni,pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan. d. Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota. Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis. Dan hal itu sering terjadi dalam pengangkutan khususnya angkutan penumpang.

26 D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan Proses perjanijan jasa angkutan dibuat secara sah mengikat pihak-pihak. Antara pihak-pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak, yang perlu direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan. Adapun perjanjian dalam proses penyelenggaraan jasa angkutan kita kenal dengan perjanjian sepihak dan timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana hak atau kewajiban hanya ada pada satu pihak saja. 19 Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak. 20 Mengenai Pengertian perjanjian pengangkutan di dalam buku II KUHDagang tidak diberikan definisinnya.perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat Konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil. Dalam Proses perjanjian jasa angkutan para pihak menimbulkan kewajiban dan hak yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang. Dimana kewajiban pengusaha angkutan pada pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan dipergunakan oleh pengemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban membayar upah. Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan dan berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan pengangkutan.secara umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha angkutan dengan 19 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,Yogyakarta,1984, hal. 36 20 Ibid,hal 36.

27 pengemudi diatur dalam pasal 1602 dan Pasal 1603 KUHperdata. Kewajiban pengusaha angkutan terhadap pengemudi dapat ditemukan antara lain dalam pasal 90 dan pasal 237 UULLAJ yakni : Pasal 90 1. Setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu beristirahat dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 8 (delapan) jam sehari. 3. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam. 4. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam. Pasal 237 1. Perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jwab nya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan. 2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, perusahaan angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan istirahat bagi pengemudi seperti tercantum dalam pasal 90 UULLAJ. Penggunaan mekanisme ini akan mndorong perusahaan angkutan umum untuk tidak memaksa

28 para pengemudi nya tanpa memperhatikan jam kerja yang layak bagi pengemudi, agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. 21 Didalam Perjanjian pengangkutan darat, laut, dan udara, penyelenggaraan pengangkutan meliputi empat tahap kegiatan yakni : 1. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyediaan alat pengangkutan, penyerahan muatan barang atau penumpang untuk diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen pengangkutan. 2. Tahap kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan muatan barang atau penumpang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan ketempat tujuan yang di sepakati. 3. Tahap penyerahan muatan barang atau penumpang kepada penerima, atau turunnya penumpang, dan pembayaran biaya pengangkutan dalam pengangkutan barang jika belum dibayar oleh pengirim. 4. Tahap pemberesan/penyelesaian persoalan yang terjadi selama atau sebagai akibat pengangkutan. 21 YusufSofie, Perlindungan konsumen dan instrument Hukumnnya, Citra Aditya bakti, Bandung, 2000,Hal.188.