BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

dokumen-dokumen yang mirip
ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Laksana. Berdasarkan Pasal 185 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api (Persero)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA NIA WAYANTI PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI FORUM ARBITRASE MENURUT UU NO.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAB III BADAN ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI INDONESIA (BADAPSKI) SEBAGAI

Oleh: Hengki M. Sibuea *

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Pengertian arbitrase termuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STIE DEWANTARA Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya

PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE

Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul

Arbitrase. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

06 ICC Publication ENG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

Construction Contract Disputes

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE

ARBITRASE SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. jangkauannya. Para pelaku bisnis tidak hanya melakukan kerja sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase

Lex et Societatis, Vol. III/No. 5/Juni/2015

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

Volume 1, Number 2, December 2016 ISSN:

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendapat Awam Mengenai Proses Litigasi vs Arbitrase

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

Arbitrase. Pengertian arbitrase

PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST)

BAB I PENDAHULUAN. tahap pembangunan diberbagai bidang, sehingga mempengaruhi sebagian bidang

7 DAYS OF YTFF - Persyaratan & Ketentuan

BAKTI. Institusi. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Berjangka Komoditi

NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

TANGGUNG JAWAB BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

BAB IV PENUTUP. (perkara Nomor: 305/Pdt.G/BANI/ 2014/PNJkt.Utr) adalah sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

7 DAYS OF YTFF Syarat dan ketentuan

JURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pihak yang terlibat didalamnya. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan

3 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa. Keuangan (Bab VI). 4 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *)

MENGENAL PENYELESAIAN SENGKETA KOMERSIAL INTERNASIONAL MELALUI ARBITRASE

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

Arbiter Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan di segala sektor kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara. Penanaman modal asing di negara berkembang merupakan suatu kebutuhan pokok utama untuk bangkit dari keterbelakangannya. Oleh karena itu untuk menumbuhkan dan mengembangkan sumber-sumber yang ada pada suatu negara maka penanaman modal asing mutlak diperlukan. Negara-negara asing yang notabene mempunyai potensi-potensi modal, tentunya tidak akan dengan mudah menanamkan modalnya di suatu negara, bilamana tidak ada jaminan bahwa yang ditanamnya itu aman dan dijamin oleh hukum setempat. Masyarakat bisnis jelas membutuhkan penyelesaian sengketa yang efisien, cepat dan murah. Penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjianperjanjian mengenai soal perdagangan, industri dan keuangan ("business contractors") secara cepat dan adil merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi dunia usaha, karena kelambatan pasti membawa kerugian. Sengketa bisnis

2 membutuhkan cara penyelesaian yang dapat dijalankan. Tidak ada gunanya bersusah payah menyelesaikan sengketa apabila ketika sengketa itu sudah diselesaikan, hasilnya ternyata tidak dapat dijalankan (biasanya oleh karena keengganan pihak yang kalah untuk melaksanakannya secara sukarela). Selain itu, sengketa bisnis membutuhkan cara penyelesaian yang lengkap dan tuntas. Masyarakat bisnis membutuhkan metode penyelesaian sengketa yang dapat menyelesaikan kebutuhan atau masalah mereka yang sesungguhnya. Sehubungan dengan hal ini, masyarakat bisnis membutuhkan metode penyelesaian sengketa yang memungkinkan mereka untuk terlibat atau didengar dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu proses penyelesaian sengketa atau konflik di masyarakat mengalami perubahan sehingga dalam perkembangannya kemudian muncul bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang dikenal dengan nama Alternatif Dispute Resolution (ADR). Bentuk penyelesaian sengketa ini menekankan pada pengembangan metode penyelesaian konflik yang bersifat kooperatif diluar pengadilan dan bersifat konsensus yang dapat diterima para. pihak yang bersengketa. Kata "Altematif menunjukkan bahwa para pihak yang bersengketa itu bebas melalui kesepakatan bersama memilih bentuk dan tata cara apa yang terdapat di dalam ADR dan akan diterapkan kepada penyelesaian sengketanya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa Arbitrase-ADR itu menjelmakan ketentuan-ketentuannya melalui kebebasan

