BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

dokumen-dokumen yang mirip
KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan transportasi. Setelah sampai pada tujuan, kendaraan harus diparkir.

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 24/DJPDN/KEP/ VIII/2002

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

Oleh : Made Dwi Pranata A.A. Sri Indrawati Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi persyaratan guna Mencapai derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Huku Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sengketa atau konflik tersebut timbul disebabkan karena adanya hubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Jl. Jend. Ahmad Yani No.30 KARAWANG Telp. (0267) Fax. (0267) P U T U S A N

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENUMPANG PESAWAT TERBANG TERHADAP KEHILANGAN BARANG BAGASI

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa membuat nasi sendiri, memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Pengadilan atau Alternatif Penyelesaian Sengketa

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

Skripsi TANGGUNGJAWAB HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL BEKAS

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

B. Rini Heryanti, Dewi Tuti Muryati (dosen Fakultas Hukum USM) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan hubungan tersebut tentunya berbagai macam cara dan kondisi dapat saja

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai

No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821, ps. 6 huruf a. Perlindungan hukum..., Dea Melina Nugraheni, FHUI, 2009 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun berkembang dari Negara agraria menuju Negara yang

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN LEASING KENDARAAN BERMOTOR MELALUI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) Supriyanto & Triwanto ABSTRAK

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 78 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi perdagangan barang dan/atau jasa hingga melintasi batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari berbagai transaksi tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan produk hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh masing-masing pihak. Penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan dilakukan secara damai oleh para pihak yang bersengketa. Maksud penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen. Disamping terkait dengan sengketa yang di damaikan, dalam penyelesaian sengketa terkadang membutuhkan objek tertentu untuk mencapai perdamaian, misalnya dalam hal pemberian ganti rugi ( iwadh) sesuai dengan bentuk-bentuk dan jumlah kerugian yang dialaminya. Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu Pemerintah membentuk badan 1

2 penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan ini merupakan peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan sebagaimana dikehendaki undang-undang, merupakan pilihan yang tepat untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang dapat memuaskan kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah Badan penyelesaian sngketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. BPSK merupakan suatu badan yang bertugas menangani dan menyelesaiakan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Lembaga yang bertugas menyelesaiakan senketa konsumen di luar pengadilan yang selanjutnya disebut dengan BPSK, merupakan badan publik yang menjalankan kekuasaan kehakiman yang bersifat eksklusif di bidang perlindungan konsumen. BPSK disebut juga institusi non struktural yang memiliki fungsi sebagai institusi yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar pengadilan secara murah, cepat dan sederhana. Badan ini sangat penting dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh Indonesia. Anggota-anggotanya terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha.

3 BPSK sebagai lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan BPSK. 1 BPSK merupakan sebuah lembaga yang pembentukannya diamanatkan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun baru dapat dibentuk secara de jure dengan keputusan Presiden RI No. 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan penyelesaian Sengketa Konsumen dan secara de facto BPSK baru terbentuk pada tahun 2002 bersamaan dengan dilantiknya anggota BPSK berdasarkan Kepmenperindag RI. No. 605/MPP/Kep/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya Kota Malang, Dan Kota Makasar. 2 Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Di dalam penyelesaian konsumen di badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi 1 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang : UIN- MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2011, Hal 65 2 Kelik Wardiono, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan Prakteknya, Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007, Hal 346

4 arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Tetapi pada prakteknya mayoritas menggunakan arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen. Arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK. Penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase dilakukan sepenuhnya dan diputuskan oleh suatu majelis yang bertindak sebagai arbiter. Dalam penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase, para pihak memilih arbitor dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis. Arbitor yang dipilih oleh para pihak, kemudian memilih arbiter ketiga dari anggota BPSKyang berasal dari unsur pemerintah sebagai ketua majelis. Setelah dipilih ketua majelis di dalam persidangan wajib memberikan petunjuk kepada konsumen dan pelaku usaha, mengenai upaya hukum yang di gunakan dalam menyelesaiakan sengketa. 3 Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak. Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi dilakukan sendiri pleh pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh majelis yang bertindak aktif sebagai mediator. Mediasi merupakan proses negosiasi penyelesaian sengketa di mana pihak ketiga tidak memihak (impartial) bekerjasama dengan para pihak untuk mencapai kesepakatan. Mediator dapat melakukan kaukus, yaitu proses penyelesaian sengketa dimana 3 Ibid. Hal 78

