PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

PENGARUH JUMLAH SEMEN DAN FAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT YANG BERASAL DARI SUNGAI

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI PEMAKAIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c 35

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

STUDI KUAT TEKAN BETON BERAGREGAT RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

PENGARUH PENAMBAHAN BATU KAPUR PADAT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

YULI TRIADI ( ) January 27, 2017 ANALISA KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN AGREGAT PASIR DAN KERIKIL SUNGAI ROKAN KANAN KABUPATEN ROKAN HULU

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-300)

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK Agregat kasar merupakan komponen terbesar pada beton. Salah satu sifat material penyusun yang cukup berperan adalah ukuran butiran agregat kasar. Bila butiran agregat memiliki ukuran yang sama maka volume pori pada beton yang akan dihasilkan cenderung akan menjadi besar dan sebaliknya jika ukuran butirannya bervariasi maka pori antar butirannya menjadi kecil karena sebagian pori diisi oleh butiran yang lebih kecil, sehingga pori-porinya menjadi berkurang. Menurut pengamatan di lapangan, pada kenyataannya tidak semua pekerja mengikuti ketentuan mix design yang sesuai perencanaan. Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan ukuran butiran agregat kasar terhadap kuat tekan beton. Metode perencanaan campuran SNI 03-2834-2000 dengan memakai perubahan ukuran butiran maksimum 40 mm, 20 mm dan 10 mm berdasarkan mix design 40 mm terhadap kuat tekan beton. Berdasarkan penelitian ini maka diperoleh hasil uji kuat tekan dengan menggunakan ukuran butiran maksimun 40 mm sebesar 20,25 MPa, maksimum 20 mm sebesar 17,27 MPa dan maksimum 10 mm sebesar 12,56 MPa. Dari hasil uji kuat tekan menunjukan persentase penurunan akibat perubahan ukuran butiran agregat kasar maksimum 40 mm diganti menjadi 20 mm sebesar 19,40% dan untuk perubahan ukuran butiran agregat kasar maksimum 40 mm diganti menjadi 10 mm sebesar 19,63% terhadap beton yang ukuran butiran maksimum 40 mm. Kata Kunci : Butiran, Agregat Kasar, Mix Design, Kuat Tekan. I. Pendahuluan Salah satu jenis agregat yang digunakan dalam pembuatan beton adalah agregat kasar atau batu pecah. Agregat kasar merupakan komponen terbesar pada beton. Salah satu sifat material penyusun yang cukup berperan adalah gradasi agregat kasar. Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran agregat. Bila butiran agregat memiliki ukuran yang sama maka volume pori pada beton yang akan dihasilkan cenderung akan menjadi besar dan sebaliknya jika ukuran butirannya bervariasi maka pori antar butirannya menjadi kecil karena sebagian pori diisi oleh butiran yang lebih kecil, sehingga pori-porinya menjadi berkurang. Agregat kasar memiliki gradasi yang berbeda-beda. Agregat kasar yang ideal adalah agregat kasar yang masuk analisa ayak sesuai dengan standar dari BS 812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun Standar Nasional Indonesia sehinggah gradasi agregat kasar yang tidak masuk bukan termasuk gradasi agregat kasar ideal. Seperti yang diuraikan di atas, ukuran agregat lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pekerjaan (workability). Dalam praktek besar ukuran butiran maksimum agregat kasar yang dipakai dalam campuran terkadang tidak sesuai mix design. Misalnya, ukuran gradasi maksimum 40 mm (sesuai mix design) dipakai ukuran maksimum 20 mm atau 10 mm. Berbagai hasil penelitian dan pengujian kuat tekan menyimpulkan bahwa gradasi ideal memiliki sifat interlocking atau saling mengunci antar butiran agregat, sehingga nilai kuat tekan yang dihasilkan cenderung optimal dan rasio agregat halus berbanding agregat kasar yang makin seimbang (mendekati 1:1) cenderung memiliki nilai kuat tekan yang optimal. Pemakaian ukuran butiran yang tidak sesuai dengan mix design tentunya dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Besarnya perubahan kekuatan tersebut tidak dapat dihitung atau di perkirakan, oleh karenanya

