STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

I. PENDAHULUAN. membawa anak didik pada tujuan pendidikan dan pada kedewasaan.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perubahan. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PENCAPAIAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TAWANGMANGU KARANGANYAR TESIS

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. formal. Pendidikan formal di masyarakat lebih dikenal sebagai sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

Transkripsi:

STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Oleh : SUWARNA NIM : Q. 100050077 Program Studi Konsentrasi : Magister Manajemen Pendidikan : Manajemen Sistem Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006 i

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk membantu membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Sa ud dan Makmum (2005 : 7) pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia. Sesuai dengan hal tersebut di atas, dalam pembukaan UUD 1945 terkandung salah satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pasal 31 UUD 1945 ditegaskan bahwa hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan (pengajaran). Begitu pula Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Namun pada kenyataannya masih terdapat sebagian warga masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat menggunakan kesempatan tersebut sebagai haknya. 1

2 Undang-Undang Dasar 1945 menginginkan agar setiap warga negara mendapat kesempatan belajar seluas-luasnya. Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional (KPPN) mengemukakan agar pendidikan Nasional bersifat semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta berarti bahwa pendidikan dinikmati oleh semua warga negara. Menyeluruh maksudnya agar ada mobilitas antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, sehingga terbuka pendidikan seumur hidup bagi setiap warga negara Indonesia. Kemajuan bangsa hanya dimungkinkan oleh perluasan pendidikan bagi setiap anggota bangsa itu. Pendidikan bukan lagi diperuntukkan bagi suatu golongan elite yang sangat terbatas melainkan bagi seluruh rakyat. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan nonformal atau yang biasa disebut dengan jalur pendidikan luar sekolah memiliki peranan memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang karena faktor usia, waktu (kesempatan) dan sosial ekonomi yang tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah. Sejalan dengan pengertian di atas, pendidikan merupakan upaya peningkatan generasi penerus melalui bimbingan, pengajaran, latihan sesuai dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu pendidikan tetap memperhatikan norma-norma bangsa, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal itu tidal lepas dari adanya tantangan global terhadap dunia pendidikan seperti pendapat berikut :

3 Kehidupan umat manusia dalam milenium yang baru mempunyai dimensi bukan hanya dimensi domestik tetapi global. Kita hidup di dalam dunia yang terbuka, dunia tanpa batas, oleh sebab itu kehidupan global yang bukan hanya merupakan tantangan tetapi juga membuka peluang-peluang baru di dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bahsa Indonesia. Sistem pendidikan nasional kita tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global (Tilaar, 2000 : 15) Berdasarkan penjelasan umum Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa dalam usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, pendidikan dapat diselenggarakan dalam bentuk: 1. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; 2. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; 3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Depdagri, 2005 : 92). Menurut pendapat di atas, maka proses pendidikan dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal yang dilakukan pada lembaga pendidikan formal seperti sekolah, pendidikan informal yang dilakukan pada lingkungan keluarga dan pendidikan non formal yang dilakukan di luar lembaga pendidikan formal dan lingkungan keluarga atau lebih dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah. Hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah adalah bahwa program pembelajaran masyarakat yang terencana dan terprogram sulit untuk ditelusuri keberadaannya sehinga keberhasilan secara kuantitatif juga sukar untuk dipertangungjawabkan. Data kuantitatif ternyata adalah data-data yang tercantum dalam DIP/anggaran tahunan, bukan apa yang ada tetapi apa yang

4 direncanakan. Program pendidikan masyarakat belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi berorientasi pada anggaran yang disediakan pemerintah sehingga setelah habis tahun anggaran, habis pula program pembelajarannya. Program dan pelaksanaannya tidak melembaga di masyarakat sehingga sukar mengikuti hasil dan dampak pelaksanaan program, baik terhadap warga belajar maupun lingkungan tempat program dilaksanakan. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, untuk membangun bangsa dan negara pada masa yang akan datang maka bersama-sama rakyat, orang tua dan pemerintah harus berperan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan memerlukan peran keluarga, masyarakat dan pemerintah secara terpadu agar tujuan pendidikan nasional. Peran serta masyarakat dalam pendidikan seperti terdapat dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah : (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan (Depdagri, 2005 : 119). Pemerintah dengan perangkat undang-undangnya serta pemberian anggaran pendidikan harus direspon oleh keluarga dan masyarakat situasi dan kondisi lingkungan keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhi, karena pandangan yang ada di dalamnya mempengaruhi anggota keluarga dan masyarakat itu. Pandangan keluarga dan masyarakat yang kurang baik, akan menjadikan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan menengah akan sulit dilaksanakan sebaliknya jika pandangan keluarga dan

