BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACK... iv. KATA PENGANTAR...

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Abstrak

III. METODE PENELITIAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 4. November 2014, 01-08

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI

METODE EKSPERIMEN Tujuan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

KATA PENGANTAR. Kupang, Oktober Penulis

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 8

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Maulana Malik*, Irzal Nur*, Asran Ilyas* *Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS

Mahasiswa Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA UNP, dan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi ke-enam berpenduduk terbanyak di Indonesia, dan dengan semakin meningkatnya kemudahan sarana dan prasarana akses penghubung jalur darat, laut, dan udara, maka dapat diperhitungkan jumlah populasi penduduk di daerah Sumatera Utara mengalami peningkatan yang pesat, termasuk Kabupaten Langkat. Berdasarkan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat populasi penduduk Kabupaten Langkat pada tabel 1.1. dibawah ini : Tabel 1.1. Sensus Penduduk Kabupaten Langkat. No Tahun Populasi Penduduk ( Jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) 1 2010 967 535 154 2 2011 976 582 156 3 2012 976 885 156 Sumber : (http://sumut.bps.go.id) Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan pemukiman dan tempat tinggal manusia akan semakin meningkat baik untuk sarana transportasi maupun sarana tempat tinggal. Untuk memenuhi sarana tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk menanggulanginya, melainkan menjadi suatu masalah serius bagi manusia untuk menjamin taraf hidup mereka. Masalah ini memerlukan solusi dan cara untuk memecahkannya yang berupa pencarian dan pemanfaatan sumber daya alam yang memungkinkan untuk di eksplorasi menjadi bahan dasar industri dan bangunan untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut. Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya, diantaranya yaitu batuan. Batuan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai bahan dasar bangunan dan industri untuk menunjang sarana dan prasarana kehidupan manuasia. Batuan merupakan kumpulan dari satu

2 atau lebih mineral. Lapisan litosfer di bumi terdiri dari batuan. Batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannya (genesis), tekstur, dan komposisi mineralnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks), batuan metamorf/malihan (metamorphic rocks). Batuan terbentuk dari kumpulan magma yang membeku di permukaan bumi dan berakhir menjadi berbagai jenis batuan (Nandi, 2010). Keterdapatan sumber daya alam batuan di berbagai daerah Sumatera Utara merupakan informasi penting untuk usaha pengembangan wilayah melalui cara mengusahakan usaha pertambangan. Aktivitas pembangunan dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai sumber daya alam, akan tetapi potensi sumber daya alam tersebut bersifat terbatas, dan tidak dapat diperbaharui. Keterdapatan sebaran sumber daya batuan di Sumatera Utara akan memacu dan mendorong usaha pengembangan pertambangan menuju terciptanya daerahdaerah pertumbuhan baru sejalan dengan otonomi daerah. Dalam perspektif otonomi daerah yang tercantum di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 10 disebutkan bahwa daerah berwenang mengelola sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan sumber daya mineral meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan. Pengembangan sektor pertambangan akan memungkinkan terciptanya peningkatan sumberdaya manusia termasuk meningkatkan kesejahteraan. Keberadaan potensi sumber daya batuan di daerah Sumatera Utara pada umumnya terletak pada kawasan hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi (Maulana Pohan, 2009). Kabupaten langkat merupakan salah satu kawasan hutan lindung dan memiliki potensi sumber daya alam batuan, beberapa diantaranya adalah daerah Bahorok dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan luas total 1. 092.694 Ha (SK. Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/1997), terletak di wilayah Propinsi NAD & Sumatera Utara. Kawasan TNGL di Propinsi Sumatera Utara, kabupaten Langkat, seluas 218.000 Ha. Hingga pada saat ini, sebagian besar daerah-daerah potensi sumber daya alam batuan tersebut belum dikelola dengan

3 merata, terkhusus di daerah-daerah yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Maka dari itu, penulis bermaksud melakukan penelitian awal di salah satu daerah sumber daya alam batuan daerah Langkat, yaitu desa Durin Mbelang Kecamatan Kutambaru yang merupakan daerah yang belum pernah di survei dan di jadikan sebagai sampel Penelitian. Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan daerah potensi sumber daya batuan menjadi bahan dasar jika di lihat dari prosedur pengelolaan memerlukan jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, untuk menghasilkan sumber daya alam batuan juga membutuhkan biaya yang relatif besar agar memperoleh hasil yang baik. Resiko kegagalan untuk memperoleh potensi bahan dasar dapat dipastikan juga besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan Survei dan eksplorasi ulang berupa eksplorasi pendahuluan yang selanjutnya diikuti eksplorasi detail terhadap potensi sumber daya alam batuan. Untuk melakukan survei dan eksplorasi juga dibutuhkan referensi sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti pada percobaan Elvi, dkk (2013) mengenai identifikasi jenis batuan di Universitas Negeri Padang Kampus Air Tawar untuk mendapatkan informasi jenias batuan bawah permukaan buni yang bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan, bagi pihak yang akan merancang konstruksi bangunan agar memperoleh kualitas yang baik. Dimana Kota padang secara geologi dibentuk oleh endapan permukaan, batuan permukaan dan intrusi serta batuan sedimen dan metamorf. Sehubungan dengan teori-teori yang telah ada, terutama pada teori tentang hubungan suhu dengan resistivitas, yang selanjutnya akan dikaitkan pada hubungan antara nilai konduktivitas dengan nilai resistivitas yang diperoleh, penelitian yang akan dilakukan di daerah Durin Mbelang ini adalah eksplorasi pendahuluan yang akan memberikan gambaran tentang batuan. Kemudian akan disimpulkan, apakah potensi batuan ini layak menjadi prospek jika dimanfaatkan sebagai potensi untuk pengembangan bahan dasar industri dan bangunan dari berbagai jenisnya. Namun, untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci mengenai kondisi geologi daerah setempat diperlukan survei. Survei ini dapat

4 digunakan dengan berbagai metode, baik yang bersifat destructive maupun nondestructive (Yudha, 2012). Metode Geolistrik adalah metode geofisika nondestructive yang digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Metode ini telah banyak digunakan pada penentuan struktur pondasi bangunan, pendugaan potensi air bawah permukaan, eksplorasi panas bumi, eksplorasi mineral, hingga pendugaan intrusi air laut dan limbah. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah akuisisi data kondisi bawah permukaan. Menurut Bisri (1991) Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½ Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Begitu juga seperti yang dilakukan para peneliti sebelumnya menggunakan metode yang berbeda-beda, seperti Elvi (2013) menggunakan Konfigurasi Wenner untuk menidentifikasi Jenis batuan di kampus air tawar, Yudha (2012) menggunakan Konfigurasi Schlumberger untuk mengidentifikasi struktur bawah tanah, dan Laelah (2013) menggunakan konfigurasi dipole-dipole untuk mengidentifikasi jenis batuan di daerah sumber air panas. Metode geolistrik secara sederhana dapat dianalogikan dengan rangkaian listrik. Jika arus dari suatu sumber dialirkan ke suatu beban listrik maka besarnya resistansi (R) dapat diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya arus yang mengalir. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan yang ada pada masing-masing titik disesuaikan dengan besar kecilnya nilai tahanan jenis yang dimiliki serta data geologi pada daerah penelitian. Kemudian untuk hasil pemodelan 2-D (Dua Dimensi) didapatkan dari pengolahan data tahanan jenis dengan menggunakan software Res2Dinv sehingga diperole model penampang 2-D bawah permukaan sepanjang lintasan dimana nilai tahanan jenis dibedakan berdasarkan kode warna untuk melihat nilai tahanan jenis pada setiap lapisan.

5 Dengan metode geolistrik tahanan jenis kita dapat menentukan resistivitas batuan yang ada di daerah berpotensi batuan dan mineral, sehingga kita dapat mengetahui tahanan jenis batuan bawah permukaan bumi. Sehingga pada penelitian ini penulis memilih judul : Identifikasi Jenis Batuan Bawah Permukaan Di Daerah Durin Mbelang Kutambaru Kabupaten Langkat Sumatera Utara Dengan Menggunakan Metode Geolistrik. 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah : 1. Pencarian sumber daya alam batuan bawah permukaan sebagai kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. 2. Krisis sumber daya alam batuan sebagai bahan dasar industri seiring dengan bertambahnya laju penduduk. 3. Kurangnya Fasilitas penunjang terhadap pegelolaan sumber daya alam batuan. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dari penelitian Identifikasi Jenis Batuan bawah permukaan daerah Durin Mbelang dengan metode geolistrik adalah: 1. Menerapkan metode geolistrik untuk mengetahui lapisan bawah permukaan dan sebagai eksplorasi pendahuluan pada daerah penyebaran Jenis Batuan di daerah Durin Mbelang 2. Konfigurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konfigurasi Schlumberger. 3. Data yang ditentukan adalah data resistivitas dari sebaran Jenis-Jenis batuan di bawah permukaan daerah Durin Mbelang.

6 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka masalah yang akan dibahas di rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana lapisan di bawah permukaan berdasarkan data resistivitas batuan yang tersebar di bawah permukaan Durin Mbelang? 2. Bagaimana penyebaran batuan bawah permukaan berdasarkan hasil inversi 2-D dengan software Res2Dinv di daerah Durin Mbelang Kutambaru Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana Jenis-Jenis batuan di bawah permukaan daerah Durin Mbelang berdasarkan nilai resistivitasnya? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui lapisan bawah permukaan di daerah Durin Mbelang Kutambaru Kabupaten Langkat. 2. Mengetahui penyebaran batuan berdasarkan nilai resistivitas batuan yang terdapat di bawah permukaan daerah Durin Mbelang berdasarkan kode warna hasil invers dua dimensi dengan software Res2Dinv. 3. Memperoleh data jenis-jenis batuan di bawah permukaan daerah Durin Mbelang berdasarkan nilai resistivitasnya 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Diperolehnya berbagai jenis batuan daerah Durin Mbelang Kabupaten Langkat berdasarkan nilai resistivitas. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya tentang penyebaran jenis bebatuan di daerah Durin Mbelang Kabupaten Langkat. 3. Sebagai salah satu informasi dan referensi untuk eksplorasi selanjutnya untuk mendapatkan informasi prospek atau tidaknya daerah Durin Mbelang Kabupaten Langkat.