3 para pihak yang bersengketa dengan menciptakan dan menyepakati sendiri dasar-dasar hukum prosedurnya (The Law of the Parties and The Law of Procedure) 1 Sesuai dengan perkembangan metode penyelesaian sengketa di negaranegara maju khususnya di Amerika Serikat, masyarakat bisnis di Indonesia kemudian mengenal dan "menggandrungi" arbitrase, yang sering di sebutsebut sebagai "The private court of the business people". Arbitrase sempat berkembang pesat di Indonesia, terutama pada masa keemasan investasi bisnis asing di Indonesia (terutama pada awal hingga pertengahan tahun 1990 - an). Pada waktu itu arbitrase hampir selalu dipilih sebagai forum penyelesaian dalam kontrak-kontrak bisnis yang dibuat (terutama yang dibuat dengan pihak asing). Arbitrase dipuja-puja sebagai the best means of resolving business disputes pada waktu itu terutama karena :(1) prosesnya lebih cepat (karena putusan arbitrase bersifat final dan mengikat) dan sederhana ( karena tidak perlu mengikuti aturan tatacara di pengadilan yang kaku); (2) terjamin kerahasiaannya; (3) para pihak dapat memilih arbiter yang mereka butuhkan sesuai dengan keahlian, pengalaman dan atau kejujurannya ; serta (4) putusannya dapat diakui dan dilaksanakan di banyak negara. 1 Priyatna Abdurrasyid, Pengusaha Indonesia perlu meningkatkan minatnya terhadap Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ()Disputes Resolution ADR/ Arbitration) suatu tinjauan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, (Oktober November 2002) : 6

4 Arbitrase merupakan forum untuk menyelesaikan suatu sengketa. Forum ini lebih banyak dikenal dalam perdagangan internasional, karena para pihak berusaha untuk melepaskan diri dari yuridiksi badan peradilan biasa (umum). Upaya hukum mengenai pembaharuan UndangUndang Arbitrase Nasional telah dilakukan melalui Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara No.138 Tahun 1999). Dengan demikian terdapat konsistensi dan pemanfaatan ADR (negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase) sebagai sistem penyelesaian sengketa di luar pengadilan dalam bisnis di Indonesia. Hal ini mengakibatkan arbitrase komersial internasional semakin berkembang, sulit dan kompleks, karena pada umumnya sengketa yang muncul dari perdagangan internasional tersebut diserahkan kepada arbitrase. Mau tidak mau masalah ini harus diikuti perkembangannya dengan cepat. Tidak jarang para pelaku bisnis, terutama mereka yang memenangkan perkara dihinggapi kefrustasian apabila dihadapkan pada implementasi putusan arbitrase yang melibatkan pengadilan. 2 Dalam perkara-perkara tersebut, pengadilan menyatakan dirinya berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara-perkara tersebut walaupun para pihak sudah membuat perjanjian atau klausula arbitrase. 2 Hikmahanto Juwana, Pembatalan Putusan Arbitrase Onternasional oleh Pengadilan Nasional, Jurnal Hukum Bisnis, Vo. 21, (Oktober November 2002) : 67.

5 Akhirnya, masyarakat bisnispun menyadari bahwa salah satu kelemahan utama dari arbitrase adalah "ketergantungannya" pada pengadilan. Arbitrase tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan atau "kerjasama" pengadilan. Arbitrase akan membutuhkan bantuan dari pengadilan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal para pihak tidak mencapai kesepakatan mengenai arbiter yang dipilih, dalam hal Pelaksanaan sita jaminan dan tentu saja dalam hal pelaksanaan, apakah salah satu pihak membawa sengketanya ke pengadilan, yakni agar pengadilan menolak dan menyatakan dirinya tidak berwenang untuk memeriksa perkara yang tunduk pada perjanjian arbitrase. Tanpa adanya bantuan atau kerjasama tersebut, maka arbitrase tidak dapat berjalan efektif. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis membatasi rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Prosedur Penyelesaian Sengketa Bisnis melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999? 2. Bagaimana peran pengadilan negeri dalam pembatalan putusan arbitrase sengketa bisnis antara PT SAETI CONCRETINDO WAHANA dan PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero) berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999?

6 C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Peranan Pengadilan Negeri Atas Permohonan Arbitrase Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 merupakan karya asli penulis, penulisan ini berbeda dengan penulisan hukum lainnya, penulisan hukum berjudul Pembatalan Putusan Arbitrase di Indonesia menurut UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dilakukan Oleh Andy Yusuf Kadir, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Falkutas Hukum Universitas Gajah Mada, sedangkan penelitian yang spesifik tentang putusan arbitrase yang dibatalkan Pengadilan Negeri belum pernah ada. D. Tujuan Penelitian berguna : Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini diharapkan akan 1. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian sengketa bisnis melalui BANI. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana putusan arbitrase dapat dibatalkan oleh Pengadilan Negeri. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut dibawah ini : a. Untuk mengetahui dan menganalisis prosedur penyelesaian sengketa

7 bisnis. b. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana putusan arbitrase dapat dibatalkan oleh Pengadilan Negeri.