BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

EDISI - 3 PANDUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL (R-SMA BI)

STANDAR NASIONAL PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat telah menetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya, untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 memuat pengertian pendidikan, dimana: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Ini berarti bahwa pendidikan penting dalam mengembangkan, pola pikir maupun spiritual pribadi individu. Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan dalam drama kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitasnya. Atau dengan 1

1 perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu di pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia, serta dalam hubungannya dengan Sang Pencipta. Era global ini, pendidikan menjadi sebuah takaran mengenai kemajuan dari sebuah negara. Kemajuan yang dialami akan berbanding positif dengan kemajuan pendidikan yang ada di negara tersebut. Oleh karena itu setiap negara akan berjuang keras untuk pendidikan, agar kemajuan negara khususnya dalam bidang pendidikan tidak tertinggal dengan negara lain. Begitu juga dengan Indonesia, untuk mengejar ketertingalan dalam dunia pendidikan pemerintah berusaha memperbaiki pendidikan agar pendidikan di Indonesia sama dengan pendidikan negara maju lainnya. Seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Bentuk pengapresiasian dari pernyataan tersebut adalah dengan menyelenggarakan Program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Program SBI diharapkan dapat mencetak lulusan bermutu yang diakui setara dengan tamatan sekolah pada negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) atau negara maju

2 lainnya dan mampu bersaing secara internasional. Sekolah SBI bukanlah sekolah internasional, melainkan sekolah nasional yang berusaha meningkatkan kualitas sesuai dengan standar internasional. Hal ini dijelaskan dalam Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) yang menyatakan bahwa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar salah satu negara anggota Organizatian for Economic Cooperation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya. (Depdiknas, 2009). Penambahan standar pendidikan salah satu negara anggota OECD yang dimaksud meliputi proses pembelajaran, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana pembelajaran, pengelolaan, penilaian dan kompetensi lulusan. Anggota negara OECD antara lain Australia, Austria, Belgium, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Jepang, Korea, Luxemburg, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Spanyol, Swedia, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan negara maju lainnya seperti Chili, Estonia, Israel, Rusia, Slovenia, Singapura dan Hongkong yang mutu pendidikannya telah diakui secara Internasional (Zainal Aqib, 2010: 84). Sekolah yang akan menjadi sekolah bertaraf internasional ini tak semata langsung menjadi sebuah Sekolah Berstandar Internasional. Pada dunia nyata, sekolah yang mendaftarkan diri untuk menjadi Sekolah

3 Bertaraf Internasional harus melalui tahap yang telah ditentukan. Tahap tersebut diantaranya melalui tahap Sekolah Standar Nasional (SSN) hingga menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Tahap-tahap yang dilalui menyebabkan perubahan tujuan pendidikan yang dijalankan oleh sekolah. Perubahan ini berakibat pada perencanaan pendidikan antara sekolah SSN dan SBI akan berbeda. Kemudian akan berimbas pada Kurikulum sebagai sarana dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebab kurikulum memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Tyler dalam Ella Yulaelawati (2009: 34), pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Uraian di atas menjelaskan bahwa untuk mengembangkan sebuah Sekolah Berstandar Internasional diperlukan persiapan yang matang, agar pelaksanaannya sesuai dengan harapan. Untuk mencapainya maka pemerintah menginstruksikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, yaitu: Sesuai dengan amanat perundang-undangan, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, akan mengembangkan SMA yang berpotensi untuk melaksanakan proses layanan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang memiliki potensi dan prestasi berdaya saing secara nasional maupun internasional. Pelayanan pendidikan yang berkualitas tersebut diawali dengan program rintisan SMA Bertaraf Internasional yang dikembangkan dengan memberikan jaminan kualitas kepada stakeholders. Keberhasilan penyelenggaraan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional dapat pula menjadi bahan rujukan bagi lembaga penyelenggara pendidikan lain untuk memberi jaminan kualitas. Jika jaminan kualitas ini diimplementasikan secara luas, maka kualitas pendidikan secara nasional akan meningkat, sehingga pada akhirnya, peningkatan kualitas pendidikan akan berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia secara nasional (Depdiknas, 2009).