dilakukan penelitian ini dengan judul pengaruh perubahan ukuran butiran agregat kasar terhadap kuat tekan beton. II. Tinjauan Pustaka 2.1 Beton Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus dan kadang-kadang ditambahkan additive atau admixture. Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton. Penambahan material lain akan membedakan jenis beton, misalnya yang ditambahkan adalah tulangan baja akan membentuk beton bertulang. Campuran beton tersebut bilamana dituangkan didalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras seperti batu. Dimana pengeras ini terjadi dikarenakan reaksi kimia antara air dengan semen, yang berlangsung selama waktu yang panjang. Akibatnya, campuran ini selalu bertambah keras setara dengan umurnya. Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Secara umum parameter-parameter yang paling mempengaruhi kualitas beton adalah sebagai berikut : 1. Kualitas semen. 2. Proporsi semen terhadap campuran. 3. Kekuatan dan kebersihan agregat 4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dan agregat. 5. Pencampuran yang cukup dari bahanbahan pembentuk beton. 6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan penempatan beton. 7. Perawatan beton. 8. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi beton yang tidak diekspos. Beton harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian. Sifat utama dari beton adalah kekuatan tekan, sebab beton yang tidak cukup kekuatannya menurut kebutuhan menjadi tidak berguna. Faktor utama yang menentukan kekuatan beton adalah : 1. Kekuatan pasta semen. 2. Kualitas agregat yang digunakan. Daya lekat antara pasta semen dengan agregat. 2.2 Bahan Dasar Penyusun Beton Pada dasarnya bahan dasar penyusun utama beton adalah semen, agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan. 2.2.1 Semen Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika pasta semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton. Pada umumnya, beton mengandung ronggga udara sekitar 1% - 2% pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40% dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari. 2.2.2 Air Air di dalam campuran beton berfungsi untuk menghidrasi semen dan sangat menentukan workability dari pekerjaan semen. Kental atau encernya campuran ditentukan oleh banyaknya air yang terdapat dalam beton yang baru diaduk. Kandungan air dalam beton segar harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam mix design dan kondisi lapangan sewaktu pembuatan beton, kadar air yang tinggi akan menyebabkan beton menjadi encer. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter. 2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat erusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. 3. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 0,5 gram/liter. 4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Air memiliki beberapa pengaruh terhadap kekuatan beton antara lain : 1. Air merupakan media pencampuran pada pembuatan pasta. 2. Kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat antara air dan faktor semen. 3. Kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan, dan kandungan air yang rendah reaksi tidak selesai. Kandungan air yang tinggi dapat mengakibatkan : a. Mudah mengerjakannya b. Kekuatan rendah c. Beton dapat menjadi berporos Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama. 2.2.3 Agregat Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, split dan lain sebagainya yang dipakai bersama-sama dalam suatu media pengikat. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai 70% - 75% dari seluruh volume massa padat beton. Untuk mencapai kuat beton sebaiknya diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya. Untuk membentuk massa yang padat diperlukan susunan gradasi butiran agragat yang baik. Selain itu agregat tersebut harus bersih, bebas dari sifat penyerapan secara kimia, tidak bercampur dengan tanah liat/ lumpur. Gambar 2.1 Klasifikasi Agregat berdasarkan Sumber Material (Tri Mulyono, 2004) 1. Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan. Jika konsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta semennya pun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih baik berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh concrete). 2. Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin, jenis lain dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam. 3. Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan campuran tertentu, kekuatan tekan beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar dan juga akan menambah kesulitan dalam pengerjaannya. Ukuran dan bentuknya harus disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS ataupun SNI. Seperti yang diuraikan di atas, ukuran agregat lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pekerjaan (workability). Pemilihan ukuran maksimum dari agregat ini cenderung tergantung dari pada jenis cetakan dan tulangan. Untuk struktur beton bertulang SK.SNI T-15-1991-03 memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 40 mm. Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir maksimum agregat, ACI 318 memberikan batasan sebagai berikut : a. Seperlima dari jarak terkecil antara bidang samping cetakan