5 dalam hal-hal tertentu para pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha masing-masing dimediasikan secara terpisah. 4 Sedangkan menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa bahwa apabila ada sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan melalui kesepakatan yaitu melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa yakni baik dengan cara konsultasi, mediasi, konsiliasi. Dan apabila usaha berdasarkan kesepakatan tidak dapat dicapai maka para pihak dapat mengajukan penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase atau arbitrase ad hoc. Jumlah kasus sengketa antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan atau leasing makin banyak ditangani Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Surakarta belakangan ini. Jika kasus tersebut terus berlarut larut, dikhawatirkan bisa memicu konflik yang berkepanjangan. Sejak badan tersebut kembali beroperasi pada Agustus menerima banyak aduan dari konsumen. Dari 12 kasus yang masuk, lima di antaranya merupakan kasus sengketa dengan leasing. Konsumen mengeluhkan leasing yang secara sepihak menarik sepeda motor atau mobil lantaran kredit macet. Tidak hanya itu, usai menarik barang, konsumen wajib membayarkan sisa hutang saat itu walaupun belum jatuh tempo. Misalnya, konsumen mengalami kredit macet pada angsuran ketiga belas dari 36 bulan. Maka, dua bulan setelahnya angsuran akan dianggap kredit macet, motor akan ditarik. Leasing akan mengembalikan motor asal konsumen bisa langsung melunasi 4 Ibid. Hal 76

6 angsuran sampai bulan ke-36 plus membayar denda. Namun, penarikan motor secara sembarangan kini tidak bisa dilakukan oleh leasing. Pasalnya, telah terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 130/PMK.010/2012. Dalam aturan itu disebutkan, perusahaan pembiayaan tidak bisa menjadikan kendaraan sebagai jaminan sebelum terlebih dahulu didaftarkan ke Biro Hukum. Pendaftaran paling lambat dilakukan 30 hari setelah akad kredit. Tanpa proses ini, leasing tidak bisa menarik barang jaminan jika sewaktuwaktu konsumen mengalami kredit macet. Aturan ini telah diundangkan sejak 7 Agustus 2011, dan kami harap perusahaan leasing bisa menerapkan aturan ini dengan baik. Terlebih, perusahaan sudah diberi tenggat waktu sampai dua bulan setelahnya untuk penyesuaian diri. Dengan demikian, aturan ini berlaku efektif 7 Oktober 2011. 5 Sehubungan dengan latar belakang yang telah dituliskan, pada dasarnya penyelesaian sengketa dilakukan untuk memberikan rasa adil kepada kedua belah pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha. Untuk itu penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang penggunaan penyelesaian sengketa dijalur non-litigasi baik melalui Mediasi maupun Arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Surakarta. Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis mencoba meninjau lebih jauh melalui penulisan ini dengan judul KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA: Studi Tentang Pengakomodasian Asas 5 Astuti Paramita, Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka, 2011.

7 Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan dalam Kasus Leasing di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, murah dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui arbitrase dan mediasi di BPSK Kota Surakarta. Masalah tersebut untuk selanjutnya dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta? 2. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mendiskripsikan pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra sidang dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.