4 Adapun tujuan umum dari pengembangan program RSBI dalam panduan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (R-SMA-BI) (2009: 4) adalah meningkatkan kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab; dan memiliki daya saing pada taraf internasional. Tujuan tersebut jika digambarkan secara perilaku akademik maka dalam pembelajaran akan mengembangkan tiga ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai dengan penggolongan perilaku akademik dalam Taksonomi Bloom, dimana dalam Ella Yulaelawati (2007: 71) Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga kategori itu disebut ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Terkait dengan penyelengaraan RSBI, menurut Zainal Aqib (2010: 84) sebuah sekolah SSN akan memenuhi karakteristik dari konsep SBI dengan melakukan pengadaptasian dan pengadopsian kurikulum dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Pengadaptasian atau pengadopsian kurikulum ini lebih dikenal dengan pengintegrasian kurikulum. Adaptasi merupakan penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu

5 negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan dan diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional. Sedangkan adopsi adalah penambahan atau pendalaman dari unsur-unsur tertentu yang belum ada di dalam SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan dan diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional. Pengadaptasian maupun pengadopsian di atas merupakan cara yang digunakan untuk memenuhi kriteria sebagai sebuah Sekolah Berstandar Internasional. Tetapi belum ada petunjuk teknis maupun dokumen baku tentang kurikulum internasional yang harus diadaptasi atau diadopsikan, melainkan sekolah memilih sendiri pengadaptasian atau pengadopsian kurikulum negara maju yang memiliki keunggulan dalam dunia pendidikan. Kemudian dokumen kurikulum adaptasi atau adopsi, cara mengadaptasikan atau mengadopsikan dan landasan pengadaptasiannya tidak ada petunjuk teknis yang jelas. Kurang jelasnya petunjuk dalam pelaksanaan kurikulum program RSBI ini mengakibatkan target profil siswa SBI tidak pasti. Hanya ada gambaran target profil siswa SBI dan standar kompetensi secara umum dan belum ada indikator khusus. Ketidakpastian dari target profil siswa dan standar kompetensi lulusan mencerminkan bahwa perlu kematangan dalam proses perencanaan kurikulum walaupun materi tentang cara merencanakan kurikulum SBI ini belum ada. Sebab perencanaan kurikulum mencakup

6 rancangan pengalaman belajar siswa tentang arah perubahan diri siswa terkait kompetensi yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Setelah proses pengadaptasian atau pengadopsian dalam perencanaan kurikulum berlangsung dan kurikulum telah diterapkan maka perlu dilakukan penilaian kurikulum agar segala sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan dapat dibenahi. Penilaian terhadap kurikulum ini dilakukan dengan mengevaluasi kurikulum. Menurut Gronlund dalam Rusman (2009: 92) menyatakan bahwa evaluasi kurikulum adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interprestasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Keadaan di atas menunjukan bahwa penilaian kurikulum ini didasarkan pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka untuk menilai pelaksanaan kurikulum RSBI ini akan mengalami kesulitan arahannya, karena pengintegrasian kurikulum dari negara lain tidak pasti dan target kompetensi siswa tidak jelas. SMA Negeri 1 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menyelenggarakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Kelas internasional ini telah dibuka sejak tahun ajaran 2004-2005. Sebagai proses mencapai penjaminan mutu penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, SMA N 1 Yogyakarta menjalin kerjasama dengan sekolah lain dalam hal ini adalah sekolah-sekolah internasionalyang diakui kualifikasinya. Kebijakan ini

7 sesuai Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan pendidikan baik pada input, proses maupun output satuan pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya adalah berbagi kurikulum. Ini bertujuan untuk menentukan kurikulum internasional yang akan diintegrasikan dalam kurikulum sekolah. Kurikulum yang menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum sekolah adalah kurikulum Cambrige. Walaupun telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, SMA N 1 Yogyakarta masih terus berbenah diri agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki sehingga sesuai dengan harapan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Perbaikan ini menyangkut pelaksanaan Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI). Ketidaksesuaian ini dimulai dari bentuk manajemen sekolah yang dilaksanakan belum otonomi seutuhnya. Padahal dalam panduan pelaksanaan RSMABI (Depdiknas: 2009) dijelaskan bahwa pengelolaan SMA-BI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi keterbukaan dan akuntabilitas. Disisi penunjang yang lain, masih terjadi pula kekurangan. Kekurangan ini berupa fasilitas yang belum memenuhi standar yang ditetapkan. Walaupun di lapangan terlihat bahwa fasilitas yang ada sudah bisa dikatakan cukup untuk menunjang pencapaian mutu yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum (Drs. Basuki), yaitu: sebenarnya untuk SMA 1 dalam melaksanakan kurikulum ini hambatan pasti ada, Cuma untuk menunjang peningkatan mutu dengan tepat harus membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, sedangkan di SMA 1 ini sarana dan prasarananya masih

8 kurang memadai. Maka dari itu sekolah selalu berusaha untuk mencari dana darimana saja asal tidak mengikat untuk melengkapi sarana dan prasarana yang kurang. Ketidaksesuaian selanjutnya ialah terkait kualifikasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang masih jauh dari harapan. Kualifikasi yang kurang pada pendidik misalnya, menyebabkan tugas dalam penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum menggunakan Bahasa Inggris. Ketidakmampuan guru dalam menggunakan bahasa pengantar global ini berdampak pula dalam pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran hanya menggunakan Bahasa Inggris untuk istilahistilah saja dan dengan kecenderungan berbahasa inggris pasif. Hal itu tentu tidak sesuai dengan standar pengembangan kurikulum dalam panduan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (R-SMA-BI) (2009: 23) yang menjelaskan pemilikan standar penggunaan bahasa inggris dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi belajar. SMA N 1 Yogyakarta merupakan pusat untuk melaksanakan ujian Cambridge Internasional Examination (CIE) untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah. Meski sebagai pusat CIE, sekolah ternyata juga belum melaksanakan ujian Cambridge kepada seluruh siswanya karena terbentur dengan anggaran yang dipakai. Selain itu ketidaksesuaian pelaksanaan RSBI di SMA N 1 Yogyakarta adalah belum melaksanakan program Sistem Kredit Semester (SKS) kepada peserta didiknya. Oleh karena itu diperlukan suatu pemahaman mendalam tentang pelaksanaan Kurikulum program RSBI. Terlebih dikhususkan dalam

9 pelaksanaan kurikulum pada jurusan IPS, sebab pemerintah mengisyaratkan melalui Panduan penyelenggaraan R-SMA-BI (2009: 25) untuk terlebih dahulu untuk mengembangkan program sains dan baru pengembangan pada program social untuk dikembangkan pelayanan internasionalnya apabila telah memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan. Keadaan tersebut terkesan bahwa pelaksanaan kurikulum RSBI itu sainsminded. Maka dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi Kurikulum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jurusan IPS di SMA N 1 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Identifikasi masalah tersebut sebagai berikut: 1. Rendahnya kualitas pendidikan Negara Indonesia dibandingkan dengan negara maju yang memiliki keunggulan dalam pendidikan dan Negara OECD. 2. Kurang jelasnya petunjuk teknis kurikulum sekolah RSBI dalam adaptasi atau adopsi dari kurikulum Negara OECD dan negara maju lainnya sehingga proses perencanaan kurikulum terganggu.

10 3. Tidak adanya dokumen baku tentang kurikulum yang diadaptasi dan diadopsi ke dalam kurikulum sekolah dan hanya ada dokumen model pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh sekolah. 4. Tidak ada petunjuk teknis dan dokumen yang jelas mengenai adaptasi dan adopsi kurikulum menyebabkan evaluasi pelaksanaan kurikulum integrasi tidak pasti arahannya. 5. Manajemen sekolah di SMA N 1 Yogyakarta belum otonomi seluruhnya. 6. Fasilitas yang tersedia di SMA N 1 Yogyakarta belum sepenuhnya memenuhi standar yang telah ditetapkan. 7. Kualifikasi pendidik di SMA N 1 Yogyakarta masih di bawah standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan. 8. Pembelajaran belum menggunakan pengantar Bahasa Inggris. 9. Pembuatan Silabus dan RPP belum menggunakan Bahasa Inggris. 10. Sekolah belum menerapkan Sistem Kredit Semester. C. Batasan Masalah Pembatasan Masalah dimaksudkan untuk memfokuskan penelitian. Dengan mempertimbangkan masalah diatas, karena tidak mungkin diungkap secara keseluruhan, maka peneliti membatasi penelitian agar penelitian lebih mengenai sasaran dan lebih mendalam pengkajiannya. Fokus penelitian ini adalah:

11 1. Perencanaan kurikulum RSBI pada jurusan IPS di SMA N 1 Yogyakarta. 2. Penerapan kurikulum RSBI pada jurusan IPS di SMA N 1 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah perencanaan Kurikulum RSBI pada Jurusan IPS SMA N 1 Yogyakarta? 2. Bagaimanakah penerapan Kurikulum RSBI dalam pembelajaran di kelas pada Jurusan IPS SMA N 1 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk: 1. Untuk mengetahui perencanaan Kurikulum RSBI pada Jurusan IPS SMA N 1 Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui penerapan Kurikulum RSBI dalam pembelajaran di kelas pada Jurusan IPS SMA N 1 Yogyakarta.

12 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman berharga dalam memahami pelaksanaan kurikulum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada jurusan IPS yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Yogyakarta. 2. Bagi Pustaka Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang kurikulum RSBI. Yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan analisis untuk pengembangan teori selanjutnya. 3. Bagi Sekolah Dengan hasil penelitian ini, diharapkan proses pendidikan di sekolah akan meningkat kualitasnya, sehingga prestasi siswa meningkat dan pada akhirnya akan membawa lulusan dari sekolah lebih unggul dan berkualitas serta kompetitif pada taraf internasional.