b. Sepertiga dari tebal plat c. Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang tulangan atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon prestress atau ducting. Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat halus dan agregat kasar. a. Agregat Halus Spesifikasi dari agregat halus : 1. Agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4,8 mm (SII.0052, 1980) atau 4,75 mm (ASTM C33, 1982) atau 5,0 mm (BS.812, 1976). 2. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8. 3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0..74 mm) maksimum 5%. 4. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampurkan agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO 4 ) 3%, jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar. 5. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2.20. 6. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%). b. Agregat Kasar Spesifikasi dari agregat kasar : 1. Agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan 4.8 mm (SII.0052, 1980) atau 4.75 mm (ASTM C33, 1982) atau 5,0 mm (BS.812, 1976). 2. Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1 3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm) maksimum 1% 4. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 15% 5. Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18% 6. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na 2 O lebih besar dari 0.6% 7. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20% 8. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat. 4. Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi Gradasi agregat ialah distribusi proporsi ukuran butir agregat dalam suatu campuran beton (Mindess et al., 1996). Gradasi agregat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan campuran beton, karena akan berpengaruh terhadap sifat-sifat workabilitas adukan tersebut. Suatu gradasi dikatakan halus apabila memiliki komposisi butiran halus besar. Begitu pula sebaliknya, suatu gradasi dikatakan kasar apabila memiliki komposisi butiran kasar yang besar dalam suatu komposisi agregat gabungan. Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standar dari BS 812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun Standar Indonesia. 2.2.4 Bahan Tambahan (Admixture) Bahan tambahan (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu. 2.4 Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dalam beton keras. Kuatan tekan adalah kemampuan beton untuk

menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengindentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari yang sebenarnya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja. Kuat tekan beban dapat dihitung dengan rumus : f'c =...(2.1) Dimana : f'c : Kuat tekan beton untuk umur tertentu (MPa) P : Beban tekan maksimum (N) A : Luas penampang benda uji (mm 2 ) Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja. Gambar 2.3 Alat Uji Kuat Tekan III. METODE PENELITIAN 3.1 Pemeriksaan Agregat 3.1.1 Agregat Halus 1. Kadar Air 2. Kadar Lumpur 3. Berat Jenis & Penyerapan 4. Gradasi 3.1.2 Agregat Kasar 1. Kadar Air 2. Kadar Lumpur 3. Berat Jenis & Penyerapan 4. Gradasi 5. Abrasi dengan Mesin Los Angeles 3.2 Pengujian Beton 3.2.1 Benda Uji Test kuat tekan beton menggunakan batu pecah masing-masing 3 benda uji berukuran maksimum 10 mm, maksimum 20 mm dan maksimum 40 mm yang di tes pada umur 28 hari. 3.2.2 Prosedur Pengujian 1. Benda uji di tes pada umur 28 hari dan diletakkan pada tempat yang terlindung (dalam ruangan) 2. Benda Uji ditimbang 3. Benda uji diletakkan pada mesin kuat tekan beton (compressing test machine) dan diberikan pembebanan sampai benda uji mengalami keretakan 4. Mencatat nilai/besaran gaya yang menekan benda uji IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Agregat 4.1.1 Agregat Halus Jenis Pengujian Hasil Interval Kadar Air 2,54 % 2 %-5 % Agregat Halus Kadar Lumpur 1,53 % Maks 5% Berat Jenis 2,57 2,5-2,7 Absorpsi 2,6 % Maks 3% Sumber : Hasil Penelitian

4.1.2 Agregat Kasar Jenis Pengujian Hasil Interval Kadar Air 0,57 % 0,5 %-2 % Kadar Lumpur 0,94 % Maks 1 % Agregat Kasar Berat Jenis 2,67 2,5-2,7 Absorpsi 0,3 % Maks 3 % Abrasi 2,23 % Maks 50 % Sumber : Hasil Penelitian 4.2 Proporsi Campuran Beton Rencana Pembuatan Volume Kebutuhan Bahan Dasar Beton Berat Air Semen Agregat halus Agregat kasar 1 m 3 2337,70 202,21 373 599,64 1162,85 1 adukan untuk 3 silinder 44,73 3,86 7,12 11,44 22,31 Sumber : Hasil Penelitian Perencanaan campuran beton, atau mix design dilakukan berdasarkan dengan proporsi campuran pada ukuran butiran agregat kasar maksimum 40 mm dengan kuat tekan rencana sebesar 19,3 MPa dan metode pencampuran menggunakan SNI 03-2834-2000. Artinya, ukuran butiran agregat maksimum 20 mm dan 10 mm menggunakan proporsi campuran berdasarkan mix design ukuran butiran agregat maksimum 40 mm. Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari Ukuran Agregat (mm) 40 Variasi I Max 20 Variasi II Max 10 Sumber : Hasil Penelitian Berat (Kg) Beban Maksimum (KN) Kuat Tekan (MPa) 12,861 359 20,31 12,750 340 19,23 12,983 375 21,21 12,694 315 17,82 12,450 297 16,80 12,845 304 17,20 12,586 231 13,07 12,294 250 14,14 12,411 185 10,46 Kuat Tekan Rata-rata (MPa) 20,25 17,27 12,56