8 2. Untuk mengetahui tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, kegunaan utama dari penelitian ini diharapkan tercapai, yaitu : 1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta. 2. Untuk menambah pengetahuan tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu metode cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran yang menjadi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Sedangkan metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dipahami. 6 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986, Hal 67

9 1. Metode Pendekatan Untuk dapat memperoleh keterangan yang lengkap, sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan. Maka diperlukan suatu metode penelitian guna memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai hukum Negara. Hukum dipandang sebagai norma-norma positif dalam sistem Perundang-undangan Nasional. 7 Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum inconcreto, karena penelitian ini mendasarkan pada bahan pustaka atau data sekunder kalaupun menggunakan data primer hanya sebagai data pendukung dari data sekunder, yang dalam hal ini dicari adalah berkasberkas pra persidangan yang menyelesaikan sengketa Leasing. Bahanbahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk menemukan hukum in-concreto berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 8 2. Jenis Penelitian Dalam kajian penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran data secara jelas dan sistematis. 9 Tentang penyelesaian sengketa konsumen dalam sengketa 7 Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Buku pegangan kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, Hal 10 8 Kelik Wardiono. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS. 2005. Hal 10 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986. Hal 10

10 Leasing yang penyelesaiannya menggunakan arbitrase dan mediasi yang masuk di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Surakarta tahun 2011 sampai dengan 2012. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Surakarta. Karena di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 telah dijelaskan pada pasal 49 ayat (1) yaitu Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Dan menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2008 telah ditetapkan kota Surakarta sebagai daerah Tingkat II untuk berdirinya BPSK dalam penyelesaian sengketa konsumen serta dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor: 33/M-DAG/KEP/I/2011 tertanggal 13 Januari 2011 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintahan Kota Surakarta. Maka penulis memilih lokasi penelitian ini karena merupakan intitusi baru yang belum banyak dilakukan penelitian yang mengkaji tentang penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Surakarta. 4. Jenis dan Sumber Data Dalam penyajian data dari penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan data sekunder. Data yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber data yang meliputi keputusan BPSK dalam berkas pra persidangan yang penyelesaiannya melalui Mediasi dan

11 Arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta yakni a. Dalam penyelesaian sengketa melalui Mediasi : Nomor 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska; Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska; Nomor 001-01/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 003-03/JL/I/2012/BPSK.Ska b. Dalam penyelesaian sengketa melalui Arbitrase : Nomor 001/JF/VII/2011/Bpsk.Ska; Nomor 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska 5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan sumber daya, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Studi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara, mancari, mencatat, menginventarisir, dan mempelajari data-data sekunder yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan. Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung

12 segala macam data yang diperoleh selama kajian. Wawancara (interview) b. Wawancara (interview) Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan cara wawancara secara bebas terpimpin. Data ini berfungsi untuk memperjelas maksud dari data sekunder. Disini Pihak-pihak yang berwenang dan memahami masalah yang sedang diteliti yaitu Ketua dan Sekertaris Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Surakarta. 6. Teknik Analisis Data Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka dalam penelitian ini data yang sudah diolah akan dianalisis dengan secara deduktif. Yaitu tentang bagaimana proses pra persidangan dan proses persidangan yang dilakukan dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Surakarta. Selanjutnya dihubungkan dengan norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada kemudian membandingkan dengan hukum in-abstractonya.sehingga pada tahap akhirnya kita dapat mengetahui, bagaimanakah hukum secara faktual, mengatur masalah yang tengah diteliti (hukum in-concreto). 10 10 Ibid. Hal 30

13 F. Sistematika Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat penelitian E. Metode penelitian 1. Metode Pendekatan 2. Jenis Penelitian 3. Jenis dan Sumber data 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen 2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen 3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen 4. Sengketa Konsumen Menurut UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

14 B. Tinjauan Umum tentang perjanjian Leasing 1. Pihak-pihak dalam perjanjian Leasing 2. Perjanjian Para Pihak 3. Hubungan para pihak dalam perjanjian Leasing C. Tinjauan Umum Tentang Mediasi 1. Pengertian Mediasi 2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara 3. Cara dan Putusan mediasi D. Tinjauan Umum Tentang Arbitrase 1. Pengertian arbitrase 2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara 3. Perjanjian para pihak dalam penyelesaian arbitrase 4. Proses penyelesaian sengketa 1) Penyampaian tuntutan pemohon dan termohon 2) Jawab menjawab 3) Pembuktian 4) Putusan 5) Pelaksanaan putusan E. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Asas Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan Dalam Penerapan Proses Mediasi dan Arbitrase 1. Asas Sederhana 2. Asas Cepat 3. Asas Biaya Ringan

15 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran