PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U DI DAERAH TARIK ANDREANUS MOOY TAMBUNAN

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

1.2 Tujuan Penelitian 2

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

ANALISA LENTUR DAN EKSPERIMENTAL PENAMBAHAN MUTU BETON PADA DAERAH TEKAN BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

DAFTAR ISI HALAMANJUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATAPENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI FAKTOR KONVERSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

SEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, November 2017

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LOLIANDY

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

PERILAKU BALOK KOMPOSIT BAMBU BETUNG - BETON DENGAN BAMBU DIISI DI DALAM BALOK BETON (EKSPERIMEN)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

Transkripsi:

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan pengganti kayu maupun baja. Bambu sebagai bahan bangunan masih banyak digunakan sebagai bahan bangunan penunjang. Kurangnya penggunaan bambu sebagai bahan bangunan karena terbatasnya pengetahuan tentang bambu. Rigid pavement adalah salah satu contoh konstruksi beton bertulangan baja. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang bambu bahan baja pada tulangan jalan beton dapat digantikan dengan bambu. Penelitian ini meliputi penelitian sifat mekanik dan fisik bambu, pengujian lentur beton bertulang, Rancangan tulangan balok yang digunakan adalah bambu walesan dengan diameter antara 10 20 mm. Tebal benda uji 20 cm lebar 15 cm dan panjang 230 cm. Rata-rata beton uji memiliki kuat tekan 22,15 MPa dan rata-rata berat satuan 2,39.10-5 N/mm 3. Dari pengujian tiga bagian bambu walesan (pangkal, ujung, ros) didapat kuat tarik bambu walesan (fu) bagian pangkal 171,675 MPa dengan nilai E 5722,5 MPa, fu bagian ujung165,375 MPa dengan nilai E 5512,5 MPa, fu bagian ros 147,15 MPa dengan nilai E 4900 Mpa. Beban ultimit balok 1 sebesar 8,085 KN, beban ultimit balok 2sebesar 12,25 KN dan beban ultimit balok 3 sebesar 12,985 KN. Ketiga benda uji menunjukkan bahwa keruntuhan balok diawali dengan retak lentur. Keruntuhan tidak terjadi pada daerah dengan tulangan geser yaitu pada jarak 625 mm dari masing-masing ujung balok. Runtuh lentur ditandai dengan retak-retak tegak lurus di daerah tulangan tarik. Keruntuhan balok ditandai dengan sebagian bambu telah putus dan balok tidak mampu menahan beban lagi. Penggunaan bambu untuk tulangan jalan beton direkomendasikan untuk beban kendaraan 9 ton dengan ketebalan pelat 20 cm, mutu beton fc 21,08 Mpa, dan luas tulangan bambu 3080 mm 2. Kata kunci : bambu, tulangan, rigid pavement PENDAHULUAN Bambu adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae, suatu familia Bamboidae. Merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah pedesaan di Indonesia. Kuat tarik bambu tanpa buku adalah antara 151 291 MPa sedang bambu dengan buku mempunyai kuat tarik antara 55 128 MPa (Morisco, 1999). 43

Penggunaan bambu sebagai perkuatan beton pada komponen struktur bangunan dapat digunakan sebagai pengganti baja tulangan yang selama ini sering digunakan. Bambu dikenal sebagai bahan yang ulet, memiliki kekuatan tarik jauh lebih tinggi dari pada kayu, bahkan dari penelitian Pusat Studi Ilmu Teknik (PSIT) UGM diketahui kuat tarik kulit bambu petung setara dengan kuat tarik baja mutu sedang yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai tulangan beton. Sedangkan modulus elastisitas bambu lebih rendah dibandingkan dengan baja. Jalan beton merupakan salah satu bentuk konstruksi jalan yaitu konstruksi jalan rigid pavement. Jalan beton mempunyai berbagai kelebihan jika dibanding dengan konstruksi aspal ( flexible pavement). Beton dapat mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi, tetapi memiliki kuat tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan tulangan pada daerah tarik. Pemakaian baja tulangan sebagai tulangan jalan beton dapat digantikan dengan tulangan bambu karena bambu mempunyai kekuatan tarik mendekati baja normal. Dengan pemakaian tulangan bambu untuk tulangan jalan beton dapat mengurangi biaya konstruksi yang sangat besar. Analisis dan perencanaan balok menggunakan rumus-rumus dalam analisis beton bertulang dengan ketentuan sebagai berikut (Pathurahman, 2003): Modulus Elastisitas Beton Digunakan rumus nilai modulus elastisitas beton sebagai berukut: Ec = 0.043 x (Wc) 1.5 x (dalam MPa). (SNI 03 2847-2002) (1) dimana : Wc fc = berat volume beton (kg/m3) = kuat tekan beton (MPa) Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat volume berkisar antara 1500 dan 2500 kg/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat volumne ± 23 KN/m3 dapat digunakan nilai Ec = 4700 x. (SNI 03 2847-2002). (2) Gambar 1. Distribusi tegangan dan regangan pada penampang beton 44 Vol. 10 No.1 Juli 2012

Dalam Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : A = β1 x c (3) c = jarak serat tekan ke garis terluar ke garis netral β1 = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton Es = Modulus elastisitas tulangan fy = tegangan leleh tulangan As 0.75 x Asb. (4) Dalam penelitian ini tulangan bambu ditetapkan tidak lebih dari 75 persen dari tulangan balance, As 0.75 x Asb (5) Dengan pembatasan ratio penulangan, (6) Analisis balok εc = 0.003 dan εs = εy = (7) ( f ' 30 ) β 0,05 1 = 0,85 C 7 gaya pada beton tertekan ' C....(8) C = 0,85 f ab.. (9) gaya pada tulangan tarik T = A f S y.....(10) kesetimbangan gaya C = T 0,85 f c a b = f y A s (11) fy. As sehingga a =..(12) 0,85. fc '. b letak garis netral a c =.(13) β 1 regangan baja tulangan pada daerah tarik d ε s = ε c 1...(14) c rasio pembesian r r = As b. d.. (15) 45

kapasitas penampang 1 ( d a) = T ( d a) 1 M n = C 2..(16) persyaratan pembebanan 2 M r = f M n (17) M u =<M r.. (18) METODE Gambar 2. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang dilakukan dengan mengadakan penelitian di Laboratorium Bahan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian kuat tarik bambu walesan sebagai tulangan balok beton. Adapun langkah pengujian langkah-langkah metodologi yang dilaksanakan dalam penelitian seperti tersaji dalam gambar di atas. HASIL DAN PEMBAHASAN Luas Penulangan Rancangan tulangan balok yang digunakan adalah bambu walesan dengan diameter antara 46 Vol. 10 No.1 Juli 2012

10 20 mm. Hasil perhitungan luas tulangan tampak pada Tabel di bawah. Dalam perhitungan luas tulangan digunakan luas terkecil dari kedua sisi tiap balok. Tabel 6. Luas penulangan balok Kode balok Luas sisi 1 (mm 2 ) Luas sisi 2 (mm 2 ) B1 441.57 529.57 B2 467.50 462.00 B3 527.21 471.43 Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton (fc ) yang diambil dari masing-masing balok sebanyak dua benda uji diperoleh data sebagai berikut : Tabel 7. Kaut tekan beton (fc ) pada tiap balok Kode Balok Benda Uji A (cm 2 ) Berat (Kg) P Tertahan (Kg) K (Kg/cm 2 ) fc (Mpa) Berat Satuan (N/ mm 3 ) B 1 K 1 225 8,21 63000 288,00 22,77 2,38.10-5 K 2 225 8,02 58000 253,78 B 2 K 1 225 8,23 57000 253,33 21,08 2,39.10-5 K 2 225 8,25 55000 244,44 B 3 K 1 225 8,32 62000 275,56 22,59 2,42. 10-5 K 2 225 8,25 58000 257,78 N/mm 3. Rata-rata beton uji memiliki kuat tekan 22,15 MPa dengan rata-rata berat satuan 2,39.10-5 Beban Merata Balok Beton Berat balok beton dihitung berdasarkan berat satuan beton dikalikan volume beton. Beban merata balok dihitung dengan menambah beban tambahan yang menyertai balok tersebut. Hasil dari perhitungan beban merata balok diperoleh hasil berikut : Tabel 8. Perhitungan beban merata balok beton Kode Balok Berat Satuan (N/mm 3 ) Beban Tambahan (N) Beban Merata (N/mm) B 1 B 2 B 3 2,38.10-5 592,9 0,973 2,39.10-5 592,9 0,975 2,42. 10-5 592,9 0,983 47

Kuat tarik bambu walesan Dari pengujian tiga bagian bambu walesan (pangkal, ujung, ros) didapat kuat tarik bambu walesan (fu) bagian pangkal 171,675 MPa dengan nilai E 5722,5 MPa, fu bagian ujung165,375 MPa dengan nilai E 5512,5 MPa, fu bagian ros 147,15 MPa dengan nilai E 4900 MPa. Grafik tegangan bambu walesan dapat dilihat pada di bawah : Tegangan (MPa) 210 180 150 120 90 60 30 0 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 Regangan pangkal Ujung Ros Gambar 6. Kuat tarik bambu walesan bagian pangkal, ujung dan ros Pengujian Kuat Lentur balok Ketiga benda uji menunjukkan bahwa keruntuhan balok diawali dengan retak lentur. Keruntuhan tidak terjadi pada daerah dengan tulangan geser yaitu pada jarak 625 mm dari masing-masing ujung balok. Runtuh lentur ditandai dengan retak-retak tegak lurus di daerah tulangan tarik. Keruntuhan balok ditandai dengan sebagian bambu telah putus dan balok tidak mampu menahan beban lagi. Retak lentur terjadi setelah balok dibebani 30% dari beban runtuh atau 35% dari beban teoritis. Pada saat pembebanan masih dibawah pembebanan retak, kenaikan lendutan masih linier, saat mendekati keruntuhan kenaikan lendutan terjadi begitu cepat dan retak lentur semakin melebar. Setelah dilakukan pengujian lentur maka dapat diketahui respon balok-balok uji terhadap pembebanan sebagai berikut: Gambar 7. Hubungan P-δ pada balok 1 48 Vol. 10 No.1 Juli 2012

Gambar 8. Hubungan P-δ pada balok 2 Gambar 9. Hubungan P-δ pada balok 3 Dari gambar diatas terlihat bahwa balok 1 mencapai beban ultimit sebesar 8,085 KN. Balok 2 mencapai beban ultimit sebesar 12,25 KN. Balok 3 mencapai beban ultimit sebesar 12,985 KN. Momen Ultimit Dari hasil pengujian, diketahui besarnya beban maksimum yang mampu ditahan oleh balok beton. Beban tersebut digunakan untuk menghitung kuat lentur yang terjadi. Nilai kuat lentur ultimit eksperimen dan teoritis selengkapnya dilihat pada Tabel di bawah : Tabel 9. Kuat Lentur Eksperimen Kode Balok M (KNmm) B 1 6872 B 2 10413 B 3 11037 Lendutan Dari hasil perhitungan lendutan teoritis (lampiran 25-lampiran 28) maka dapat dihubungkan 49

antara lendutan eksperimen dengan lendutan teori yang terlihat pada Gambar berikut. Gambar 10. Lendutan eksperimen Benda Uji 1. Gambar 11. Lendutan eksperimen Benda Uji 2. Gambar 12. Lendutan eksperimen Benda Uji 3. Pola keruntuhan. Pengamatan pola keruntuhan terhadap balok uji dimuat pada Gambar di bawah : 50 Vol. 10 No.1 Juli 2012

Gambar 13. Retak awal pada Benda Uji 1 Gambar 14. Keruntuhan pada Benda Uji 1 Analisis terhadap Jalan Beton Perkerasan beton semen didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai lapisan dasar beton dari Portland Cement (PC). Menurut NAASRA ada lima jenis perkerasan kaku, yaitu : - Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan. - Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan - Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan - Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber) - Perkerasan beton semen pratekan. Analisa untuk penelitian ini digunakan perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan. Berdasarkan hasil penelitian beton bertulangan bambu masih dalam keadaan linear pada beban 500 kg s.d 600 kg. Dengan spesifikasi fc 21,08 Mpa, lebar balok 15 cm, tinggi balok 20 cm dan luas tulangan bambu 462 mm 2. Gambar 15. Batas Beban pada Kondisi Linear 51

Momen lentur yang terjadi dalam kondisi linear adalah 21250 kgcm sehingga dengan persamaan M=0,85fc a b (d ½ a) akan diperoleh tinggi stress block sebesar a = 4,72 mm. Berdasarkan kesetimbangan gaya 0,85 fc a b = A bmb f bmb diperoleh tegangan yang terjadi pada bambu sebesar 27,46 Mpa. Tegangan putus bambu terendah adalah 147,15 Mpa jadi tegangan bambu yang terjadi 18,66% tegangan putus. Untuk beban kendaraan 12 ton maka akan terdistribusi ke jalan beton per titik sebesar 3,6 ton sehingga momen yang terjadi adalah : Gambar 17. Kondisi Pembebanan di Lapangan Beban pada jalan beton ditanggung oleh perlebar 1 m maka dengan tebal 20 cm, fc 21,08 Mpa, luas tulangan bambu 3080 mm2 akan mampu menahan momen pada kondisi linear sebesar 141666 kgcm. Sehingga jalan beton direkomendasikan untuk beban kendaraan 9 ton sehingga Mmax yang ditanggung sebesar 135000 kg cm SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Beton bertulangan bambu masih dalam kondisi lilnear dengan beban 500 kg s.d 600 kg dengan spesifikasi fc 21,08 Mpa, b = 15 cm, h = 20 cm dan luas tulangan bambu 462 mm2. Penggunaan bambu untuk tulangan jalan beton dengan tebal 20 cm hanya diperbolehkan untuk kendaraan termasuk muatan dengan berat 9 ton. Tegangan bambu tidak linear setelah beban 500 kg s.d 600 kg dan tegangan masih bisa naik namun regangan yang terjadi sangat besar sehingga membuat balok lebih mudah retak. 52 Vol. 10 No.1 Juli 2012

Saran Untuk pengembangan penelitian dapat digunakan bambu dengan jenis yang berbeda karena akan mempunyai karakteristik yang berbeda. Dan dapat digunakan bambu yang dipilin. Untuk penggunaan bambu sebagai tulangan beton diharapkan bambu tersebut diawetkan terlebih dahulu sehingga konstruksi beton bertulangan bambu mempunyai umur konstruksi yang lama. DAFTAR PUSTAKA Morisco, 1999, Rekaya Bambu, Yogyakarta, Nafiri. Mulyono,T.,2005,Teknologi Beton, Yogyakarta, Andi. Pathurahman. Fajrin,J. dan Kusuma, D.A, 2003, Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai Tulangan Balok Beton, Civil Engineering Dimension, Vol. 5, No. 1, 39 44, March. Priosulistyo, HRC, 2000, Pemamfaatan Limbah Abu Sekam Padi Untuk Peningkatan Mutu Beton, Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya di Bidang Teknik Sipil. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada, 22 23 Maret 2000. Yogyakarta. Purnomo, M.,2002, Perilaku Mekanika Struktur Portal Bambu untuk Rumah Susun Sederhana, Tesis, Universitas Gajah Mada. Purnomo, M., 2006, Buku Ajar Struktur Beton II, Universitas Negeri Semarang, Semarang. 53