5 masyarakat terhadap program ini baik, maka akan dapat terlaksana program tersebut. Lingkungan dan latar belakang sosial ekonomi dengan pendidikan sangat erat kaitannya. Freire (1985 : ix) mengemukakan bahwa: Kehidupan orang miskin telah membimbingnya ke arah penemuan apa yang kemudian digambarkan sebagai kebudayaan bisu di kalangan orang-orang yang tersisihkan. Ia menyadari bahwa kebodohan dan kelalain mereka adalah akibat langsung dari keseluruhan situasi perekonomian sosial dan pengekangan politik. Lingkungan sosial ekonomi terkecil di dalam masyarakat adalah keluarga, dan jika terdapat salah satu anggota keluarga yang tidak bisa mengenyam pendidikan sampai pendidikan dasar, bukan semata-mata kesalahan keluarga itu sendiri. Keadaan ini lebih banyak disebabkan adanya suatu kondisi yang dibentuk oleh suatu proses sosial dimana keluarga itu tinggal. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama yang meletakkan dasar-dasar nilai moral dan budaya kepada anak dan pengembangannya yang paling berperan adalah lingkungan masyarakat dan sekolah. Khusus dalam sekolah anak akan dikenalkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Karakteristik keluarga, masyarakat dan sekolah serta tantangan kehidupan akan menghasilkan sumberdaya manusia yang berbeda, baik kuantitas maupun kualitasnya. Perbedaan sumberdaya yang tersedia, tantangan kehidupan yang ada akan menjadikan keluarga dan masyarakat yang mendiami daerah yang berbeda akan menghasilkan lingkungan sosial ekonomi yang berbeda pula. Demikian pula yang terjadi di Desa Wonokeling, Desa Jatipuro dan Kelurahan Lalung. Desa Wonokeling termasuk desa miskin yang merupakan bagian dari Kecamatan Jatiyoso, desa Jatipuro termasuk desa sedang yang merupakan bagian dari

6 Kecamatan Jatipuro sedangkan Kelurahan Lalung termasuk desa maju yang merupakan bagian Kecamatan Karanganyar kota. Ditinjau dari orbitrasi, desa Wonokeling terletak 50 kilometer ke arah selatan kota Kabupaten Karanganyar, desa Jatipuro 20 kilometer sedangkan Kelurahan Lalung hanya terletak 1 kilometer dari kota Kabupaten Karanganyar. Ketiga desa yang dipilih tersebut dapat mewakili kondisi masyarakat daerah miskin, sedang dan maju ditinjau dari karakteristik budaya lokal, pendapatan/mata pencaharian serta pandangannya terhadap pendidikan. Dari karakteristik tersebut selanjutnya dapat dipergunakan sebagai sarana untuk membandingkan minat untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan lanjutan. Pada umumnya karakteristik budaya lokal, pendapatan/mata pencaharian serta pandangan masyarakat memiliki kaitan dengan minat masyarakat terhadap dunia pendidikan. Di lingkungan masyarakat dengan budaya lokal yang masih tradisional Berdasarkan latar belakang masalah, dapat digambarkan kondisi sosial ekonomi keluarga di tiga desa Kabupaten Karanganyar yang berbeda antara desa yang satu dengan desa yang lain. Perbedaan ini dapat dilihat pada lingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi yang ditandai dengan banyak sedikitnya keluarga miskin di tiap desa. Hal ini menarik untuk dikaji penyebab dari banyaknya lulusan SMP di tiga desa Kabupaten Karanganyar yang tidak melanjutkan ke SMTA. Keadaan ini tentunya bisa berasal dari keluarga, masyarakat atau lingkungan sekolah. Hal yang dapat ditemukan pada observasi awal dari rencana penelitian ini diantaranya adalah:

7 1. Keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi anak dalam mengenal pendidikan, untuk itu keluarga sangat berperan terhadap kelangsungan pendidikan anak tersebut, terutama pendidikan formal. 2. Kemajuan dan kemunduran pendidikan anak dalam suatu keluarga dipengaruhi oleh kondisi keluarga, yang tentunya juga tidak mengindahkan pengaruh lingkungan masyarakat setempat, 3. Kondisi sosial ekonomi berperan dalam kemajuan dan kemunduran pendidikan anak, yang dalam hal ini terutama pendidikan dasar dan menengah (SD, SLTP dan SMTA). Perbedaan kondisi sosial ekonomi keluarga peranannya akan berbeda antara keluarga satu dengan yang lain dalam pendidikan. 4. Faktor lain yang ikut berperan dalam pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah adalah adanya sikap orang tua terhadap pendidikan dan minat belajar anak. Sikap orang tua terhadap pendidikan berhubungan dengan pandangan mereka terhadap penting tidaknya pendidikan itu. 5. Pandangan terhadap penting tidaknya pendidikan akan mempengaruhi mereka dalam menyekolahkan anaknya. Adakalanya mereka secara sosial ekonomi mampu, namun karena pendidikan tidak di anggap penting oleh mereka, sehingga merekapun tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan anaknya. 6. Minat belajar anak juga merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Minat belajar anak ini beruhubungan dengan kemauan mereka untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

8 B. Fokus Penelitian ini membatasi pada budaya lokal, pendapatan dan pandangan terhadap pendidikan terkait dengan minat. Fokus penelitian yang diungkap dalam penelitian ini meliputi: 1. Analisa diskriptif budaya lokal di tiga desa Kabupaten Karanganyar. 2. Analisa diskriptif pendapatan masyarakat di tiga desa Kabupaten Karanganyar. 3. Analisa diskriptif pandangan terhadap pendidikan masyarakat di tiga desa Kabupaten Karanganyar. C. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana minat menyekolahkan anak di tiga desa Kabupaten Karanganyar? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat menyekolahkan anak di tiga desa Kabupaten Karanganyar. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Memberikan informasi serta sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah serta budaya lokal, pendapatan/mata pencaharian, dan pandangan terhadap pendidikan masyarakat di tiga desa Kabupaten Karanganyar.

9 2. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang minat sekolah. b. Memberikan informasi tentang budaya lokal, pendapatan/mata pencaharian, dan pandangan terhadap pendidikan. c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.