Kuat Tekan Beton (MPa) Tabel 4.5 Kuat Tekan Beton Rata-Rata dan % Penurunannya berdasarkan Perubahan Ukuran Butiran Agregat Ukuran Agregat (mm) Kuat Tekan Ratarata Umur 28 Hari (MPa) % Penurunan 40 20,25 0 Variasi I Max 20 17,27 19,40 Variasi II Max 10 12,56 19,63 Sumber : Hasil Penelitian 21,000 1. Perubahan ukuran butiran agregat dapat menentukan jumlah pemakaian semen. Dimana ukuran butiran agregat yang kecil cenderung lebih banyak memerlukan pemakaian jumlah semen dibanding dengan ukuran butiran yang besar. 2. Perubahan ukuran butiran agregat yang terjadi pada variasi I maupun variasi II total luas permukaannya melonjak, menyebabkan kurangnya pasta semen untuk menutupi semua permukaannya sehingga ikatan pasta semen dan agregat kurang baik. 3. Banyaknya rongga yang terbentuk akibat perubahan ukuran butiran agregat baik pada variasi I maupun variasi II. 14,000 7,000 0,000 40 20 10 Variasi Perubahan Ukuran Agregat (mm) Gambar 4.4 Penurunan Kuat Tekan akibat Pengaruh Perubahan Ukuran Butiran Agregat Grafik di atas menunjukkan hubungan antara perubahan ukuran agregat terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton tertinggi yaitu pada kuat tekan beton untuk agregat dengan butir maksimum 40 mm yaitu sebesar 20,25 MPa dan kuat tekan terendah yaitu pada beton dengan variasi gradasi ukuran butiran agregat maksimum 10 mm sebesar 12,56 MPa. Perubahan gradasi ukuran butiran agregat kasar dalam adukan menjadikan beton mengalami penurunan kuat tekan. Untuk perubahan ukuran butiran yang lolos saringan nomor 19 mm dan tertahan nomor 9,6 mm atau disebut ukuran butiran maksimum 20 mm (variasi I) mengalami penurunan sebesar 19,40 % sedangkan untuk ukuran butiran yang lolos saringan nomor 9,6 mm dan tertahan nomor 4,8 mm atau disebut ukuran butiran maksimum 10 mm (variasi II) penurunannya sebesar 19,63 %. Hasil yang didapat pada kuat tekan beton seperti penjelasan diatas terlihat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh : I. 40 mm II. Max 20 mm III. Max 10 mm V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan ini, di simpulkan sebagai berikut : 1. Perubahan ukuran butir agregat kasar maksimum 40 mm yang diganti menjadi 20 mm mengalami penurunan sebesar 19,40 % terhadap beton yang ukuran butiran maksimum 40 mm. Penurunan kuat tekan ini disebabkan oleh proporsi semen terhadap campuran itu sedikit sedangkan luas permukaan agregat melonjak akibat dari perubahan ukuran butir agregat. 2. Perubahan ukuran butir agregat kasar maksimum 40 mm yang diganti menjadi

10 mm menyebabkan penurunan kuat tekan semakin besar yaitu sebesar 19,63%. Penurunan ini terjadi akibat semakin kecil ukuran butir maksimum digunakan, proporsi semen kurang dan daya lekat pasta semen dan agregat kurang baik. DAFTAR PUSTAKA ACI 318 Manual Of Concrete Practice., 1989, Materials and General Properties of Concrete, American Concrete Institute; Farmington Hills, Michigan. p. 38. ASTM C 595., Spesifikasi Semen Blended Hidrolis, ASTM Internasional, West Conshohocken, PA. ASTM C 845., Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif, ASTM Internasional, West Conshohocken, PA. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan PU., 1989, Pedoman Beton, Draft Konsensus, Jakarta. Ilsley Hewes, Laurence., 1942, American Highway Practice, Volume II, Fourth Printing., New York. Mulyono, Tri., 2004, Teknologi Beton, Andi Offist, Yogyakarta. Mindess, Sidney et al., 1996, Concrete 1 ND Edition, Pearson Education, Inc., USA. Tjokrodimuljo, K., 1997, Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Yogyakarta. Yayasan LPMB., Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI-03-2847- 2002, Bandung..